Monday 1 May 2017

Al-Baqarah, Ayat 51-54 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir.

Shahih Tafsir Ibnu Katsir.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Ustadz Abu Ihsan al-Atsari.

Surat al-Baqarah.

Al-Baqarah, Ayat 51-53.

Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sebagai sesembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zhalim. (QS. 2: 51) Kemudian setelah itu Kami maafkan kesalahanmu agar kamu bersyukur. (QS. 2: 52) Dan (ingatlah) ketika Kami berikan kepada Musa al-Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. 2: 53)

Bani Israil Mengambil Anak Sapi Sebagai Sesembahan

Allah Ta'ala berfirman: "Ingatlah akan berbagai nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian, yaitu berupa ampunan yang Aku berikan kepada kalian atas tindakan kalian menyembah anak sapi setelah kepergian Musa ('alaihis salaam) untuk waktu yang ditentukan Rabb-nya, yakni setelah berakhir masa perjanjian selama 40 hari."

Itulah perjanjian yang disebutkan dalam surat al-A'raaf dalam firman-Nya: "Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa tiga puluh hari dan Kami menambahnya dengan sepuluh hari." (QS. Al-A'raaf: 142)

Ada yang mengatakan, yaitu bulan Dzulqa'dah penuh ditambah dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Hal itu terjadi setelah mereka bebas dari kejaran fir'aun dan selamat dari tenggelam ke dasar laut.

Firman Allah: "Dan ingatlah ketika Kami memberikan al-Kitab kepada Musa," yakni kitab Taurat. Dan, "وَالْفُرْقَانَ" (wal furqaan), yaitu Kitab yang membedakan antara yang haq dengan yang bathil, dan (membedakan pula antara) petunjuk dan kesesatan. "لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ" (la'allakum tahtaduun) "Agar kamu mendapat petunjuk." Peristiwa tersebut juga terjadi setelah mereka berhasil keluar dari laut, sebagaimana yang ditunjukkan oleh nash ayat yang tercantum dalam surat al-A'raaf, juga firman-Nya: "Dan sesungguhnya Kami telah memberikan al-Kitab (Taurat) kepada Musa sesudah Kami binasakan generasi-generasi terdahulu untuk menjadi pelita bagi manusia, petunjuk dan rahmat agar mereka ingat." (QS. Al-Qashash: 43)

Al-Baqarah, Ayat 54

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sebagai sesembahanmu), maka bertaubatlah kepada Rabb yang telah menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu lebih baik bagimu di sisi Rabb yang telah menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dia-lah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. 2: 54)

Taubat Bani Israil dengan Membunuh Diri Mereka Sendiri

Ini adalah sifat taubat yang Allah terima atas Bani Israil karena mereka telah menyembah anak sapi. Al-Hasan al-Bashri rahimahullaah berkata tentang firman Allah Ta'ala: "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: 'Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sebagai sesembahanmu)," ia mengatakan: "Yaitu ketika merasuk ke dalam hati mereka keinginan menyembah anak sapi, hingga Allah berfirman: 'Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka sesat, mereka pun berkata: 'Sungguh jika Rabb kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami.'' (QS. Al-A'raaf: 149)"

Ia melanjutkan: "Yaitu ketika Musa ('alaihis salaam) berkata: 'Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sebagai sesembahanmu).'" (202)

Abul 'Aliyah, Sa'id bin Jubair dan ar-Rabi' bin Anas mengatakan tentang firman Allah: (fatuubuu ilaa baari-ikum), "Kata (baari-ikum) artinya Rabb yang telah menciptakan kamu." (203)

Aku (Ibnu Katsir) katakan: "Firman Allah (ilaa baari-ikum) 'Yang telah menjadikan kamu' merupakan peringatan atas besarnya dosa mereka. Yakni bertaubatlah kepada Rabb yang telah menciptakan kalian karena kalian telah menyembah sesuatu selain-Nya."

An-Nasa-i, Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma), ia berkata: "Allah Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman: 'Sesungguhnya taubat mereka adalah tiap-tiap orang membunuh anak atau orang tua mereka yang mereka temui. Dia harus membunuhnya dengan pedang tanpa harus peduli siapakah yang terbunuh di tempat itu.' Maka bertaubatlah orang-orang yang tersamar atas Musa dan Harun yang mana Allah telah memperlihatkan dosa mereka. Mereka pun mengakuinya dan melakukan apa yang telah diperintahkan tersebut. Maka Allah memberikan ampunan bagi siapa yang membunuh dan terbunuh." (204)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma), ia berkata: "Musa 'alaihis salaam berkata kepada kaumnya: 'Maka bertaubatlah kepada Rabb yang telah menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu lebih baik bagimu di sisi Rabb yang telah menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dia-lah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.'"

Ibnu 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma) berkata: "Musa 'alaihis salaam memerintahkan kaumnya dengan perintah Rabb-nya 'Azza wa Jalla agar mereka membunuh diri mereka sendiri. Ia menyampaikannya kepada orang-orang yang telah menyembah anak sapi. Mereka pun duduk. Kemudian orang-orang yang tidak menyembah anak sapi pun menyingkir. Lalu orang-orang yang menyembah anak sapi mengambil pisau dengan tangan-tangan mereka kemudian suasan gelap menyelimuti mereka. Lalu mereka saling membunuh satu sama lainnya. Kemudian tersingkaplah kegelapan dari mereka dan mereka mendapati tujuh puluh orang yang wafat. Siapa saja dari mereka yang terbunuh maka taubatnya diterima, dan siapa saja yang mereka yang tidak terbunuh maka taubatnya juga diterima." (205)

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

(202) Ibnu Abi Hatim (1/167).

(203) Ibnu Abi Hatim (1/167).

(204) An-Nasa-i dalam al-Kubra (6/404 dan 405), Tafsiir ath-Thabari (18/306) dan Ibnu Abi Hatim (1/168).

(205) Tafsiir ath-Thabari (2/73).

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.