Friday 24 February 2017

Hadits Keempat | Syarah Hadits Arba'in

Syarh Matan Al-Arba'ien An-Nawawiyah.

Syarah Hadits Arba'in.

Syaikh Ibnu Daqiiqil 'Ied.

Syaikh Usamah Abdul Kariem Ar-Rifa'i.

Ustadz Abu Umar Abdullah Asy-Syarif.

4. Hadits Keempat.

Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud (1) radhiyallahu 'anhu berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitahukan kepada kami -sedangkan beliau adalah yang benar dan dibenarkan: 'Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama empat puluh hari menjadi nuthfah, kemudian menjadi 'alaqah selama empat puluh hari pula kemudian menjadi mudhghah selama empat puluh hari pula. Kemudian diutuslah Malaikat kepadanya, lalu Malaikat tersebut meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara, rezekinya, ajalnya, amalnya, celaka atau bahagianya. Demi Allah yang tiada ilah yang haq selain-Nya, sesungguhnya salah seorang di antara kalian mengamalkan amalan ahli jannah hingga tiada jarak antara dirinya dengan jannah melainkan satu hasta saja, maka yang demikian itu telah didahului oleh Kitab. Lalu dia mengamalkan amalan ahli neraka maka diapun masuk neraka. Dan sesungguhnya salah seorang di antara kalian beramal dengan amalan ahli naar hingga tiada jarak antara dia dan neraka melainkan satu hasta saja, yang demikian itu telah didahului oleh Kitab. Lalu dia beramal dengan amalan ahli jannah maka diapun masuk jannah.'" (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 3208) dan Muslim (no. 2643))

Syarah.

Maksud dari shadiqul mashduq yakni benar yang diucapkannya dan dibenarkan bahwa apa yang dibawanya berupa wahyu yang mulia.

Berkata sebagian ulama tentang sabda Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) "Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya" bahwa tatjala nuthfah masuk ke rahim ibu, Allah mengumpulkannya selama empat puluh hari setelah tadinya berpencar. Diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud mengenai tafsir dari hadits tersebut, "Sesungguhnya apabila nuthfah memancar ke dalam rahim ibu manakala Allah menghendaki untuk dijadikan seorang manusia, maka nuthfah tersebut mengalir pada pembuluh darah perempuan sampai dasar kuku dan rambutnya, kemudian tinggal selama empat puluh hari lalu menjadi darah di rahim, maka itulah pengumpulannya, lalu saatnya ia menjadi 'alaqah." (2)

Maksud dari sabda Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) "Kemudian diutuslah Malaikat kepadanya" yakni Malaikat yang ditugaskan Allah di rahim ibu.

Kalimat "Sesungguhnya salah seorang di antara kalian mengamalkan amalan ahli jannah" mengindikasikan bahwa pada mulanya amalnya benar dan mendekatkan dirinya ke jannah hanya saja ia terhalang oleh takdir yang telah mendahuluinya karena pada akhirnya ia melakukan amal ahli neraka. Dengan demikian, perhitungan semua perbuatan baik itu tergantung dengan apa yang telah dilakukannya. Akan tetapi akhirnya amal baiknya tertutup pada akhir hayatnya dengan amal buruk. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya amalan itu tergantung bagaimana ia mengakhirinya." (3)

Yakni, menurut kami hanya terjadi pada sebagian orang sebagian kasus saja.

Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya dalam Kitabul Iman bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya seseorang beramal dengan amal ahli jannah pada pandangan manusia, padahal ternyata dia adalah ahli neraka."

Maksudnya adalah apa yang ia lakukan hakekatnya tidak benar karena dia melakukannya dengan riya' dan sum'ah. Dapat diambil faedah pula dari hadits tersebut hendaknya manusia tidak hanya mengandalkan amalnya dan optimis dengannya namun tidak berharap akan kemurahan Allah dan rahmat-Nya.

Sebelumnya Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda "وَيُوءْ مَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ" menjadi kasrah karena merupakan badal dari kata "أَرْبَعِ كَلِمَاتٍ".

Sedangkan kalimat marfu' dengan dhammah karena ia adalah khabar mubtada' yang tersembunyi. Pada asalnya adalah "وَهُوَ شَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ".

Adapun sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam "Demi Allah yang tiada ilah yang haq selain-Nya, sesungguhnya salah seorang di antara kalian mengamalkan amalan ahli jannah... sampai ...Dan sesungguhnya salah seorang di antara kalian beramal dengan amalan ahli neraka..." yang dimaksud di sini hanyalah terjadi pada sedikit manusia saja, bukan terjadi pada umumnya manusia. Yang demikian itu karena kelembutan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan luasnya rahmat-Nya, maka berbaliknya manusia dari baik menjadi buruk merupakan kasus yang jarang, segala puji bagi Allah atas karunia tersebut.

Di dalam hadits ini tercakup pula keharusan untuk mengimani qadar sebagaimana ini merupakan bagian yang diyakini oleh madzhab ahlus sunnah wal jama'ah, dan bahwa segala kejadian berlaku atas qadha'nya Allah Ta'ala dan qadar-Nya yang baik ataupun buruk yang bermanfaat ataupun yang madharat. Allah Ta'ala berfirman:

"Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai." (Al-Anbiya': 23)

Dia tidak berkonsultasi dengan siapapun dalam kekuasaan-Nya, Dia berbuat dengan apa yang Dia kehendaki terhadap kekuasaan-Nya. Berkata Imam As-Sam'ani (4), "Metode untuk memahami perkara takdir ini adalah paket berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah, bukan semata-mata dengan qiyas ataupun rasio belaka. Maka barangsiapa yang menyelisihi petunjuk dari Al-Kitab dan As-Sunnah, niscaya dia sesat dan terjerumus kepada kebingungan serta tidak akan mendapatkan obat bagi jiwa dan tidak pula sampai kepada apa yang dapat menenangkan hatinya, karena takdir merupakan satu rahasia di antara rahasia Allah Ta'ala yang tertutup bagi selain-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala merahasiakannya dari akal manusia dan pengetahuan mereka karena Allah mengetahui adanya hikmah mengapa Allah merahasiakannya. Maka wajib atas kita untuk tawaqquf (berdiam diri) terhadap perkara yang kita tiada kuasa menjangkaunya. Allah Ta'ala merahasiakan takdir-Nya atas sekalian alam, maka tiada mengetahuinya secara rinci baik Malaikat ataupun Nabi yang diutus. Dikatakan, "Sesungguhnya rahasia takdir akan terkuak bagi manusia manakala sudah masuk jannah dan sebelumnya belum terkuak."

Telah disebutkan di dalam hadits-hadits tentang larangan meninggalkan amal dengan dalih menggantungkan takdir, bahkan wajib untuk beramal dan mengerjakan apa yang telah disebutkan oleh syari'at dan setiap orang dimudahkan dengan apa yang diciptakan untuknya yang tidak ditakdirkan untuk selainnya, maka barangsiapa yang ditakdirkan Allah untuk menjadi orang yang berbahagia (ahli jannah) niscaya Allah akan memudahkan baginya untuk mengamalkan perbuatan ahli jannah dan barangsiapa yang ditetapkan Allah sebagai orang yang celaka (ahli neraka) maka Allah Ta'ala akan memudahkan baginya mengerjakan amalan ahli neraka. Allah Ta'ala berfirman:

"Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah." (Al-Lail: 7)

"Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar." (Al-Lail: 10)

Para ulama berkata, "Ketetapan Allah Ta'ala, Lauh (Al-Mahfudz) dan tulisannya merupakan perkara yang wajib diimani, adapun tentang bagaimana hakekatnya dan sifatnya maka yang mengetahui adalah Allah Ta'ala:

"Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya." (Al-Baqarah: 255)

Wallahu a'lam.

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

1. Perawi hadits adalah sayyidina Abdullah bin Mas'ud bin Ghafil Al-Hadzali Abu Abdirrahman, termasuk as sabiqunal awwaluun (yang awal-awal masuk Islam), mengikuti perang Badar, beliau menyerupai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hal memberikan arahan, bimbingan dan tingkah lakunya. Mendapatkan Al-Qur'an secara langsung dari Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) sebanyak 70 surat, wafat di Madinah tahun 32 H.

2. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.

3. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 6607.

4. Manshur bin Muhammad bin Abdul Jabbar Al-Marwazi As Sam'ani Asy-Syafi'i, ahli tafsir, termasuk ulama hadits, lahir dan wafat di Marwazi, beliau adalah mufti Khurasan dan kakek dari As-Sam'ani pengarang Al-Ansaab, wafat tahun 489 H.

===

Maraji'/ Sumber:

Kitab: Syarh Matan Al-Arba'ien An-Nawawiyah, Pensyarah: Ibnu Daqiiqil 'Ied, Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Syarah Hadits Arba'in, Penerjemah: Abu Umar Abdullah Asy-Syarif, Penerbit: At-Tibyan, Solo - Indonesia, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!