Thursday 8 June 2017

Kajian Keduapuluh Dua | Meningkatkan Ibadah di Sepuluh Hari Terakhir dan Mencari Lailatul Qadr | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.

Salafuddin Abu Sayyid.

Kajian Ramadhan.

Kajian Keduapuluh Dua.

Meningkatkan Ibadah di Sepuluh Hari Terakhir dan Mencari Lailatul Qadr.

Segala puji bagi Allah. Dzat yang mengetahui segala yang terbuka maupun rahasia, yang mengalahkan orang-orang sombong dengan kemuliaan dan keperkasaan-Nya. Ia kuasa menghitung tetesan air yang mengalir di sungai. Yang mendatangkan kegelapan malam kemudian menghapusnya dengan cahaya fajar. Ia memberikan pahala yang penuh kepada para hamba-Nya yang beribadah kepada-Nya dan menyempurnakannya. Ia mengetahui mata yang berkhianat dan apa yang tersembunyi di dalam dada. Allah memberikan rezeki secara menyeluruh kepada para makhluk-Nya tanpa terkecuali, sehingga tidak pernah membiarkan seekor semut pun yang ada di pasir atau anak burung di dalam sarangnya. Semuanya butuh kepada-Nya.

Allah mengutamakan sebagian dari makhluk-Nya atas sebagian yang lain, sampai pun mengenai waktu. Allah menjadikan malam Lailatul Qadr lebih baik dari seribu bulan.

Aku memuji Allah dengan pujian yang tiada batas dan hitungannya, dan aku bersyukur (terima kasih) kepada-Nya dengan syukur yang justru akan mendatangkan tambahan dari-Nya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali hanya Allah, Dzat yang tidak mempunyai sekutu, dengan persaksian yang murni dari dasar keyakinan hati. Aku bersaksi pula bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, semoga Allah senantiasa mencurahkan shalat dan salam kepada beliau, kepada Abu Bakar yang senantiasa menjadi teman beliau dalam keadaan lapang maupun sempit, kepada 'Umar yang menjadi penguat dan pelindung Islam, kepada 'Utsman yang telah menghimpun Kitab Allah, kepada 'Ali yang telah berhasil memenangkan berbagai pertempuran perang dengan keberaniannya, serta kepada keluarga dan para Shahabat beliau seluruhnya.

Saudara sekalian, pada bagian sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan terdapat Lailatul Qadr (Malam Kemuliaan) yang dimuliakan oleh Allah atas malam-malam lainnya. Allah memberikan anugerah kepada ummat ini dengan karunia dan kemurahan-Nya yang sangat besar. Allah menyebutkan keutamaan malam ini dalam Kitab-Nya dengan mengatakan: "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus Rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini. Tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Dialah) Rabbmu dan Rabb bapak-bapakmu yang terdahulu." (QS. Ad-Dukhan (44): 3-8)

Allah menyatakan bahwa ia adalah malam yang penuh berkah disebabkan karena banyaknya kebaikan, keberkahan dan keutamaannya. Di antara berkahnya adalah diturunkannya al-Qur-an yang penuh berkah di malam itu. Allah juga menyifatinya sebagai waktu dimana segala urusan yang penuh hikmah itu dijelaskan. Maksudnya, ketika itu urusan yang penuh hikmah itu disampaikan secara terperinci dari Lauh Mahfuzh, kepada para Malaikat pencatat mengenai segala hal yang akan terjadi atas perintah dari Allah pada tahun itu, baik yang berupa rezeki, ajal, kebaikan, keburukan dan sebagainya dari setiap urusan yang penuh dengan hikmah di antara urusan-urusan Allah yang sama sekali tidak mengandung cacat, kekurangan, kebodohan dan kebatilan. Semuanya itu menjadi takdir dari Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur-an) pada Lailatul Qadr (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadr itu? Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun Malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kedamaian sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr (97): 1-5)

Arti dari kata al-qadr itu adalah kemuliaan (asy-syaraf) dan pengagungan (at-ta'zhim). Atau bisa juga bermakna taqdir dan qadha'. Sebab, Lailatul Qadr adalah malam yang mulia dan agung, dimana Allah menakdirkan apa yang akan terjadi dalam setahun dan memutuskannya (menentukan qadha'nya) yang berupa urusan-urusan yang penuh dengan hikmah. "Malam Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadr (97): 3)

Maksudnya adalah dalam hal keutamaan, kemuliaan, dan banyaknya pahala. Oleh karena itu, orang yang mengerjakan shalat pada malam itu yang didasari dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu. "Pada malam itu turun Malaikat-malaikat dan juga ar-Ruh (Jibril)." (QS. Al-Qadr (97): 4)

Para Malaikat adalah bagian dari hamba-hamba yang senantiasa beribadah kepada-Nya siang dan malam. "Malaikat-malaikat yang di sisi-Nya itu tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya." (QS. Al-Anbiya' (21): 19-20)

Mereka turun pada malam Lailatul Qadr itu ke bumi dengan membawa kebaikan, berkah dan rahmat. Termasuk di antara mereka adalah Malaikat ar-Ruh, yaitu Jibril 'alaihis salaam. Jibril ini sengaja disebut tersendiri karena kemuliaan dan keutamaan yang dimilikinya.

"Malam itu (penuh) kedamaian sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr (97): 5). Maksudnya adalah bahwa malam itu merupakan malam kedamaian bagi orang-orang yang beriman dari segala hal yang menakutkan karena banyaknya orang yang ketika itu dibebaskan dari Neraka dan diselamatkan dari adzabnya.

"Sampai terbit fajar." Maksudnya, malam Lailatul Qadr itu berakhir dengan terbitnya fajar bersamaan dengan berakhirnya amalan ibadah malam.

Dalam surat yang mulia ini disebutkan berbagai keutamaan Lailatul Qadr.

Keutamaan pertama: Di dalamnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan al-Qur-an, yang dengannya ummat manusia mendapatkan petunjuk serta meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Keutamaan kedua: Kalimat tanya yang disebutkan dalam ayat tersebut menunjukkan keagungannya, yaitu firman Allah: "Tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadr) itu?" (QS. Al-Qadr (97): 2)

Keutamaan ketiga: Ia lebih baik dari seribu bulan.

Keutamaan keempat: Para Malaikat turun ke bumi pada malam itu, dan mereka tidaklah turun kecuali dengan membawa kebaikan, berkah dan rahmat.

Keutamaan kelima: Ia merupakan malam kedamaian (keselamatan) dan kesejahteraan, karena banyaknya orang yang selamat dari hukuman dan adzab, disebabkan ketaatan yang dilakukan para hamba kepada Allah 'Azza wa Jalla pada waktu itu.

Keutamaan keenam: Mengenai keutamaan Lailatul Qadr itu Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan satu surat utuh yang akan terus dibaca hingga hari Kiamat.

Keutamaan Lailatul Qadr lainnya adalah seperti yang diriwayatkan dalam Shahiihain yang berasal dari hadits Abu Hurairah ra-dhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Siapa yang bangun (beribadah) pada malam Lailatul Qadr atas dasar keimanan dan perhitungan (mengharap pahala), maka dosanya yang telah lalu diampuni (oleh Allah)."

Yang dimaksud dengan kalimat: "atas dasar keimanan dan perhitungan" adalah keimanan kepada Allah dan kepada apa saja yang dijanjikan Allah berupa pahala bagi orang-orang yang beribadah di dalamnya serta perhitungan mendapatkan pahala dan meminta balasan dari Allah Sub-haanahu wa Ta'aala. Ini dapat diraih oleh orang yang mengetahuinya maupun orang yang tidak mengetahuinya. Sebab, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak mensyaratkan peraihan pahala ini hanya bagi orang yang mengetahuinya.

Lailatul Qadr itu terjadi pada bulan Ramadhan. Sebab, Allah Sub-haanahu wa Ta'aala menurunkan al-Qur-an di dalamnya. Allah telah memberitahukan bahwa turunnya al-Qur-an itu terjadi pada bulan Ramadhan. Allah Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman:

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur-an) pada malam kemuliaan." (QS. Al-Qadr (97): 1)

"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur-an." (QS. Al-Baqarah (2): 185)

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa Lailatul Qadr itu terjadi pada bulan Ramadhan. Ia terjadi pada seluruh ummat dan ummat Islam ini, dan terus berlanjut hingga hari Kiamat. Dasarnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan an-Nasa-i dari Abu Dzar ra-dhiyallaahu 'anhu bahwa ia berkata:

"Ya Rasulullah, beritahukan kepada kami mengenai Lailatul Qadr, apakah ia terjadi bulan Ramadhan atau di bulan yang lainnya?" Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ia hanya ada di bulan Ramadhan." Ia berkata: "Apakah ia ada pada setiap Nabi dimana dan kapanpun ia berada? Apakah ketika mereka diwafatkan oleh Allah Lailatul Qadr itu diangkat atau masih tetap ada hingga hari Kiamat?" Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ia (Lailatul Qadr) akan terus ada hingga hari Kiamat." (48)

Akan tetapi keutamaan dan pahalanya lebih khusus bagi ummat Islam, sebagaimana pula ummat ini mempunyai kekhususan dengan meraih keutamaan hari Jum'at serta berbagai keutamaan lainnya. Wallaahu a'lam. Hanya bagi Allah segala pujian.

Lailatul Qadr itu terjadi pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Carilah Lailatul Qadr itu pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan." (Mutafaq 'alaih)

Lebih dekat lagi adalah pada tanggal-tanggal ganjil daripada tanggal-tanggal genap. Ini berdasarkan sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam:

"Carilah Lailatul Qadr pada tanggal ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." (HR. Al-Bukhari)

Dan lebih dekat lagi adalah pada tujuh hari terakhir, berdasarkan hadits Ibnu 'Umar ra-dhiyallaahu 'anhuma bahwa pernah ada seseorang di antara Shahabat Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam yang mendapatkan mimpi Lailatul Qadr pada tujuh hari terakhir dari bulan Ramadhan, lalu Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Aku lihat bahwa mimpi kalian itu benar-benar tepat pada tujuh hari terakhir. Maka barangsiapa yang mencarinya, hendaklah ia terus mencarinya pada tujuh hari terakhir." (Mutafaq 'alaih)

Sedangkan dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang Lailatul Qadr:

"Carilah ia pada sepuluh malam terakhir. Jika salah seorang di antara kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka jangan sampai terkalahkan (tidak bisa mencarinya) pada tujuh hari sisanya."

Dan yang lebih dekat lagi dari tujuh hari terakhir adalah malam kedua puluh tujuh, berdasarkan hadits Ubay bin Ka'b ra-dhiyallaahu 'anhu bahwa ia berkata:

"Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam yang mana kita diperintahkan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam untuk bangun beribadah, yaitu malam kedua puluh tujuh." (HR. Muslim)

Lailatul Qadr ini tidak hanya terjadi pada malam tertentu setiap tahunnya, akan tetapi ia akan berpindah-pindah dari satu malam ke malam yang lain, sehingga bisa terjadi pada suatu tahun ia terjadi pada malam kedua puluh tujuh, dan pada tahun berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima -misalnya-, sesuai dengan kehendak Allah dan hikmah-Nya. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam yang menyatakan:

"Carilah ia pada malam sembilan malam terakhir, tujuh malam terakhir, dan lima malam terakhir." (HR. Al-Bukhari)

Ibnu Hajar dalam Fat-hul Baari mengatakan: "Pendapat yang paling kuat adalah bahwa Lailatul Qadr itu terjadi pada tanggal ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, dan bahwa ia berpindah-pindah."

Allah Sub-haanahu wa Ta'aala sengaja menyembunyikan kepastian malamnya kepada para hamba sebagai bentuk rahmat (kasih sayang) terhadap mereka agar 'amalan mereka menjadi banyak karena mereka selalu mencarinya pada malam-malam yang utama itu dengan mengerjakan shalat, berdzikir, dan berdo'a sehingga mereka semakin dekat kepada Allah dan semakin banyak pula pahala yang diperolehnya. Di samping itu juga untuk menguji mereka, agar menjadi jelas siapa saja yang bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya dari orang yang hanya bermalas-malasan dan meremehkannya. Orang yang benar-benar bersemangat dan tamak terhadap sesuatu maka sudah tentu ia akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya dan pantang merasa lelah dalam rangka untuk meraihnya. Boleh jadi Allah Sub-haanahu wa Ta'aala menampakkan malam Lailatul Qadr itu kepada sebagian hamba dengan tanda-tanda yang bisa dilihat olehnya. Ini sebagaimana yang pernah dialami oleh Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, dimana beliau melihat tanda-tandanya. Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersujud pada pagi harinya di air dan tanah. Hujan turun pada malam itu sehingga Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam melakukan sujud dalam shalat Shubuh di air dan tanah itu.

Saudara sekalian, sesungguhnya pada malam Lailatul Qadr itu pintu menuju Allah dibuka, semua orang yang mencintai-Nya didekatkan, semua permohonan diperhatikan, semua permintaan diberi jawaban, dan orang-orang yang beramal di dalamnya diberi pahala yang sangat agung. Malam Lailatul Qadr lebih baik dari seribu bulan. Oleh karena itu bersungguhlah untuk mencari dan mendapatkannya. Sekarang ini adalah saatnya kita mencarinya. Jangan sampai kita lengah dan lupa, karena kelengahan ini akan menyebabkan kita hancur.

Usia habis hanya untuk begadang, bermain dan hal yang merugikan
Aduhai sia-sia segala usia yang aku habiskan dari hari ke hari
Padahal aku tidak punya alasan atas tindakanku membuang-buang umur
Kami lengah terhadap kewajiban memuji dan bersyukur kepada Allah
Allah telah mengkhususkan kita dengan bulan yang tiada duanya
Bulan dimana Allah menurunkan kemuliaan
Adakah bulan lain yang serupa, sedangkan di dalamnya ada Lailatul Qadr
Betapa banyak hadits shahih yang menyebutkan kebaikannya
Yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang tsiqat
Bahwa ia terjadi pada malam ganjil
Sungguh beruntung orang yang mau mencarinya
Di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan
Ketika itu para Malaikat turun ke bumi
Membawa cahaya dan kebaikan
Allah sendiri mengatakan: Malam itu penuh kedamaian hingga terbit fajar
Maka buatlah ia sebagai simpanan amal baikmu
Karena ia adalah sebaik-baik simpanan
Betapa banyak orang yang terbebas dari Neraka
Namun ia tidak tahu

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang yang menunaikan puasa di bulan ini dan mendapatkan Lailatul Qadr serta beruntung dengan meraih pahala yang banyak.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berada di baris depan di dalam melakukan kebaikan, yang lari dari segala kemungkaran dan yang damai dalam ruangan Surga bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dan Engkau jaga dari keburukan. Ya Allah, lindungilah kami dari setiap fitnah yang menyesatkan dan jauhkanlah kami dari setiap tindakan kotor, baik yang tampak maupun yang tidak tampak.

Ya Allah, jadikanlah kami orang yang bisa mensyukuri nikmat-Mu dan bisa beribadah dengan sebaik-baiknya kepada-Mu. Jadikanlah kami sebagai orang yang senantiasa taat dan patuh kepada-Mu. Anugerahkan kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan peliharalah kami dari adzab Neraka. Semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, serta kepada keluarga dan para Shahabat seluruhnya.

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Catatan Kaki:

(48) Diriwayatkan juga oleh al-Hakim, ia mengatakan bahwa hadits ini shahih berdasarkan syarat Muslim, sekalipun al-Bukhari dan Muslim tidak menampilkan hadits ini dalam kitab mereka. Disebutkan dari adz-Dzahabi bahwa ia menyetujuinya. Wallaahu a'lam.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.