Saturday 25 February 2017

50 Kesalahan dalam Berhari Raya (1-3)

al-Kalimaatun Naafi'ah fil Akhthoo-isy Syaa-i'ah: Khomsuun Khotho-an fii Sholaatil 'Iidain.

50 Kesalahan dalam Berhari Raya.

Syaikh Wahid 'Abdus Salam Baali.

Mufti Hamdan.

Bab I.

Kesalahan-kesalahan seputar dua hari raya.

1. Tidak mandi untuk melaksanakan shalat 'id.

Di antara orang-orang (Islam) ada yang meremehkan urusan mandi dan bersuci untuk pelaksanaan shalat 'id. Ini adalah suatu kesalahan, bahkan ia dianjurkan mandi untuk pelaksanaan shalat 'id.

Imam al-Baihaqi telah meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Zadzan, ia berkata, "Seorang laki-laki bertanya kepada 'Ali radhiyallahu 'anhu mengenai mandi, 'Ali menjawab, 'Mandilah setiap hari jika kau mau.' Lalu orang itu berkata, 'Bukan itu, maksudku mengenai mandi (tertentu).' 'Ali menjawab, 'Yaitu, mandi hari jum'at, hari 'arafah, hari an-nahr ('idul adh-ha), dan hari 'idul fithri." (1)

2. Tidak memakai pakaian terbaik pada hari 'id.

Di antara kaum muslimin ada yang tidak memakai pakaian yang baru kecuali setelah pelaksanaan sholat 'id. Ini adalah suatu kesalahan, bahkan seharusnya ia memperbaiki penampilan (dengan memakai pakaian terbaik, mandi, dan memakai wewangian -penj).

Imam ath-Thobroni telah meriwayatkan dalam kitab al-Ausath, dengan sanad yang hasan, dari Ibnu 'Abbas rodhiyaLLOOHU 'anhu, ia berkata:

"Pada hari 'id, Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam mengenakan kain burdah merah." (2)

3. Tidak memakan beberapa butir kurma sebelum berangkat sholat pada hari 'idul Fithri.

Di antara orang-orang ada yang berangkat ke musholla (lapangan tempat pelaksanaan sholat) pada hari 'idul Fithri sebelum memakan sesuatu. Ini adalah suatu kekeliruan, bahkan ia disunnahkan untuk memakan beberapa butir kurma, sebelum berangkat ke musholla (lapangan tempat pelaksanaan sholat).

Imam al-Bukhori telah meriwayatkan dari Anas rodhiyaLLOOHU 'anhu, ia berkata:

"Pada hari 'idul Fithri, tidaklah Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam berangkat, melainkan setelah Beliau makan beberapa butir kurma." (3)

Dalam satu riwayat disebutkan, "Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam memakannya dalam jumlah ganjil." (4)

Imam at-Tirmidzi rohimahuLLOOH berkata, "Beberapa orang dari ahli 'ilmu menganjurkan agar tidak keluar (berangkat sholat) pada hari 'idul Fithri, sehingga memakan sesuatu dan menganjurkan agar makan pagi dengan tamr (kurma matang)."

Imam Ibnu Qudamah rohimahuLLOOH berkata, "Kami tidak mengetahui adanya ikhtilaf (perbedaan pendapat) dalam anjuran sarapan pagi pada hari 'idul Fithri."

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Catatan Kaki:

(1) Shahih: Hadits Riwayat Imam al-Baihaqi. Imam al-Albani berkata dalam kitab al-Irwaa' 1/176, "Sanadnya shahih."

(2) Shohih. Hadits Riwayat Imam al-Baihaqi. Imam al-Albani berkata dala kitab al-Irwaa' 1/176, "Sanadnya shohih."

(3) Shohih. Hadits Riwayat Imam al-Bukhori nomor 953.

(4) Shohih. Ini adalah redaksi hadits yang dimu'allaqkan (diriwayatkan tanpa sanad) oleh Imam al-Bukhori dengan shighoh jazm. Dan dimaushulkan (disambung sanadnya) oleh Imam Ibnu Khuzaimah dan Imam Ahmad, dengan sanad yang hasan, dengan redaksi: "Beliau memakannya dalam jumlah ganjil."

===

Maraji'/ Sumber:

Kitab: al-Kalimaatun Naafi'ah fil Akhthoo-isy Syaa-i'ah: Khomsuun Khotho-an fii Sholaatil 'Iidain, Penulis: Syaikh Wahid 'Abdus Salam Baali, Penerbit: Dar Ibni Rojab, Cetakan II, 1424 H/ 2003 M, Judul terjemahan: 50 Kesalahan dalam Berhari Raya, Penerjemah: Mufti Hamdan, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir - Bogor, Cetakan I, 1426 H/ 2005 M.