Tuesday 2 May 2017

Kajian Ketigabelas | Adab Membaca al-Qur-an | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.

Kajian Ramadhan.

Kajian Ketigabelas.

Adab Membaca al-Qur-an.

Segala puji bagi Allah. Orang yang menyembah-Nya pasti tunduk kepada syari'at-Nya, orang yang ruku' dan sujud merasa takut kepada keagungan-Nya, orang yang bertahajjud rela tidak tidur malam untuk menikmati munajat kepada-Nya, dan para mujahid rela mencurahkan jiwa dan hartanya demi mendapatkan pahala dari-Nya.

Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman dengan firman yang tidak akan bisa diserupai oleh perkataan makhluk-Nya. Firman-Nya diturunkan kepada Nabi-Nya yang kemudian kita baca dan kita ulang-ulang siang dan malam. Yang tidak akan membosankan untuk diulang-ulang.

Aku memuji Allah dengan pujian orang yang mengharap bisa sampai kepada pintu-Nya dan tidak akan diusir darinya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah yang tidak mempunyai sekutu, dengan kesaksian yang penuh ketulusan dan kemurnian 'ibadah kepada Allah.

Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya yang telah menunaikan kewajiban 'ibadah dan terus berbekal dengannya.

Semoga Allah mencurahkan rahmat dan kasih sayang kepada beliau, kepada shahabat beliau terdekat, Abu Bakar, yang telah membuat hati orang-orang yang membencinya penuh luka, kepada 'Umar yang masih terus mengukuhkan Islam, kepada 'Utsman yang dijemput oleh kesyahidan, kepada 'Ali yang telah berhasil membabat tanaman kekufuran dan mencabutnya, juga kepada keluarga dan para shahabat beliau seluruhnya sepanjang zaman.

Sesungguhnya al-Qur-an yang ada di tangan kita, yang kita baca, kita dengar, kita hafal, dan kita tulis adalah firman (kalam) Allah, Rabb semesta alam, sembahan orang dahulu hingga orang mendatang. Al-Qur-an adalah tali Allah yang kuat, jalan-Nya yang lurus, dzikir penuh berkah serta cahaya yang menerangi. Allah berbicara dan berfirman dengan al-Qur-an ini secara hakiki sebagaimana penyifatan yang layak dengan kemuliaan dan keagungan-Nya. Allah menyampaikannya kepada Jibril yang terpercaya, salah seorang Malaikat mulia yang dekat dengan-Nya, lalu Jibril membawanya turun untuk dimasukkan ke dalam dada Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam agar ia menjadi pemberi peringatan dengan lidah Arab yang jelas. Allah menyifatinya dengan sifat-sifat yang agung, agar kita semua mengagungkan dan menghormatinya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (Qur-an Surat al-Baqarah (2): ayat 185)

"Demikianlah (kisah 'Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) al-Qur-an yang penuh hikmah." (Qur-an Surat Ali 'Imran (3): ayat 58)

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (al-Qur-an)." (Qur-an Surat an-Nisa' (4): ayat 174)

"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan." (Qur-an Surat al-Ma-idah (5): ayat 15-16)

"Tidaklah mungkin al-Qur-an itu dibuat oleh selain Allah, akan tetapi (al-Qur-an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb semesta alam." (Qur-an Surat Yunus (10): ayat 37)

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Qur-an Surat Yunus (10): ayat 57)

"(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Mahatahu." (Qur-an Surat Hud (11): ayat 1)

"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur-an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Qur-an Surat al-Hijr (15): ayat 9)

"Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur-an yang agung. Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman." (Qur-an Surat al-Hijr (15): ayat 87-88)

"Sesungguhnya al-Qur-an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka adzab yang pedih." (Qur-an Surat al-Isra' (17): ayat 9-10)

"Kami turunkan dari al-Qur-an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur-an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian." (Qur-an Surat al-Isra' (17): ayat 82)

"Katakanlah: 'Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur-an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain." (Qur-an Surat al-Isra' (17): ayat 88)

"Kami tidak menurunkan al-Qur-an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi." (Qur-an Surat Thaha (20): ayat 2-4)

"Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (al-Qur-an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam." (Qur-an Surat al-Furqan (25): ayat 1)

"Sesungguhnya al-Qur-an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. Sesungguhnya al-Qur-an itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang yang dahulu. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para 'ulama Bani Israil mengetahuinya?!" (Qur-an Surat asy-Syu'ara (26): ayat 192-197)

"Al-Qur-an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. Tidaklah patut mereka membawa turun al-Qur-an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa." (Qur-an Surat asy-Syu'ara (26): ayat 210-211)

"Sebenarnya, al-Qur-an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi 'ilmu. Tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zhalim." (Qur-an Surat al-'Ankabut (29): ayat 49)

"Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al-Qur-an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan, supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan adzab) terhadap orang-orang kafir." (Qur-an Surat Yasin (36): ayat 69-70)

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (Qur-an Surat Shad (38): ayat 29)

"Katakanlah: 'Berita itu adalah berita yang besar'." (Qur-an Surat Shad (38): ayat 67)

"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur-an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang Dia kehendaki." (Qur-an Surat az-Zumar (39): ayat 23)

"Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari al-Qur-an ketika al-Qur-an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya al-Qur-an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (al-Qur-an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." (Qur-an Surat Fushshilat (41): ayat 41-42)

"Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Qur-an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (al-Qur-an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur-an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antaraa hamba-hamba Kami. Sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Qur-an Surat asy-Syura (42): ayat 52)

"Sesungguhnya al-Qur-an itu dalam induk al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah." (Qur-an Surat az-Zukhruf (43): ayat 4)

"Al-Qur-an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini." (Qur-an Surat al-Jatsiyah (45): ayat 20)

"Qaf. Demi al-Qur-an yang sangat mulia." (Qur-an Surat Qaf (50): ayat 1)

"Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui. Sesungguhnya al-Qur-an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Rabb semesta alam." (Qur-an Surat al-Waqi'ah (56): ayat 75-80)

"Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur-an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir." (Qur-an Surat al-Hasyr (59): ayat 21)

"Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Qur-an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar." (Qur-an Surat al-Jin (72): ayat 1-2)

"Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Qur-an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh." (Qur-an Surat al-Buruj (85): ayat 21-22)

Sifat-sifat yang agung yang cukup banyak yang telah kami kutip di sini maupun lainnya yang belum kami kutip, seluruhnya menunjukkan keagungan al-Qur-an dan kewajiban kita untuk mengagungkannya, beradab terhadapnya ketika membacanya, dan menghindari perbuatan tak peduli dan main-main dalam membacanya.

1. Mengikhlaskan niat karena Allah.

Di antara adab membaca al-Qur-an adalah mengikhlaskan niat karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala di dalam membacanya. Sebab, membaca al-Qur-an merupakan bagian dari bentuk 'ibadah yang sangat agung, sebagamana yang telah kami jelaskan mengenai keutamaan al-Qur-an. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan 'ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya)." (Qur-an Surat Ghafir (40): ayat 14)

"Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (al-Qur-an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya." (Qur-an Surat az-Zumar (39): ayat 2)

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus." (Qur-an Surat al-Bayyinah (98): ayat 5)

Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Bacalah al-Qur-an dan carilah wajah Allah (keridhaan-Nya) 'Azza wa Jalla dalam membacanya sebelum datang suatu kaum yang membacakan al-Qur-an seperti orang yang sedang mengadakan undian. Mereka mengharapkan hasil yang cepat (imbalan duniawi) dan tidak mengharapkan hasil yang lambat (pahala ukhrawi)." (Hadits Riwayat Imam Ahmad) (31)

2. Membaca dengan penghayatan.

Adab membaca al-Qur-an yang lainnya adalah membacanya dengan kehadiran kalbu, merenungi apa yang dibaca, memahami makna-maknanya, disertai kekhusyuan hati ketika membacanya, serta merasakan bahwa sedang bercakap dengan-Nya melalui al-Qur-an ini karena al-Qur-an adalah kalam (firman) Allah.

3. Membaca dalam keadaan suci.

Adab lainnya adalah hendaklah membacanya dalam keadaan suci (dari hadats), karena hal ini merupakan bagian dari pengagungan terhadap firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Jangan membaca al-Qur-an ketika dalam keadaan junub kecuali setelah mandi, jika memungkinkan untuk itu, atau dengan bertayamum jika hal itu tidak memungkinkan, umpamanya karena sakit atau memang tidak ada air. Akan tetapi orang yang dalam keadaan junub pun bisa selalu menyebut nama Allah dan berdo'a kepada-Nya dengan do'a yang sejalan dengan al-Qur-an, asalkan ia tidak menyengaja bahwa yang dibacanya adalah ayat-ayat al-Qur-an. Contohnya adalah mengucapkan:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ

Laa ilaaha illaa anta sub-haa naka innii kuntu minazh zhaalimiin
"Tiada sembahan yang benar kecuali hanya Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh aku ini termasuk orang-orang yang zhalim."

Atau do'a:

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْ بَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَ هَّابُ

Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa wa hablanaa min ladunka rahmatan innaka antal wahhab
"Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."

4. Tidak membaca di tempat yang kotor atau di perkumpulan yang tidak bisa diam mendengarkan.

Adab lainnya adalah jangan sampai membaca al-Qur-an di tempat-tempat yang kotor atau di tempat perkumpulan orang dimana mereka tidak bisa diam untuk mendengarkannya. Sebab, membaca al-Qur-an dalam keadaan seperti ini merupakan penghinaan terhadap al-Qur-an itu sendiri. Juga tidak boleh membaca al-Qur-an di tempat buang air dan semisalnya yang memang disiapkan untuk kencing atau berak, karena tempat seperti itu sama sekali tidak layak untuk membaca al-Qur-an.

5. Membaca ta'awwudz.

Hendaklah membaca ta'awwudz, yaitu memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, ketika hendak membaca al-Qur-an. Allah berfirman: "Apabila kamu membaca al-Qur-an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk." (Qur-an Surat an-Nahl (16): ayat 98)

Tujuannya adalah agar tidak digoda dan dihalangi oleh setan untuk membacanya atau menyelesaikan bacaannya.

Adapun berkenaan dengan bacaan basmalah, jika dalam membacanya diawali dari tengah-tengah surat, maka tidak perlu membaca basmalah, dan jika dimulai dari awal surat maka hendaklah membaca basmalah, kecuali pada awal surat at-Taubah yang pada bagian permulaannya tidak menggunakan basmalah. Sebab, para shahabat radhiyallaahu 'anhum mendapatkan persoalan ketika menulis mushaf, apakah surat at-Taubah itu merupakan surat tersendiri ataukah kelanjutan dari surat al-Anfal. Akhirnya mereka memisahkan antara kedua surat ini tanpa menuliskan basmalah. Ijtihad ini sejalan dengan kenyataan. Sebab, jika basmalah itu turun pada bagian awalnya, maka ia tetap akan terpelihara dengan pemeliharaan dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala, berdasarkan firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala: "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur-an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Qur-an Surat al-Hijr (15): ayat 9)

6. Memperindah suara.

Adab lainnya adalah memperindah suara ketika membaca dan melantunkan al-Qur-an serta menyenandungkannya. Dalam kitab Shahihain disebutkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Allah tidak pernah mendengarkan sesuatu sebagaimana mendengarkan seorang Nabi bersuara merdu yang sedang menyenandungkan al-Qur-an dengan suara yang keras."

Dalam kitab Shahihain juga disebutkan hadits dari Jubair bin Muth'im radhiyallaahu 'anhu bahwa ia berkata:

"Aku telah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membaca surat ath-Thur dalam shalat maghrib, dan aku tidak pernah mendengar seorang pun yang lebih bagus suaranya atau bacaannya dari beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam."

Akan tetapi jika di sekitar orang yang sedang membaca al-Qur-an itu ada orang yang bisa terganggu bila ia membacanya dengan keras, seperti ada orang yang sedang tidur atau sedang shalat dan semisalnya, maka ia tidak boleh mengeraskan bacaannya sampai menyebabkan orang lain terganggu. Sebab, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah menemui para shahabat radhiyallaahu 'anhum ketika mereka sedang mengerjakan shalat, dan mereka mengeraskan bacaan (al-Qur-an). Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kemudian bersabda:

"Sesungguhnya orang yang sedang mengerjakan shalat itu sedang bermunajat kepada Rabbnya. Maka dari itu perhatikanlah apa yang ia munajatkan kepada-Nya, dan janganlah sebagian dari kalian mengeraskan bacaan sehingga mengganggu yang lain." (Hadits Riwayat Imam Malik dalam kitab al-Muwaththa'. Imam Ibnu 'Abdil Barr mengatakan bahwa hadits ini shahih)

7. Membaca dengan tartil.

Adab lainnya adalah membacanya dengan tartil, berdasarkan firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala: "Bacalah al-Qur-an secara tartil (perlahan-lahan)." (Qur-an Surat al-Muzzammil (73): ayat 4)

Maka hendaklah membacanya dengan perlahan, tidak perlu cepat-cepat atau terburu-buru. Sebab, hal itu akan membantu dalam merenungi makna-maknanya dan meluruskan huruf-huruf dan lafal-lafalnya. Dalam kitab Shahih al-Bukhari disebutkan riwayat hadits dari Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhu bahwa ia pernah ditanya mengenai cara Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam membaca al-Qur-an, lalu ia menjawab:

"Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membacanya dengan panjang-panjang. Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membaca Bismillaahir Rahmaanir Rahiim, dengan memanjangkan lafal Bismillaah, memanjangkan lafal ar-Rahmaan dan memanjangkan lafal ar-Rahiim."

Ummu Salamah radhiyallaahu 'anha pernah ditanya mengenai cara Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam membaca al-Qur-an, lalu ia menjawab:

"Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memenggal bacaan seayat demi seayat. Bismillaahir Rahmaanir Rahiim. (Berhenti). Al-Hamdu lillaahi Rabbil 'Aalamiin. (Berhenti). Ar-Rahmaanir Rahiim. (Berhenti). Maaliki yaumid diin. (Berhenti)." (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Imam Abu Dawud, dan Imam at-Tirmidzi)

Ibnu Mas'ud radhiyallaahu 'anhu mengatakan: "Janganlah membacanya seperti menghamburkan pasir dan jangan membacanya dengan cepat seperti memotong rambut. Berhentilah ketika menyaksikan keajaiban-keajaibannya, dan gerakkanlah hatimu dengannya. Jangan ingin cepat-cepat selesai." Tidak mengapa memang untuk membacanya dengan cepat, asalkan tidak mengurangi lafalnya dengan menggugurkan sebagian dari huruf-hurufnya atau memasukkan sesuatu yang tidak semestinya dimasukkan. Jika dalam membacanya terjadi pengurangan lafal, maka hal itu adalah haram, karena yang demikian itu berarti merubah al-Qur-an.

8. Melakukan sujud tilawah.

Adab membaca al-Qur-an yang lainnya adalah melakukan sujud jika bertemu dengan ayat sajdah dan dilakukan dalam keadaan berwudhu, kapan pun waktunya membaca al-Qur-an, apakah di siang hari atau di malam hari. Caranya adalah bertakbir untuk melakukan sujud lalu mengucapkan: Sub-haana Rabbiyal a'laa (Mahasuci Rabbku yang Mahatinggi), terus berdo'a dan kemudian bangkit kembali dari sujud tanpa takbir dan tanpa salam. Sebab tidak ada riwayat dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang menyatakan hal seperti itu. Kecuali jika sujud itu dilakukan dalam shalat, yang tentunya membaca takbir ketika akan sujud dan ketika bangkit dari sujud. Ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu bahwa ia membaca takbir dalam shalat ketika hendak bersujud dan ketika bangkit darinya. Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melakukan demikian. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallaahu 'anhu bahwa ia berkata:

"Aku pernah melihat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengucapkan takbir setiap kali naik dan turun dan ketika berdiri dan duduk." (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Imam an-Nasa-i, dan Imam at-Tirmidzi yang sekaligus menshahihkannya)

Hadits ini bersifat umum meliputi sujud dalam shalat maupun sujud tilawah dalam shalat.

Demikianlah adab-adab dalam membaca al-Qur-an. Karena itu beradablah dengan adab-adab tersebut, berpeganglah dengannya dan carilah ridha Allah dengannya.

Ya Allah, jadikan kami bagian dari orang-orang yang mengagungkan kesucian-kesucian ajaran-Mu dan orang-orang yang memperoleh keberuntungan dan akan mewarisi Surga-Mu. Berilah kami ampunan, juga kedua orang tua kami serta seluruh kaum muslimin dengan rahmat-Mu, wahai sebaik-baik penyayang.

Semoga Allah mencurahkan rahmat dan kedamaian kepada Nabi Muhammad serta kepada keluarga dan para shahabat seluruhnya.

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

(31) Sanad hadits ini hasan.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam, Solo - Indonesia, Cetakan V, 2012 M.

===

Disalin dari buku milik Abu Reza Taufik al-Batawy, semoga Allah menjaga dan memudahkan segala urusan kebaikannya.