Friday 7 April 2017

Al-Baqarah, Ayat 31-33 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir.

Shahih Tafsir Ibnu Katsir.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Ustadz Abu Ihsan al-Atsari.

Surat al-Baqarah.

Al-Baqarah, Ayat 31-33.

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat, lalu berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar!" (QS. 2: 31) Mereka menjawab, "Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (QS. 2: 32) Allah berfirman, "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini!" Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman, "Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (QS. 2: 33)

Keutamaan Adam Atas Para Malaikat

Inilah maqam (kedudukan) dimana Allah menyebutkan kemuliaan Nabi Adam ('alayhis salaam) atas para Malaikat karena Allah telah mengkhususkannya dan mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu yang tidak Dia ajarkan kepada para Malaikat. Hal itu terjadi setelah para Malaikat bersujud kepadanya (yang akan disebutkan di ayat 34).

Adapun Allah Sub-haanahu wa Ta'aala mendahulukan penyebutan maqam ini sebelum penyebutan sujudnya Malaikat kepada Adam, hal ini karena adanya kesesuaian antara maqam ini dengan ketidaktahuan para Malaikat tentang hikmah penciptaan khalifah, yang karenanya mereka menanyakan hal tersebut. Maka Allah memberitahukan bahwa Dia mengetahui apa yang tidak mereka ketahui.

Oleh karena itu, Allah menyebutkan maqam ini setelah menerangkan ketidaktahuan Malaikat tentang hikmah diciptakannya khalifah, untuk menerangkan kepada mereka tentang keutamaan Adam atas mereka dalam masalah ilmu. Allah Ta'ala berfirman: "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya."

Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu 'Abbass (ra-dhiyallaahu 'anhuma) tentang ayat: "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya," ia berkata: "Yaitu nama-nama yang dikenal oleh manusia, seperti insan, binatang, langit, bumi, gunung, laut, kuda, keledai, dan lain-lain, yang berupa makhluk hidup maupun yang lainnya." (135)

Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari hadits 'Ashim bin Kulaib dari Sa'I'd bin Ma'bad dari Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhuma tentang firman Allah: "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya," ia berkata: "Mengajarkan kepadanyaa nama piring dan periuk." Ia berkata: "Ya, hingga nama jamur dan cendawan."

Yang benar, Allah mengajarkan kepada Adam nama segala macam benda, baik dzat, sifat maupun perbuatannya, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu 'Abbas: "Hingga nama jamur dan cendawan." Yaitu nama seluruh benda dan perbuatannya, baik dalam bentuk yang besar maupun yang kecil.

Tentang tafsir ayat ini, Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahiihnya di kitab tafsir, dari Anas bin Malik (ra-dhiyallaahu 'anhu), dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Telah berkata kepadaku Khalifah, telah berkata kepada kami Yazid bin Zurai', telah berkata kepada kami Sa'I'd, dari Qatadah, dari Anas, dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

"Orang-orang yang beriman dikumpulkan pada hari Kiamat. Mereka mengatakan: 'Alangkah baiknya jika kita meminta syafa'at kepada Rabb kita.' Maka mereka pun mendatangi Adam dan berkata: 'Engkau adalah bapak manusia, Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya dan memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepadamu dan Dia telah mengajarkan kepadamu nama-nama segala sesuatu, mohonkanlah syafa'at bagi kami di sisi Rabbmu hingga Dia menyelamatkan kami dari tempat ini.' Maka Adam berkata: 'Aku bukanlah orang yang kalian maksud (yang mampu melakukan hal itu),' lalu Adam menyebutkan dosa-dosanya dan ia pun merasa malu. 'Datangilah Nuh, sesungguhnya dia adalah Rasul pertama yang diutus oleh Allah kepada penduduk bumi.' Kemudian mereka mendatangi Nuh, maka Nuh berkata: 'Aku bukanlah orang yang kalian maksud.' Lalu Nuh menyebutkan pertanyaan yang dia ajukan kepada Allah yang ia tidak memiliki pengetahuan tentangnya, maka ia pun merasa malu. Lalu ia berkata: 'Datanglah kepada Khalilurrahmaan (Ibrahim)!' Maka mereka mendatanginya, dan Ibrahim berkata: 'Aku bukanlah orang yang kalian maksud. Datanglah kepada Musa, hamba yang Allah berbicara langsung dengannya dan memberinya Taurat!' Maka Musa berkata: 'Aku bukanlah orang yang kalian maksud.' Lalu ia menyebutkan bahwa ia pernah membunuh jiwa bukan karena ia membunuh orang lain (bukan dalam rangka melaksanakan qishash), maka ia pun merasa malu kepada Rabbnya. Musa pun berkata: 'Datanglaah kepada 'Isa, hamba Allah dan utusan-Nya, kalimat Allah dan ruh-Nya!' Maka mereka mendatangi 'Isa, dan ia berkata: 'Aku bukanlah orang yang kalian maksud, datanglah kepada Muhammad, hamba yang telah diampuni dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang!' Maka mereka mendatangiku (Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam), lalu aku pun beranjak meminta izin kepada Rabbku, maka Allah memberikan izin kepadaku. Ketika aku melihat Rabbku, aku pun bersujud, maka Dia menyeruku menurut apa yang Dia kehendaki, lalu dikatakan: 'Angkatlah kepalamu, mintalah niscaya akan diberikan kepadamu, bicaralah niscaya akan didengar dan mintalah syafa'at niscaya akan diperkenankan.' Maka aku mengangkat kepalaku dan memuji-Nya dengan puji-pujian yang telah diajarkan-Nya kepadaku. Lalu aku meminta syafa'at dan Dia memberikan batasan kepadaku. Lalu aku memasukkan mereka ke dalam Surga. Kemudian aku kembali dan ketika aku melihat Rabbku aku pun bersujud -seperti yang pertama- lalu aku memintaa syafa'at dan Dia memberikan batasan kepadaku. Maka aku masukkan mereka ke dalam Surga. Lalu aku kembali untuk ketiga dan keempat kalinya, maka aku katakan: 'Tidaklah tersisa di dalam Neraka kecuali orang yang ditahan oleh al-Qur-an dan ditetapkan baginya kekal di dalam Neraka.'" (136)

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim, an-Nasa-i (137) dan Ibnu Majah.

Inti disampaikannya hadits ini adalah sabda Rasulullah 'alay-hish shalaatu was salaam: "Maka mereka mendatangi Adam dan berkata: 'Engkau adalah bapak manusia, Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya dan memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepadamu dan Dia telah mengajarkan kepadamu nama-nama segala sesuatu.'"

Ini menunjukkan bahwa Allah telah mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruh makhluk. (138)

Oleh karena itu Allah berfirman: "Kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat," yakni memperlihatkan nama-nama itu sebagaimana yang dikatakan oleh 'Abdurrazzaq, dari Ma'mar, dari Qatadah, ia berkata: "Kemudian memperlihatkan nama-nama itu kepada para Malaikat. 'Lalu Dia berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar!''" (139) Maknanya, Allah berfirman: "Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama benda yang telah Aku perlihatkan kepada kalian, wahai para Malaikat yang mengatakan: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah? Yaitu dari golongan (makhluk) selain kami, atau dari kami, padahal kami senantiasa bertasbih memuji-Mu dan menyucikan Nama-Mu?' Jika ucapan kalian itu benar, bahwa apabila Aku menjadikan khalifah di muka bumi selain dari golongan kalian, niscaya ia dan semua keturunannya akan durhaka kepada-Ku, berbuat kerusakan, dan menumpahkan darah. Dan jika Aku menjadikan kalian sebagai khalifah di muka bumi, maka kalian akan senantiasa menaati-Ku, melaksanakan semua perintah-Ku serta menyucikan diri-Ku. Maka jika kalian tidak mengetahui nama-nama benda yang Aku perlihatkan kepada kalian, padahal kalian telah menyaksikannya, berarti kalian lebih tidak mengetahui tentang sesuatu yang belum ada yang nantinya akan terjadi. "Mereka menjawab: 'Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." Inilah penyucian dan pembersihan bagi Allah yang dilakukan oleh para Malaikat, bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya kecuali atas kehendak-Nya, dan mereka tidak akan pernah mengetahui sesuatu kecuali apa yang telah Dia ajarkan.

Oleh karena itu mereka mengatakan: "Mereka menjawab: 'Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." Artinya, Dia Maha Mengetahui segala sesuatu dan Mahabijaksana dalam penciptaan, perintah, pengajaran dan pencegahan terhadap apa-apa yang Engkau kehendaki. Bagi-Mu hikmah dan keadilan yang sempurna.

Bukti Keutamaan Adam ('alayhis salaam) dengan Ilmu-Nya

Firman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala:

"Allah berfirman: 'Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini.' Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman: 'Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?'" Zaid bin Aslam mengatakan, "Adam berkata: 'Engkau Jibril, engkau Mikail, engkau Israfil' dan seluruh nama-nama hingga burung gagak." (140)

Mengenai firman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala: "Allah berfirman: 'Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini,'" Mujahid mengatakan: "Yaitu nama-nama burung merpati, burung gagak, dan nama-nama segala sesuatu." (141)

Hal serupa juga diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair, al-Hasan, dan Qatadah. (142)

Setelah keutamaan Adam 'alayhis salaam atas para Malaikat terbukti dengan kemampuannya menyebutkan seluruh nama yang diajarkan oleh Allah kepadanya, maka Allah berfirman kepada para Malaikat:

"Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" Yakni, bukankah telah Aku katakan kepada kalian bahwa Aku Maha Mengetahui segala yang ghaib baik yang nampak maupun yang tersembunyi, sebagaimana Dia berfirman: "Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi." (QS. Thaahaa: 7)

Dan juga firman-Nya tentang ucapan burung Hudhud kepada Nabi Sulaiman ('alayhis salaam):

"Agar mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Dia, Rabb yang mempunyai 'Arsy yang besar." (QS. An-Naml: 25-26)

Dan juga pendapat lain tentang firman Allah: "Dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan," selain apa yang telah kami sebutkan.

Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma) tentang firman Allah: "Dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan," ia mengatakan, "Allah berfirman: 'Aku mengetahui perkara yang tersembunyi sebagaimana Aku mengetahui perkara yang nyata,' yakni apa yang disembunyikan oleh iblis dalam hatinya berupa kesombongan dan pembangkangan." (143)

Abu Ja'far ar-Razi meriwayatkan dari ar-Rabi' bin Anas, ia berkata tentang ayat: "Dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan," "Adapun yang mereka lahirkan adalah ucapan mereka: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?' Sedangkan yang mereka sembunyikan adalah ucapan mereka: 'Tidaklah Rabb kami menciptakan suatu makhluk melainkan kami lebih mengetahui dan lebih mulia darinya.' Maka akhirnya mereka mengetahui bahwa Allah mengutamakan Adam ('alayhis salaam) atas mereka dalam hal ilmu dan kemuliaan."

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

135) Tafsiir ath-Thabari 1/458.

(136) Fat-hul Baari 8/10. Al-Bukhari no. 4476.

(137) Muslim 1/181, dan an-Nasa-i dalam al-Kubra 6/284. Muslim no. 193, an-Nasa-i dalam Sunan al-Kubra, cet. Darul Kutub al-'Ilmiyyah th. 1411 H no. 11433.

(138) Muslim 1/181 dan an-Nasa-i dalam al-Kubra 6/364, dan Ibnu Majah 2/1442. An-Nasa-i dalam Sunan al-Kubra, cet. Darul Kutub al-'Ilmiyyah th. 1411 H no. 10984, Ibnu Majah no. 4312.

(139) 'Abdurrazzaq 1/42.

(140) Ibnu Abi Hatim 1/118.

(141) Ibnu Abi Hatim 1/119.

(142) Ibnu Abi Hatim 1/119.

(143) Tafsiir ath-Thabari 1/498.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.