Wednesday 31 May 2017

Pilihan yang terbaik di mata suami | Isteri yang Ideal

Syari'at Islam telah meletakkan ukuran dan pertimbangan dalam memilih istri secara tepat, sehingga hal ini menjadi batu pijakan agar wanita benar-benar menjadi istri yang ideal pada masa mendatang.

Dengan begitu, pernikahannya bukan sekedar pengembaraan sepintas lalu atau karena dorongan ketamakan yang menguasainya, atau syahwat yang bergelora. Perkawinannya menjadi sempurna jika sesuai dengan asas yang kuat, untuk menegakkan kehidupan.

Di antara sifat-sifat ini adalah seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadits, dari Abu Huroiroh rodhiyaLLOOHU 'anhu, dari Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, Beliau bersabda, "Wanita itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, karena kehormatannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka carilah wanita pemeluk agama, niscaya hal ini cukup bagimu." (Hadits Riwayat Imam Muslim)

Pilihan yang terbaik di mata suami

1. Kaya

Kekayaan yang terpuji di tangan wanita ialah jika kekayaan itu diikat dengan ketaqwaan. Harta yang dimiliki wanita sholihah dan bukan kebalikannya sangat dibutuhkan dalam 'amal kebaikan, menciptakan ketentraman dan kebahagiaan rumah tangga. Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda,
"Sungguh suatu kenikmatan, harta yang baik, dimiliki orang yang sholih."
(Hadits Riwayat Imam Ahmad, sanad hasan)

Harta tanpa disertai kesholihan atau ketaqwaan, melahirkan sifat kesewenang-wenangan wanita, kejahatan terhadap suami dan kecelakaan bagi rumah tangga. ALLOH berfirman,
"Sesungguhnya manusa benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup."
(Qur-an Suroh al-Alaq: 6-7)

Apa manfaat harta jika disertai akhlaq yang buruk, tabiat yang jahat dan ketaqwaan yang minim?

Rumah tangga yang dibangun karena terpesona pada harta wanita dan kerakusan untuk mendapatkannya adalah rumah tangga yang cepat ambruk. Sebab laki-laki menikahi hanya didorong keinginan untuk mendapatkannya harta bendanya. Jika seorang wanita merasakan kerakusan laki-laki terhadap harta, tentu kehidupannya akan mengalami krisis dan hubungan antara suami istri hanya sekedar hubungan kamuflase. Sebab wanita itu berdiri di atas ketamakan seorang tengkulak. Jika diberi harta, maka laki-laki itu senang, dan jika tidak diberi harta, maka dia akan marah.

Selagi laki-laki menghadapi wanita dengan tabiat seperti ini, maka wanita itu akan menghadapi kehidupan yang sempit. Sehingga laki-laki tersebut tidak mau memperlaukannya sebagai istri kecuali jika dia mempunyai harta. Alhasil kehidupannya berubah menjadi ajang bisnis yang merugi, lalu akan hancur.

Namun jika wanita mempunyai harta yang melimpah, dan harta itu bukan merupakan tujuan pokok dalam membangun rumah tangga, tetapi hanya sekedar pelengkap, maka harta itu bisa menjadi penolong hingga meninggal dunia dapat membantu suami yang mampu menahan diri dan menolong wanita sholihah agar menjadi istri.

2. Mempunyai kedudukan yang terhormat

Hal ini didasarkan kepada hadits di atas, bahwa wanita itu dinikahi karena empat perkara. Wanita terhormat adalah wanita yang menjauhkan dirinya dari keduniaan dan tingkah laku yang buruk, sehingga hal itu akan mewariskan bibit unggul pada diri anak-anaknya, yaitu keturunan yang baik.

Istri yang ideal didorong oleh kehormatan dirinya dan kemuliaan keturunannya kepada tingkah laku yang terpuji dan baik. Bahkan dia juga mengajak suaminya kepada kehormatan seperti yang ada pada dirinya dan menjauhkannya dari perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kehormatan. Islam telah mendefinisikan bobot keturunan ini, jika ia disertai dengan pengetahuan dalam masalah-masalah agama.

Dari Abu Huroiroh rodhiyaLLOOHU 'anhu, dia berkata, "Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda, 'Sebaik-baik orang di antara kalian pada masa jahiliyah adalah yang paling baik di antara kalian pada masa Islam, selagi mereka memahami (masalah-masalah agama)."
(Hadits Riwayat Imam al-Bukhori)

Bila sifat-sifat ini terhimpun dalam diri seorang wanita, maka itu benar-benar merupakan nikmat. Jika tidak, maka cukuplah dengan wanita yang taat dalam beragama.

3. Cantik

Kecantikan dan tawadhu' merupakan dua hal yang selalu dicari pada wanita sejak dahulu kala. Sedangkan rupa yang buruk dan congkak tentu akan dihindari oleh laki-laki yang sedang mencari istri.

Islam sangat memperhatikan masalh ini. Inilah yang bisa kita saripatikan dari hadits Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam di atas (lihat beberapa chat sebelumnya). Sebab rupa yang elok merupakan tuntutan untuk memperoleh kesenangan dari diri wanita dan upaya untuk mereguk kenikmatan secara halal. Islam tidak menghalangi fitroh, tetapi justru sangat memperdulikannya, yaitu dengan menjadikan keelokan sebagai sifat yang dituntut dari istri. Namun ada tuntutan lain yang lebih abadi. Sebagaimana firman ALLOH:

"Sedang kehidupan akhiroh adalah lebih baik dan lebih kekal."
{Qur-an Suroh al-A'la: Ayat 17}

Sehingga seorang muslim bisa menikahi wanita sholihah yang bisa membantunya untuk mendapatkan keberuntungan akhiroh, bukan wanita yang merusak dunia dan akhirohnya.

Kecantikan tanpa disertai ketaqwaan yang bisa menjaganya, akan menyeretnya kepada kecelakaan, menghancurkan bangunan rumah tangga dan menggelincirkan anak-anak. Maka ALLOH berfirman:

"Sesungguhnya wanita budak yang mu'minah itu lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu."
{Qur-an Suroh al-Baqoroh: Ayat 221}

Kecantikan yang disertai ketaqwaan yang tulus dan murni, menciptakan kehidupan rumah tangga yang harmonis dan menjadikan wanita sebagai sosok yang ideal.

5. Gadis

Syari'at menganjurkan kaum laki-laki agar mencari wanita yang masih gadis, karena wanita gadis lebih mencintai suaminya dan lebih bisa menyatu dengannya daripada janda. Sebagaimana biasanya, tabiat manusia lebih menyayangi orang yang pertama kali mengikat hubungan dengannya. Dari Jabir rodhiyaLLOOHU 'anhu, dari Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, Beliau bersabda,

"Carilah wanita-wanita gadis (sebagai istri), karena mereka lebih banyak keturunannya, lebih manis mulutnya, lebih sedikit kejelekannya, dan lebih ridho terhadap sesuatu yang sedikit."
(Hadits Riwayat Imam ath-Thobroni)

Namun jika di sana ada kemaslahatan yang lebih nyata dengan menikahi janda maka pernikahan itupun tidak apa-apa. Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam pernah memberkahi Jabir atas perkawinannya dengan seorang janda, setelah Beliau tahu niatnya agar sang istri mau membantu dalam mengasuh sembilan saudari-saudarinya.

Dari Jabir bin 'Abdillah rodhiyaLLOOHU 'anhu, dia berkata, "Ayahku meninggal dunia dan meninggalkan tujuh atau sembilan putri. Lalu aku menikah dengan seorang janda. Kemudian Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda kepadaku, "Apakah engkau sudah menikah wahai Jabir?" Aku menjawab, "Sudah." Beliau bersabda, "Gadis atau janda." Aku menjawab, "Tetapi janda." Beliau bertanya, "Mengapa tidak memilih gadis, sehingga engkau bisa mencandainya dan dia pun bisa mencandaimu, engkau bisa tertawa dengannya dan dia bisa tertawa denganmu?" Aku menjawab, "Sesungguhnya 'Abdulloh telah meninggal dunia dan meninggalkan beberapa anak putri. Sesungguhnya aku tidak suka mendatangi mereka dalam keadaan seperti itu. Lalu aku menikahi seorang wanita untuk mengurusi mereka dan demi kemaslahatan mereka." Beliau bersabda, "Semoga ALLOH memberkahi bagimu atau melimpahkan kebaikan kepadamu."
(Hadits Riwayat Imam al-Bukhori)

6. Subur dan tidak mandul

Hal ini didasarkan kepada hadits Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam,

"Nikahilah wanita yang banyak anak (subur) dan penuh kasih sayang. Karena aku bangga terhadap jumlah kalian yang banyak."
(Hadits Riwayat Imam an-Nasa-i)

Kesuburan seorang wanita bisa dilihat dari keadaan saudara-saudaranya. Sedangkan perkawinan dengan orang yang sebelumnya sudah diketahui bahwa dia mandul, maka sesungguhnya perkawinan itu bukanlah perjalanan sepintas lalu atau kemaslahatan temporal atau kesenangan yang terlepas dari hal-hal yang datang berikutnya.

Jika kemudian isteri sakit atau umurnya sudah lanjut, maka sang suami tentu akan merasakan kelalaian karena menikah dengannya dan dia menganggapnya hanya sebagai beban yang memberati pundaknya. Padahal andaikata dia mempunyai anak, tentu bebannya akan sedikit terkurangi.

Maka untuk menjaga keutuhan hubungan suami-isteri, seorang laki-laki harus berhati-hati dalam memilih pendamping hidupnya. Jika seorang laki-laki ingin mencari isteri yang ideal, maka dia harus memilih isteri yang benar-benar pas, sesuai dengan asas syari'at, sebagaimana yang terkandung di dalam tiga hadits Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam di atas (yang sudah disebutkan pada beberapa chat yang telah lalu).