Monday 1 May 2017

Mukaddimah Pentahqiq | Aqidah Salaf Ashabul Hadits

'Aqiidatus Salaf Ash-haabul Hadiits.

Aqidah Salaf Ashabul Hadits.

Syaikhul Islam Abu Isma'il 'Abdurrahman bin Isma'il ash-Shabuni.

Badar bin 'Abdullah al-Badar.

Abu Umar Basyir al-Maidani.

Mukaddimah Pentahqiq.

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim.

Sesungguhnya, segala puji bagi Allah. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya, serta meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan jiwa kita dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, tak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang Allah sesatkan, tiada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi, tidak ada Yang berhak diibadahi (dengan benar) melainkan Allah. Dan bahwasanya Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam adalah hamba dan utusan-Nya.

Amma ba'du.

Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah Kalamullah. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Seburuk-buruk urusan adalah yang diada-adakan. Setiap yang diada-adakan adalah bid'ah. Setiap bid'ah adalah sesat. Dan setiap kesesataan adalah Naar tempat kembalinya.

Amma ba'du, sesungguhnya menghidupkan kembali warisan ajaran Islam yang meliputi akidah Islam yang benar, adalah satu hal yang vital. Demikian sangat vitalnya, khususnya di zaman sekarang ini, dimana kebangkitan Islam mulai muncul diberbagai penjuru negeri-negeri Islam. Hal itu menjadi amat vital di zaman sekarang ini, karena ummat Islam memang harus mengerti rambu-rambu yang benar dalam upaya kembali kepada ajaran Allah Sub-haanahu wa Ta'aala. Rambu-rambu itu akan memperjelas baginya metodologi yang benar dalam memahami akidah yang merupakan asa paling fundamental dalam membangun masyarakat Islam yang sesungguhnya. Karena seandainya metodologi atau sistem memahami Islam yang digunakan belumlah benar, maka kebangkitan Islam itu sendiripun akan menyimpang dari jalan yang lurus. Kita meyakini dengan sangat, bahwa manhaj atau metodologi Ahlus Sunnah wa Jama'ah dalam memahami akidah Islam adalah manhaj yang tepat yang harus disodorkan ke tengah ummat pada saat ini. Sehingga mereka betul-betul menjadi ummat Islam sejati yang berhak mendapatkan pertolongan dan keridhaan Allah Sub-haanahu wa Ta'aala.

Manhaj tersebut tercermin dalam beberapa hal:

1. Merujuk kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam setiap permasalahan akidah, tanpa menolaknya sedikitpun atau menakwilkannya.

2. Berpegang teguh kepada apa yang dipegang teguh oleh para Shahabat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.

3. Menghindari berbantah-bantahan dengan ahlul bid'ah, duduk-duduk dengan mereka, mendengarkan ucapan mereka, atau membongkar syubhat-syubhat mereka.

4. Menghindari pembicaraan dalam perkara-perkara akidah yang berkaitan dengan masalah ghaib, yang tidak ada tempat bagi akal manusia untuk memikirkannya.

5. Gigih dalam membina kesatuan kaum muslimin dan jama'ah mereka.

Itulah manhaj yang hak, yang diterapkan oleh para ulama salaf dan diwasiatkan kepada orang-orang sesudah mereka. Dalam manhaj/ metodologi tersebut, akal manusia dapat terpelihara dari kebobrokan dan penyimpangan. Dan masyarakat pun terbentengi dari perpecahan dan kesesatan. Segala penyimpangan yang terjadi pada ummat ini, adalah akibat penyimpangan mereka dari manhaj tersebut, serta penyelewengan mereka dari wahyu Ilahi, yang mereka ganti dengan undang-undang buatan manusia. Sebagiannya berasal dari kerancuan yang mengalir dari filsafat paganisme ala yunani. Sebagian lagi bersumber pada penyimpangan otak manusia yang jahil terhadap dien Allah Sub-haanahu wa Ta'aala. Akibatnya, ummat terpecah belah menjadi berkelompok-kelompok dan bermadzhab-madzhab. Masing-masing memiliki metode, sistem, pemimpin dan pengikut sendiri-sendiri.

Namun di zaman yang diliputi kelemahan dan berbagai penyelewengan tersebut, Allah tetap menempatkan para ulama pembimbing ummat, yang akan memelihara dan menjaga akidah mereka, serta memberi sanggahan kepada orang-orang yang menyelisihi dan menentang mereka. Dari mulai fajar munculnya ajaran Islam hingga datangnya hari Kiamat, insya Allahu Ta'ala. (1)

Maka dari itu, para ulama Ahlus Sunnah tergerak menyusun berbagai tulisan yang menjelaskan akidah yang benar yang wajib diyakini seorang muslim dan dipegangnya dengan erat sampai akhir hayat. Di antara tulisan-tulisan tersebut, yaitu risalah yang ada di hadapan kita sekarang ini: Risalah tentang 'Akidah Ahlussunnah wa Jama'ah dan Ashhabul Hadits karya Syaikhul Islam al-Imam Abu Isma'il 'Abdurrahman bin Isma'il ash-Shabuni rahimahullaah Ta'ala.

Dalam risalah ini, penulis mengungkapkan berbagai persoalan akidah terpenting yang disepakati Ahlussunah wal Jama'ah. Dengan sengaja menghindari pemaparan dalil-dalil dan perselisihan yang terjadi di dalamnya secara panjang lebar. Namun begitu, beliau masih mengulas panjang penyebutan dalil-dalil tentang beberapa persoalan. Seperti persoalan turunnya Allah 'Azza wa Jalla [dari 'Arsy] dan lain-lain.

Demikianlah, dan dalam memberikan komentar terhadap risalah ini, aku bersandar kepada cetakan yang dibuat, termasuk dalam muatan kumpulan risalah-risalah al-Muniriah. (2) Demikian juga aku bersandar kepada copy teks yang masih berupa manuskrip, dari inventaris al-Maktabah azh-Zhahiriah di Damaskus Syiria. Yaitu yang tertulis dalam 16 lembar dengan tulisan tangan yang cukup lumayan. Di dalamnya tertera juga sebagian periwayatannya. Judul yang tertulis di dalamnya yaitu Kitabu ar-Risalah fi I'tiqad Ahlis Sunnah wa Ashhabil Hadits wa A'immah.

Ibnu Taimiyah pernah menyinggung-nyinggung risalah itu dalam kitabnya Syarah Haditsi an-Nuzul hal. 50-52. Demikian juga adz-Dzahabi dalam al-'Uluw hal. 179-180. Mereka berdua menukilnya dari beberapa keterangan nash.

Aku tak dapat bersandar penuh kepada manuskrip tersebut, karena teks yang sudah tercetak memiliki banyak tambahan dibanding manuskrip itu. Sehingga sistematika aku dalam mentahqiq (melakukan penelitian) adalah sebagai berikut:

1. Teks yang telah tercetak itu aku jadikan induk rujukan. Seandainya ada perbedaan antara keduanya (yakni antara naskah cetakan dengan naskah manuskrip), akan aku jelaskan. Seandainya ada tambahan yang terdapat dalam manuskrip yang tak terdapat dalam teks cetakan tersebut, akan aku cantumkan dalam kurung kurawal []. Seandainya ada tambahan dalam teks tercetak tersebut, tak akan aku terangkan karena terlalu banyak.

2. Aku mengklasifikasikan risalah ini menjadi beberapa fasal pembahasan dan aku lengkapi dengan nomor urut agar mudah diberikan komentar dan mudah dijadikan rujukan.

3. Aku membiarkan sub-sub judul yang diberikan oleh penerbit cetakan yang lalu. Tapi mungkin terkadang aku rubah sesuai dengan kebutuhan yang mengharuskan.

4. Aku mentakhrij (menjelaskan sumber) hadits-hadits dan atsar (perbuatan Shahabat) yang termuat dalam risalah ini sebatas kemampuan aku. Sebagian atsar ada yang tidak aku ketemukan siapa yang mengeluarkannya selain penulis sendiri. Lalu aku upayakan untuk menetapkan hukum keshahihan atau kedha'ifan hadits-hadits tersebut berdasarkan kodifikasi dalam musthalahul hadits. Kalau ada yang aku biarkan tanpa komentar, berarti aku belum menemukan biografi salah seorang perawinya. Kadang secara kebetulan, aku tidak menemukan nama atau nasabnya yang tepat. Maka aku meletakkan tanda (?) di depannya sebagai isyarat bahwa aku belum mengetahuinya.

5. Aku memberikan komentar ringkas pada soal-soal yang membutuhkan komentar. Sambil mengharap kepada Allah 'Azza wa Jalla agar melimpahkan kepadaku taufik-Nya, agar dapat mengulang lagi cetakan risalah ini. Sehingga aku dapat memberikan keterangan dan komentar sesuai dengan yang menjadi hak buku ini.

6. Aku membuatkan beberapa daftar isi yang mungkin bermanfaat yaitu:

a. Daftar ayat-ayat al-Qur-an.
b. Daftar hadits-hadits Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.
c. Daftar nama-nama yang tercantum dalam risalah ini (yang terakhir ini tidak kami tuliskan dalam terjemahan ini, -pent).

Demikianlah, aku mengharap, semoga Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa melimpahkan taufik-Nya kepada aku dalam pekerjaan aku ini. Menjadikan amalan-amalan kita, semata-mata untuk mencari keridhaan-Nya. Menganugerahkan kepada kita akidah yang shahih. Dan melimpahkan taufik kepada kita menuju segala hal yang membawa kebaikan dunia dan akhirat. Sesungguhnya Dialah yang berhak dan berkuasa atas semua itu.

Badar bin 'Abdullah al-Badar.

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Catatan Kaki:

(1) Mulai dari Khutbatul hajah yang tertera di awal buku ini, sampai kebagian ini, disadur dari mukaddimah yang ditulis oleh pentahqiq kitab Syarah I'tiqat Ahlissunnah wal Jama'ah, tulisan Imam al-Lalikai. Yaitu yang terhormat Doktor Ahmad Sa'ad Hamdan.

(2) Perlu diketahui, bahwa buku tersebut sudah mengalami pencetakan sebanyak dua kali untuk terakhir kalinya pada tahun 1325 dan 1343 H. Sebagaimana tertulis dalam daftar isi buku-buku perpustakaan al-Azhhariyyah (280: ). Namun aku belum sempat menelaah kedua hasil cetakan itu untuk dapat diambil faedahnya. Dan perlu juga diketahui, bahwa buku ini juga sempat dicetak di ad-Darus Salafiyyah (di Kuwait) tahun 1397 H. Aku mengambil keuntungan dari cetakan itu dalam meniru penempataan sub-sub judul. Adapun kekeliruan-kekeliruan yang terdapat dalam buku tersebut, atau dalam cetakan al-Muniriyyah, aku berikan peringatan di sela-sela pemberian komentar terhadap buku ini.

===

Maraji'/ Sumber:

Kitab: 'Aqiidatu as-Salaf Ash-haabu al-Hadiits, Penulis: Syaikhul Islam Abu Isma'il 'Abdurrahman bin Isma'il ash-Shabuni rahimahullaah, Pentahqiq: Badar bin 'Abdullah al-Badar, tanpa keterangan penerbit, cetakan dan tahun. Judul terjemahan: 'Aqidah Salaf Ashabul Hadits, Penerjemah: Abu Umar Basyir al-Maidani, Penerbit: at-Tibyan, Solo - Indonesia, tanpa keterangan cetakan dan tahun.