Tuesday 11 April 2017

Rabb adalah yang Berhak Diibadahi | Syarah Tsalatsatul Ushul

Syarh Tsalaatsatil Ushuul.

Syarah Tsalaatsatul Ushuul.
Mengenal Allah, Rasul dan Dinul Islam.
Penjelasan Singkat Tentang Ilmu-ilmu yang Wajib Diketahui Setiap Muslim.

Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah.

Syaikh Fahd bin Nashir bin Ibrahim as-Sulaiman.

Syarah Tsalatsatul Ushul.

Ma'rifatur Rabb.
Mengenal Rabb (Allah).

Rabb adalah yang berhak diibadahi 1). Dalilnya adalah firman Allah 'Azza wa Jalla, "Wahai manusia 2), sembahlah Rabbmu Yang telah menciptakanmu 3) dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa 4). Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan 5) bagimu dan langit sebagai atap 6), dan Dia menurunkan air 7) (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu 8); karena itu jangan mengadakan tandingan 9) bagi Allah, padahal kamu mengetahui 10)." (Al-Baqarah [2]: 22). Ibnu Katsir rahimahullah 11) berkata, "Hanya Pencipta makhluk-makhluk itulah yang berhak diibadahi."

Syarah:

1) Penulis rahimahullah mengisyaratkan kepada firman Allah:

"Sesungguhnya Rabbmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam pada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingat, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam." (Al-A'raf [7]: 54)

Hanya Rabb itulah yang berhak diibadahi atau yang diibadahi dikarenakan Dia berhak. Bukan berarti setiap yang diibadahi itu Rabb. Tuhan-tuhan selain Allah yang diibadahi dan dianggap tuhan oleh penyembahnya, bukan Rabb. Rabb adalah pencipta, pemilik, dan pemelihara segala urusan.

2) Seruan ini ditujukan kepada semua manusia. Allah memerintahkan mereka beribadah kepada-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya, maka janganlah mereka menjadikan sekutu sebagai sesembahan selain Allah. Allah menjelaskan bahwa Dia berhak diibadahi karena Dia satu-satunya Pencipta.

3) Firman-Nya, "Yang telah menciptakanmu", adalah sifat yang menjelaskan alasan pernyataan sebelumnya. Artinya, beribadahlah kepada-Nya karena Dialah yang telah menciptakanmu. Karena Dia adalah Rabb Yang Menciptakan, maka kamu semua wajib beribadah kepada-Nya. Karena itu, kami mengatakan, siapa saja yang mengakui rububiyah Allah, maka ia harus beribadah kepada-Nya saja. Jika tidak demikian, berarti ia telah melakukan hal yang bertentangan dengan pengakuannya.

4) Maksudnya adalah agar kamu bisa meraih ketakwaan. Takwa adalah melindungi diri dari adzab Allah 'Azza wa Jalla dengan cara mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

5) Maksudnya sebagai hamparan, tempat kita bisa bersenang-senang tanpa kesulitan dan kepayahan, ibarat orang yang tidur di atas hamparan kasurnya.

6) Maksudnya adalah langit itu berada di atas kita, karena atap itu terletak di sebelah atas. Langit adalah atap bagi penduduk bumi dan ia merupakan atap yang terpelihara. Sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla:

"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara..." (Al-Anbiya' [21]: 32)

7) Maksudnya adalah Dia telah menurunkan dari ketinggian, yaitu dari awan, air yang mensucikan. Ini sebagaimana firman Allah:

"Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya bisa kamu jadikan minuman dan sebagiannya menyuburkan tumbuhan-tumbuhan yang pada tempat tumbuhnya kamu mengembalakan ternakmu." (An-Nahl [16]: 10)

8) Maksudnya adalah sebagai pemberian bagimu. Sedangkan dalam ayat lain Allah berfirman:

"(Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu." (An-Nazi`at [79]: 33)

9) Maksudnya adalah Rabbmu yang telah menciptakanmu, menciptakan orang-orang sebelummu, menciptakan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, serta menurunkan hujan dari langit, lalu dengan hujan itu Dia menumbuhkan buah-buahan sebagai rezeki bagimu, janganlah kamu menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya, di mana kamu beribadah kepadanya sebagaimana beribadah kepada Allah atau mencintainya sebagaimana kecintaanmu kepada Allah. Itu tidak patut bagimu, baik menurut pertimbangan akal maupun syar'i.

10) Maksudnya adalah kamu mengetahui bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya dan bahwa hanya di tangan-Nya ada penciptaan, pemberian rezeki, dan pemeliharaan. Karena itu, janganlah membuat sekutu bagi-Nya dalam ibadah.

11) Dia adalah Imadudin Abul Fida' Ismail bin Umar Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi, seorang hafizh masyhur, penulis tafsir dan tarikh, salah satu murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Wafat pada tahun 774 H.

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Syarh Tsalaatsatil Ushuul, Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullah, Penulis Syarah: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah, Penyusun: Syaikh Fahd bin Nashir bin Ibrahim as-Sulaiman, Penerbit: Darul Tsarya, Riyadh - Kerajaan Arab Saudi, Cetakan III, Tahun 1997 M, Judul Terjemahan: Syarah Tsalaatsatul Ushuul (Mengenal Allah, Rasul dan Dinul Islam, Penjelasan Singkat Tentang Ilmu-ilmu yang Wajib Diketahui Setiap Muslim), Penerjemah: Hawin Murtadlo, Salafuddin Abu Sayyid, Editor: Muhammad Albani, Penerbit: Al-Qowam, Sukoharjo - Indonesia, Cetakan XIII, Maret 2016 M.

===

Wakaf dari Ibu Anny - Jakarta untuk Perpustakaan Baitul Kahfi Tangerang.
Semoga Allah menjaganya dan memudahkan segala urusan kebaikannya.