Thursday 8 June 2017

Kajian Kedua Puluh | Sarana-sarana untuk Meraih Kemenangan yang Hakiki | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.

Salafuddin Abu Sayyid.

Kajian Ramadhan.

Kajian Kedua Puluh.

Sarana-sarana untuk Meraih Kemenangan yang Hakiki.

Segala puji bagi Allah yang Mahaagung kekuasaan-Nya, Maha Perkasa dalam menjalankan segala kebijakan-Nya, dan Mahatahu terhadap segala keadaan hamba-Nya, baik dalam keadaan tampak maupun tersembunyi. Allah akan senantiasa memberikan pertolongan kepada setiap mujahid dan akan mengangkat derajat orang yang merendahkan diri di hadapan-Nya. Allah mendengar goresan pena saat digunakan untuk menulis dan melihat semut kecil yang sedang merayap di liangnya yang gelap gulita. Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah bahwa langit dan bumi itu berdiri atas perintah-Nya.

Aku memuji Allah atas qadha yang ditetapkan-Nya, baik yang manis maupun yang pahit. Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi pula bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya yang diutus untuk membawa kebaikan kepada seluruh makhluk, baik di daratan maupun lautan. Semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, kepada shahabat dekat beliau, Abu Bakar, yang menjadi manusia pertama yang dadanya dipenuhi oleh keimanan, kepada 'Umar yang dengan ketegasan dan keperkasaannya ia menjadikan Islam ini mulia, kepada 'Utsman pemilik dua cahaya yang senantiasa bersabar terhadap segala perintah Allah, betapapun pahitnya, kepada 'Ali putera paman dan sekaligus menantu beliau sendiri, serta kepada keluarga, para shahabat seluruhnya dan siapa saja yang mengikuti jejak mereka hingga hari Kiamat.

Saudaraku sekalian, sesungguhnya Allah telah memberikan kemenangan kepada kaum mukminin di berbagai pertempuran yang banyak, baik ketika perang Badar, Ahzab, Fathu Makkah, Hunain dan seterusnya. Allah menolong dan memenangkan mereka sebagai pelaksanaan dari janji Allah itu sendiri kepada mereka. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

"Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman." (Qur-an Surat ar-Rum (30): ayat 47)

"Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari Kiamat), (yaitu) hari yang tiada berguna bagi orang-orang zhalim permintaan maafnya dan merekalah laknat dan tempat tinggal yang buruk." (Qur-an Surat Ghafir (40): ayat 51-52)

"Allah menolong dan menolong mereka karena mereka mau menegakkan agama-Nya yang bisa mengalahkan seluruh agama yang lain. Orang yang berpegang kepadanya, maka ia pasti menang atas seluruh ummat yang lain. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur-an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." (Qur-an Surat at-Taubah (9): ayat 33)

Allah memberikan pertolongan dan kekuatan kepada mereka untuk menunaikan sebab-sebab kemenangan yang hakiki, baik yang bersifat material maupun spiritual. Mereka mempunyai kemauan kuat yang mereka tunjukkan di dalam menghadapi musuh-musuh mereka. Ini mereka lakukan berdasarkan bimbingan dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada mereka dan sejalan dengan petunjuk dan pengukuhan dari-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)." (Qur-an Surat Ali 'Imran (3): ayat 139-140)

"Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Qur-an Surat an-Nisa' (4): ayat 104)

"Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu. Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau." (Qur-an Surat Muhammad (47): ayat 35-36)

Dengan pengukuhan dan peneguhan ini, mereka merasa senang dengan kekuatan, keteguhan dan kesungguhan yang mereka miliki. Mereka pun melakukan segala persiapan kekuatan dengan melaksanakan perintah Rabb mereka. "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi." (Qur-an Surat al-Anfal (8): ayat 60)

Kekuatan itu berupa kekuatan jiwa yang bersifat batiniyah dan juga kekuatan militer yang bersifat lahiriyah. Allah memberikan pertolongan kepada mereka karena mereka menolong agama Allah Subhaanahu wa Ta'aala:

"... Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Maha Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar, dan kepada Allahlah kembali segala urusan." (Qur-an Surat al-Hajj (22): ayat 40-41)

Dalam kedua ayat yang mulia ini, Allah memberikan janji pertolongan kepada orang yang mau menolong agama-Nya dalam bentuk janji yang dikuatkan dengan menggunakan bentuk taukid lafzhi maupun ma'nawi. Bentuk taukid lafzhi adalah bentuk sumpah yang disembunyikan (muqaddarah), dan wujudnya adalah wallahi layanshurannallahu man yanshuruhu (Demi Allah, Allah pasti akan menolong orang yang menolong agama-Nya). Demikian juga huruf lam dan nun dalam kata wa layanshuranna, maka keduanya berfungsi sebagai taukid (penguat). Sedangkan bentuk taukid ma'nawi adalah firman Allah: innallaha laqawiyyun 'aziz (sungguh Allah itu Mahakuat dan Maha Perkasa). Allah Subhaanahu wa Ta'aala Mahakuat dan tidak akan pernah lemah. Allah Maha Perkasa dan tidak pernah lemah dan hina. Setiap kekuatan dan keperkasaan yang menentang-Nya pasti akan nista dan lemah. Firman Allah yang menyatakan: "dan kepada Allahlah kembali segala urusan," merupakan peneguhan terhadap orang yang beriman ketika mereka merasa jauh dari kemenangan dari pandangannya disebabkan karena keterjauhannya dari sebab-sebab kemenangan itu. Akibat segala urusan itu kembali kepada Allah saja. Hanya Allah yang bisa merubah apa saja yang dikehendaki-Nya sesuai dengan hikmah/ kebijaksanaan-Nya.

Kedua ayat ini mengandung penjelasan mengenai sifat-sifat yang akan menyebabkan turunnya pertolongan Allah. Sifat-sifat ini harus benar-benar dipegang oleh setiap mukmin setelah mereka diteguhkan di muka bumi. Jangan sampai peneguhan dari Allah ini membuat mereka tertipu dengan merasa bangga, sombong, tinggi dan angkuh dan melakukan kerusakan. Akan tetapi harus sebaliknya, yaitu semakin menambah kekuatan dalam memeluk agama Allah dan dalam berpegang teguh dengan-Nya.

Sifat pertama: "(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat." (Qur-an Surat al-Hajj (22): ayat 40)

Peneguhan di muka bumi tidak akan terwujud kecuali setelah terealisasikannya peribadahan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala semata, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala:

"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku." (Qur-an Surat an-Nur (24): ayat 55)

Jika semua hamba telah beribadah kepada Allah secara murni (ikhlash) kepada-Nya, baik mengenai perkataan, perbuatan maupun kehendaknya, dimana dalam beribadah itu ia hanya menghendaki keridhaan Allah dan kampung akhirat, tidak menginginkan pangkat, kedudukan, atau pujian dari manusia, juga tidak menghendaki hal lain dari harta benda dunia, lalu ia terus melaksanakan peribadahan seperti ini dalam keadaan terbuka maupun sembunyi, dalam keadaan sempit maupun longgar, maka Allah akan meneguhkannya di muka bumi. Dengan demikian, peneguhan di muka bumi menuntut adanya karakter ini, yaitu penyembahan (ibadah) kepada Allah saja, dan tidak menyekutkan-Nya.

Sifat yang kedua: Menegakkan shalat. Yaitu menunaikan shalat sebagaimana yang dikehendaki oleh syara', dengan memenuhi syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, kewajiban-kewajibannya, serta menyempurnakannya dengan sunnah-sunnahnya. Dengan demikian, ia harus bersuci dengan baik, melakukan rukuk dan sujud, berdiri dan duduk, menjaga waktu, selalu melaksanakan shalat Jum'at dan shalat berjam'ah, serta memelihara kekhusyuan dalam shalat, yaitu kehadiran hati dan ketenangan anggota badan. Sebab, khusyu' itu merupakan 'ruh' dan inti dari shalat. Shalat tanpa kekhusyuan seperti jasad tanpa nyawa.

Diriwayatkan dari Amar bin Yasir radhiyallaahu 'anhu bahwa ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Sesungguhnya seseorang selesai mengerjakan shalat, namun yang tercatat untuknya hanya sepersepuluh dari shalatnya, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, atau setengahnya." (Hadits Riwayat Abu Dawud) (47)

Sifat yang ketiga: Menunaikan zakat. Yaitu memberikannya kepada mereka yang berhak menerimanya untuk membersihkan jiwa mereka secara utuh tanpa ada kekurangan, dan hal itu ia lakukan untuk mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya. Dengan zakat itu mereka menyucikan jiwa dan membersihkan harta mereka serta memberikan kemanfaatan kepada saudara-saudara mereka dari kalangan kaum fakir miskin dan orang-orang lainnya yang membutuhkan uluran tangan. Di depn telah kami jelaskan siapa saja yang berhak menerima zakat.

Sifat yang keempat: Menyuruh berbuat yang makruf. Yang dinamakan makruf adalah segala yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, baik yang wajib maupun sunnah. Mereka menyuruh berbuat demikian dalam rangka menghidupkan syari'at Allah, memperbaiki para hamba-Nya, dan meraih rahmat dan keridhaan-Nya. Orang mukmin kepada mukmin yang lain adalah seperti satu bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Sebagaimana halnya seorang mukmin itu suka melaksanakan ketaatan kepada Rabbnya, maka demikian pulalah bahwa ia juga suka bila saudara-saudaranya itu melaksanakan ketaatan kepada Allah sebagaimana halnya yang dirasakan oleh dirinya. Memerintahkan yang makruf yang didasari oleh keimanan dan pembenaran yang kuat mengharuskan orang yang memerintahkan itu terlebih dahulu menunaikan apa yang ia perintahkan, karena ia memerintahkannya atas dasar keimanan dan keyakinan mengenai faedah dan buahnya, baik yang bersifat segera maupun lambat (duniawi maupun ukhrawi).

Sifat yang kelima: Mencegah dari perbuatan yang munkar. Yang dinamakan munkar adalah segala yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, baik yang berupa dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil, dalam hal yang berkaitan dengan ibadah, atau akhlak, atau muamalah. Mereka mencegah itu semua untuk menjaga agama Allah, memelihara para hamba-Nya, serta menghindari hal-hal yang menyebabkan kerusakan.

Memerintahkan yang makruf dan mencegah yang munkar merupakan dua pilar yang sangat kuat bagi kelangsungan ummat ini serta bagi kemuliaan dan kesatuannya, sehingga tidak bisa dibuat terpecah belah oleh hawa nafsu dan tidak bisa diporak-porandakan oleh berbagai langkah yang keliru. Oleh karena itu amar makruf nahi munkar merupakan bagian dari kewajiban agama ini bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman: "Hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat." (QS. Ali 'Imran (3): 104-105)

Kalau saja tidak ada amar makruf nahi munkar, maka manusia akan terpecah menjadi berbagai golongan dan akan tercabik-cabik menjadi sekian kelompok, yang masing-masing akan berbangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. Dengan karakter inilah ummat ini menjadi ummat yang utama mengalahkan ummat yang lainnya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman: "Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali 'Imran (3): 110)

Jika hal ini ditinggalkan, maka yang terjadi adalah laknat dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Allah berfirman: "Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Dawud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu." (QS. Al-Maidah (5): 78-79)

Kelima sifat ini manakala telah terealisasi, di samping tetap melaksanakan petunjuk dan bimbingan dari Allah, berupa keteguhan dan penetapan hati serta persiapan kekuatan fisik, maka kemenangan dan pertolongan dari Allah akan terwujud dengan izin Allah. "Sebagai janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang mereka itu lalai tentang (kehidupan) akhirat." (QS. Ar-Rum (30): 6-7)

Ummat ini akan mendapatkan pertolongan dari Allah yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Orang mukmin yang yakin sekali dengan janji Allah tentu tahu bahwa sebab-sebab material, sekalipun begitu kuat, tetap saja tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan kekuatan dari Allah yang sengaja diciptakan oleh Allah. Dahulu, kaum 'Ad pernah berbangga dengan kekuatan yang mereka miliki, sampai-sampai mereka mengatakan: "Siapa yang lebih kuat dari kami?!" Namun Allah mengatakan: "Apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya dari mereka? Dan mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. Maka Kami tiupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan sesungguhnya siksaan akhirat lebih menghinakan, sedang mereka tidak diberi pertolongan." (QS. Fushshilat (41): 15-16)

Hal yang sama juga terjadi pada diri fir'aun. Ia merasa bangga dan sombong dengan kerajaan mesir yang ada di tangannya, dengan sungai-sungainya yang mengalir di bawahnya. Namun kemudian Allah menenggelamkannya dengan air yang ia banggakan, kemudian kerajaan-Nya diwarisi oleh Musa 'alaihis salaam dan kaumnya, yang sebelumnya mereka itu di mata fir'aun sangatlah kerdil dan tidak ada apa-apanya.

Kaum Quraisy pun demikian. Mereka merasa bangga dan angkuh dengan keagungan dan keperkasaannya. Mereka keluar dari kampung halaman mereka dengan membawa para pemimpin dan pembesar mereka dengan begitu sombong dan pamer kehebatan di muka manusia lain. Mereka mengatakan: "Kami tidak akan pernah mau kembali sehingga kami tiba di Badar, untuk kemudian berpesta dengan memotong ternak, minum-minum arak, menikmati para biduan bernyanyi dan bermain musik. Dan, biar bangsa Arab mendengar dan tahu, sehingga mereka senantiasa merasa takut terhadap kehebatan kita."

Namun pada akhirnya mereka kalah telak di tangan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan para Shahabat radhiyallaahu 'anhum -dengan izin Allah- dengan kekalahan yang paling buruk sepanjang peperangan yang pernah mereka alami. Bangkai-bangkai mereka dimasukkan ke dalam sumur di Badar. Akhirnya mereka menjadi bahan pembicaraan orang mengenai kehinaan dan kenistaan mereka hingga hari Kiamat.

Kita kaum muslimin di zaman ini jika mampu melaksanakan sebab-sebab terwujudnya kemenangan dan pertolongan dari Allah, yaitu dengan melaksanakan kewajiban agama kita, sehingga kita menjadi teladan yang menjadi orang yang diikuti, bukannya menjadi pengikut orang lain, lalu kita berupaya memiliki dan menguasai seluruh sarana perang modern dengan penuh kesungguhan dan ketulusan, maka sungguh Allah pasti menolong kita di dalam menghadapi musuh-musuh kita sebagaimana Allah telah menolong dan memenangkan para pendahulu kita. Allah benar-benar memenuhi dan mewujudkan janji-Nya, menolong hamba-Nya serta menghancurkan golongan-golongan musuh. "Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu." (QS. Al-Fat-h (48): 23)

Ya Allah, bantulah kami untuk bisa melaksanakan sebab-sebab mendapat pertolongan dan meraih kemenangan, yang dengan itu kami mendapatkan pertolongan dan kemenangan, meraih kemuliaan dan kehormatan, sehingga Islam menjadi tinggi sedangkan kekufuran dan kedurhakaan menjadi hina nista. Sesungguhnya Engkau Maha Dermawan.

Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, serta kepada keluarga dan para Shahabat seluruhnya.

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Catatan Kaki:

(47) Al-Iraqi mengatakan bahwa sanadnya shahih.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.