Thursday 6 April 2017

Keutamaan puasa | Meneladani Shaum Rasulullah

Shifatu Shaumin Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam fii Ramadhaan.

Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied al-Hilali dan Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid hafizhahumallaah.

Meneladani Shaum Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam.

Keutamaan puasa.

Ada beberapa ayat yang menjelaskan di dalam kitab ALLOH yang mulia, yang memerintahkan berpuasa sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala, sekaligus menerangkan berbagai keutamaannya. Seperti dalam firman ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala:
"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bershodaqoh, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) ALLOH, ALLOH telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar."
(Qur-an Suroh al-Ahzaab: 35)

Dan firman ALLOH Jalla Sya'nuhu:

"Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
(Qur-an Suroh al-Baqoroh: 184)

Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam sendiri telah menjelaskan dalam Sunnah yang menetapkan bahwa puasa merupakan benteng dari serangan nafsu syahwat, sekaligus sebagai perisai dari sambaran api Neraka. Dan ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala telah mengkhususkannya sebagai nama salah satu pintu Surga. Selain itu, puasa dapat mengendalikan diri dari gejolak nafsu dan menahannya dari kebiasaan buruknya, sehingga ia benar-benar tenteram. Dan pahala yang besar ini serta keutamaan yang melimpah yang dijelaskan secara rinci dan cukup oleh hadits-hadits yang shohih sebagai berikut.

Puasa sebagai perisai.

Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam memerintahkan puasa kepada orang yang diliputi oleh nafsu birahi, sedang dia tidak mampu untuk menikah, dan menjadikannya sebagai pengekang nafsu syahwat ini. Sebab, puasa bisa menahan kekuatan anggota tubuh dari keterlepasannya serta menenangkan setiap anggota tubuh dan kekuatannya yang menyimpang dan mengekang dengan kekangannya. Telah ditegaskan bahwa puasa memiliki pengaruh yang sangat menakjubkan untuk memelihara fisik dan kekuatan bathin.

Oleh karena itu semua, Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam pun bersabda:

"Wahai sekalian anak muda, barangsiapa di antara kalian mampu (2), maka hendaklah dia menikah, karena sesungguhnya menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih tangguh memelihara kemaluan. Dan barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena puasa bisa menjadi perisai baginya." (3)

Selain itu, Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam juga telah menjelaskan bahwa Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai sedangkan Neraka dikelilingi oleh berbagai kesenangan syahwat. Oleh karena itu, wahai orang muslim, jika engkau sudah memahami bahwa puasa itu dapat mematahkan syahwat dan menumpulkan ketajamannya yang bisa mendekatkan api Neraka, dan puasa dapat menjadi penyekat antara orang yang berpuasa dengan Neraka. Banyak hadits yang secara lantang menyebutkan bahwa puasa merupakan benteng perlindungan dari api Neraka sekaligus sebagai perisai yang melindungi seorang hamba dari api Neraka.

Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda:

"Tidaklah seorang hamba berpuasa pada suatu hari (dalam berjihad) di jalan ALLOH melainkan dengannya ALLOH akan menjauhkan wajahnya dari api Neraka, sejauh perjalanan tujuh puluh tahun." (4)

Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam juga bersabda:

"Puasa itu perisai, yang dengannya seorang hamba melindungi diri dari api Neraka." (5)

Selain itu, Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam juga bersabda:

"Barangsiapa berpuasa pada suatu hari (dalam berjihad) di jalan ALLOH, maka ALLOH akan menjadikan antara dirinya dengan api Neraka satu parit sejauh jarak antara langit dan bumi." (6)

Beberapa orang 'ulama berpendapat bahwa hadits-hadits yang disebutkan di atas menjelaskan keutamaan puasa dalam jihad dan perang di jalan ALLOH. Secara lahiriah, jika setiap puasa dilakukan dengan tulus ikhlash karena ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala dan sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, maka telah termasuk di jalan ALLOH (fii sabiiliLLAAH).

2. Puasa dapat memasukkan seseorang ke Surga.

Sebagaimana engkau ketahui, wahai hamba yang ta'at, mudah-mudahan ALLOH memberikan taufiq kepadamu atas keta'atan kepada-NYA serta memperkuatmu dengan ruh dari-NYA, bahwa puasa itu dapat menjauhkan pelakunya dari Neraka, berarti juga puasa mendekatkannya ke Surga. Dari Abu Umamah rodhiyaLLOOHU 'anhu, dia bercerita, aku pernah katakan, "Wahai Rosululloh, tunjukkan kepadaku suatu 'amalan yang dengannya aku bisa masuk Surga." Maka Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda, "Hendaklah kamu berpuasa, tidak ada tandingan baginya." (7)

3. Orang yang berpuasa akan diberi pahala tanpa hitungan.

4. Orang yang berpuasa itu mempunyai dua kegembiraan.

5. Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di hadapan ALLOH daripada wangi minyak kesturi. (8)

Dari Abu Huroiroh rodhiyaLLOOHU 'anhu, dia bercerita, Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda:

"Setiap 'amal anak Adam adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa (9), dimana puasa itu adalah untuk-KU dan AKU akan memberikan pahala atasnya. Dan puasa itu adalah perisai. Dan jika pada waktu berpuasa itu seseorang di antara kalian tidak melakukan rafats (hubungan badan atau bicara keji) dan tidak juga membuat kegaduhan. Dan jika ada orang yang mencacinya atau menyerangnya maka hendaklah dia mengatakan, 'Sesungguhnya aku tengah berpuasa.' (10) Demi ROBB yang jiwa Muhammad berada di tangan-NYA, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi ALLOH daripada wangi minyak kesturi (11). Bagi orang yang berpuasa itu ada dua kegembiraan: Jika berbuka, dia sangat bergembira dan jika berjumpa dengan ROBB-nya dia juga bergembira dengan puasanya." (12)

Dan dalam riwayat Imam al-Bukhori disebutkan:

"Dia meninggalkan makanan, minuman dan nafsu syahwatnya demi diri-KU. Puasa itu untuk-KU dan AKU akan membalasnya. Dan kebaikan itu sepuluh kali dilipatkannya."

Sedangkan di dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:

"Setiap 'amal anak Adam akan dibalas berlipat ganda. Kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya sampai tujuh ratus kali lipat. ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman, 'Kecuali puasa, dimana puasa itu untuk diri-KU dan AKU akan membalasnya. Dia meninggalkan nafsu syahwat dan makanan demi diri-KU. Dan orang yang berpuasa itu mempunyai dua kegembiraan: Kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan saat berjumpa dengan ROBB-nya. Dan sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi ALLOH daripada wangi minyak kesturi."

6. Puasa dan al-Qur-an akan memberikan syafa'at bagi orang yang menjalankannya

Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda:
"Puasa dan al-Qur-an itu akan memberi syafa'at kepada seorang hamba pada hari Kiamat kelak. Dimana puasa akan berkata, 'Wahai ROBB-ku, aku telah menahannya dari makanan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafa'at kepadanya.' Sedangkan al-Qur-an berkata, 'Aku telah melarangnya dari tidur di malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafa'at kepadanya.' Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda, 'Maka keduanya pun memberikan syafa'at'." (13)

7. Puasa sebagai penebus (kaffaroh)

Di antara keutamaan yang hanya dimiliki oleh puasa adalah bahwa ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala telah menjadikannya sebagai penebus cukur kepala dalam ihrom karena suatu alasan yang ia tidak dapat mengerjakannya, baik karena sakit atau karena gangguan yang terdapat pada kepala, tidak mampu memotong hewan kurban (dam), membunuh seseorang dalam suatu perjanjian karena kesalahan (bukan disengaja), melanggar sumpah, membunuh binatang buruan pada saat ihrom, dan zhihar. Kau akan mendapatkan hal tersebut telah dijelaskan di dalam ayat-ayat al-Qur-an berikut ini:

ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman:

"Dan sempurnakanlah 'ibadah hajji dan 'umroh karena ALLOH. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) kurban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum kurban sampai ke tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu berpuasa atau bershodaqoh atau berkurban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umroh sebelum hajji (di dalam bulan hajji), (wajiblah ia menyembelih) kurban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang kurban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa hajji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Harom (orang-orang yang bukan penduduk kota Makkah). Dan bertaqwalah kepada ALLOH dan ketahuilah bahwa ALLOH sangat keras siksa-NYA."
(Qur-an Suroh al-Baqoroh: ayat 196)

ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman:

"Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka denganmu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara taubat kepada ALLOH. Dan adalah ALLOH Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
(Qur-an an-Nisaa': ayat 92)

Selain itu, ALLOH Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui juga berfirman:

"ALLOH tidak menghukummu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi DIA menghukummu disebabkan sumpah-sumpah yang disengaja, maka kaffaroh (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Yang demikian itu adalah kaffaroh sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikian ALLOH menerangkan kepadamu hukum-hukum-NYA agar kalian bersyukur (kepada-NYA)."
(Qur-an Suroh al-Maa-idah: ayat 89)

Dan DIA yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana juga berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihrom. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai hadya yang dibawa sampai ke Ka'bah, atau (dendanya) membayar kaffaroh dengan memberi makan orang-orang miskin, supaya dia merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya. ALLOH telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya ALLOH akan menyiksanya. ALLOH Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa."
(Qur-an Suroh al-Maa-idah: ayat 95)

Selanjutnya, ALLOH yang Maha lembut lagi Maha mengetahui berfirman:

"Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepadamu, dan ALLOH Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada ALLOH dan Rosul-NYA. Dan itulah hukum-hukum ALLOH, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih."
(Qur-an Suroh al-Mujaadilah: ayat 3-4)

Demikian halnya puasa dan shodaqoh berperan serta dalam penebusan fitnah (pelanggaran) seseorang dalam keluarga, harta, dan tetangganya.

Dari Hudzaifah bin al-Yaman rodhiyaLLOOHU 'anhu, dia bercerita, Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda:
"Fitnah (pelanggaran) seseorang dalam keluarga, dan harta, tetangganya dapat ditebus dengan sholat, puasa, dan shodaqoh." (14)

8. ar-Royyan bagi orang-orang yang berpuasa

Dari Sahl bin Sa'ad rodhiyaLLOOHU 'anhu, dari Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, Beliau bersabda:

"Sesungguhnya di Surga itu terdapat satu pintu yang diberi nama ar-Royyan. Dari pintu itu orang-orang yang berpuasa akan masuk pada hari Kiamat kelak. Tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu itu selain mereka saja. Dan jika mereka sudah masuk, maka pintu itu akan ditutup sehingga tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut. (Dan jika orang yang paling terakhir di antara mereka sudah masuk, maka pintu itu akan ditutup. Dan barangsiapa sudah masuk, dia akan minum, dan barangsiapa sudah minum, maka dia tidak akan pernah haus selamanya)." (15)

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Catatan Kaki:

(2) Mampu menikah dengan segala konsekuensi dan tanggung jawabnya.

(3) Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori 4/106, dan Imam Muslim 1400 dari Ibnu Mas'ud rodhiyaLLOOHU 'anhu.

(4) Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori 6/35, Imam Muslim 1153, dari Abu Sa'id al-Khudri rodhiyaLLOOHU 'anhu. Dan lafazh di atas adalah milik Imam Muslim. Sabda Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam: "Sab'iina khoriifan" berarti perjalanan sejauh tujuh puluh tahun. Demikian yang dikemukakannya (al-Hafizh Ibnu Hajar) di dalam kitab, Fat-hul Baari 6/48.

(5) Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 3/241, dan 3/296 dari Jabir rodhiyaLLOOHU 'anhu. Dan Imam Ahmad 4/22 dari 'Utsman bin Abi al-'Ash rodhiyaLLOOHU 'anhu, dan ini adalah hadits shohih.

(6) Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi 1624, dari hadits Abu Umamah rodhiyaLLOOHU 'anhu. Di dalam sanadnya mengandung layyin. Dan al-Walid bin Jamil: Shoduq, yang melakukan kesalahan. Tetapi ia ditabi', dimana hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam ath-Thobroni di dalam kitab al-Kabiir 8/260, 274, dan 280, dari dua jalan dari al-Qosim dari Abu Umamah rodhiyaLLOOHU 'anhu.

(7) Diriwayatkan oleh Imam an-Nasa-i 4/165, Imam Ibnu Hibban halaman 232 - Mawaarid, Imam al-Hakim 1/421, dan sanadnya shohih.

(8) Untuk poin 3, 4, dan 5 tercakup dalam hadits di atas.

(9) Maksudnya, mendapatkan pahala yang terbatas kecuali puasa, dimana pahalanya tanpa hitungan, sebagaimana yang akan diuraikan lebih lanjut.

(10) Hendaklah ungkapan tersebut disampaikan dengan suara lantang agar pencaci dan penyerang berhati-hati, dan ada juga yang mengatakan, "Hendaklah hal itu dikatakan di dalam diri sendiri agar dia bisa menahan diri untuk tidak melontarkan cacian dan serangan juga", tetapi pendapat yang pertama lebih rojih dan jelas, karena ungkapan yang mutlak tidak mungkin ada kecuali dengan lisan. Sedangkan ungkapan yang ada di dalam hati maka ia pasti akan sangat terbatas, misalnya saja sabda Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh rodhiyaLLOOHU 'anhu dari Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam: "Sesungguhnya ALLOH memberikan ampunan kepada ummatku atas apa yang terdetik di dalam jiwanya selama dia belum sempat mengucapkan atau mengerjakannya." (Muttafaq 'alaih). Dengan demikian, tampak jelas bahwa ungkapan yang mutlak itu tidak mungkin ada kecuali pada pembicaraan yang terdengar, berupa suara dan kata-kata. WALLOOHU a'lam.

(11) Silahkan dirujuk sendiri buku yang ditulis oleh al-'Allamah Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah, yang berjudul: al-Waabilush Shoyyib minal Kalimith Thoyyib halaman 32-38.

(12) Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori 4/88, Imam Muslim 1151. Dan lafazh di atas milik Imam al-Bukhori.

(13) Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 6626, Imam al-Hakim 1/554, Imam Abu Nu'aim 8/161, dari beberapa jalan dari Huyay bin 'Abdillah, dari 'Abdurrohman al-Hubuli, dari 'Abdulloh bin 'Umar rodhiyaLLOOHU 'anhuma. Sanad hadits ini hasan. Di dalam bukunya, Majma'uz Zawaa-id 3/181, setelah menambahkan penisbatannya pada Imam ath-Thobroni di dalam kitab al-Kabiir, Imam al-Haitsami mengatakan: "Rijal hadits ini adalah rijal shohih."

Kesimpulan:
Hadits ini dan yang semisalnya termasuk hadits-hadits yang berkenaan dengan tajsiidul a'maal, yang harus diimani dengan sebenar-benarnya tanpa ada penyimpangan dan penakwilan, karena ia merupakan jalan kaum Salafush Sholih. Dan tidak diragukan lagi, ia lebih selamat, lebih tahu, dan lebih bijak. Aku peringatkan kepadamu bahwa ia merupakan salah satu syarat iman yang paling penting. ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman:

"Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghoib, yang mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rizqi yang KAMI anugerahkan kepada mereka."
(Qur-an Suroh al-Baqoroh: ayat 3)

(14) Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori 2/7, dan Imam Muslim 144.

(15) Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori 4/95 dan Imam Muslim 1152. Dan tambahan terakhir (yang ada dalam kurung) adalah milik Imam Ibnu Khuzaimah di dalam kitab Shohih-nya 1903.

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Shifatu Shaumin Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam fii Ramadhaan, Penulis: Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied al-Hilali dan Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid hafizhahumallaah, Penerbit: al-Maktabah al-Islamiyyah, Amman - Yordania, Cetakan IV, Tahun 1412 H/ 1992 M, Judul Terjemahan: Meneladani Shaum Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, Penerjemah: M. Abdul Ghoffar E.M, Muraja'ah Terjemah: Taufik Saleh Alkatsiri, Penerbit: Pustaka Imam asy-Syafi'i - Indonesia, Cetakan Kedua, Rabi'ul Akhir 1426 H/ Agustus 2005 M.