Monday 24 April 2017

Al-Baqarah, Ayat 49-50 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir.

Shahih Tafsir Ibnu Katsir.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Ustadz Abu Ihsan al-Atsari.

Surat al-Baqarah.

Al-Baqarah, Ayat 49-50.

Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Rabbmu. (QS. 2: 49) Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan. (QS. 2: 50)

Selamatnya Bani Israil dari fir'aun dan Tenggelamnya fir'aun Beserta Pasukannya

Allah Ta'ala berfirman: "Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat yang telah Aku berikan kepada kalian, (yaitu) 'Ketika Kami selamatkan kalian dari fir'aun dan para pengikutnya; mereka menimpakan kepada kalian siksaan yang seberat-beratnya.' Aku menyelamatkan kalian dari mereka dan membebaskan kalian dari tangan mereka, dengan ditemani Musa 'alaihis salaam, padahal dahulu fir'aun dan para pengikutnya menimpakan adzab yang sangat berat kepada kalian."

Hal itu mereka lakukan karena fir'aun yang dilaknat oleh Allah itu pernah bermimpi yang mimpi itu membuatnya sangat risau. Ia melihat api yang keluar dari Baitul Maqdis. Lalu api itu memasuki rumah-rumah orang Qibti di Mesir, kecuali rumah Bani Israil. Makna mimpi tersebut bahwa kerajaannya akan lenyap binasa melalui tangan seseorang yang berasal dari kalangan Bani Israil. Kemudian disusul laporan dari orang-orang dekatnya pada saat membicarakan hal itu, bahwa Bani Israil sedang menunggu lahirnya seorang bayi di tengah mereka yang melalui dirinyalah mereka akan meraih kekuasaan dan kedudukan tinggi. Sejak saat itulah fir'aun memerintahkan untuk membunuh seluruh bayi laki-laki Bani Israil yang dilahirkan setelah mimpi itu dan membiarkan hidup bayi-bayi perempuan. Selain itu fir'aun pun memerintahkan agar mempekerjakan Bani Israil dengan pekerjaan yang berat dan hina.

Dalam ayat ini, kata "al-adzaabu" ditafsirkan dengan penyembelihan anak laki-laki. Sedangkan dalam surat Ibrahim disebutkan dengan kata sambung "wa (dan)" sebagaimana Dia berfirman: "Mereka menimpakan kepadamu adzab yang seberat-beratnya dan mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu." (QS. Ibrahim: 6). Penafsiran tentang hal ini akan dikemukakan pada awal surat al-Qashash insya Allah, dengan memohon bantuan dan pertolongan-Nya.

Kalimat "yasuumuunakum" maknanya adalah menimpakan kepadamu, sebagaimana dikatakan oleh Abu 'Ubaidah. Dikatakan "Saamahu khuththatu khasfin," maknanya, perkara (urusan) yang hina telah menimpanya.

Ada pula yang mengartikan dengan menimpakan siksaan secara terus menerus. Sebagaimana kambing yang terus digembalakan disebut "saa-imatul ghanam." Demikian yang dinukil dari al-Qurthubi.

Di sini Allah Ta'ala berfirman: "Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu." Hal ini tidak lain sebagai penafsiran atas nikmat yang telah diberikan kepada mereka yang terdapat dalam firman-Nya: "Mereka menimpakan kepadamu adzab yang seberat-beratnya." Ditafsirkan demikian karena di sini Allah berfirman: "Dan ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu." (QS. Al-Baqarah: 122)

Sedangkan dalam surat Ibrahim, ketika Allah berfirman: "Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah." (QS. Ibrahim: 5) Maksudnya, ingatkanlah mereka akan berbagai nikmat-Nya yang telah Dia berikan kepada mereka.

Maka tepat jika disebutkan di sana: "Mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, dan mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan." Disambungkannya kalimat itu dengan penyembelihan untuk menunjukkan betapa banyak nikmat yang telah diberikan kepada Bani Israil.

Siapakah fir'aun? -pent.

Fir'aun adalah gelar bagi setiap raja Mesir yang kafir, baik yang berasal dari bangsa Amalik maupun selainnya. Sebagaimana Kaisar merupakan gelar bagi setiap raja yang menguasai Romawi dan Syam dalam keadaan kafir. Demikian pula halnya dengan Kisra yang merupakan gelar bagi raja Persia, Tubba' bagi penguasa Yaman yang kafir, dan Najasyi bagi raja Habasyah.

Firman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala: "Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Rabbmu." Ibnu Jarir mengatakan: "Artinya, di balik tindakan Kami menyelamatkan nenek moyang kalian dari siksaan fir'aun dan para pengikutnya terkandung ujian yang besar bagi kalian dari Rabb kalian. Yaitu nikmat yang sangat besar bagi kalian." (199)

Dan pada asalnya, ujian dapat berupa kebaikan dan bisa juga berupa keburukan, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman: "Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)." (QS. Al-Anbiyaa`: 35)

Dan Allah berfirman: "Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)." (QS. Al-A'raaf: 168) Ibnu Jarir berkata: "Kata yang sering digunakan untuk menyatakan ujian dalam bentuk keburukan adalah "(بَلاَء, أَبْلُوْهُ, بَلَوْتُهُ) balaa`, abluuhu, balawtuhu". Sedangkan yang digunakan untuk menyatakan ujian dalam bentuk kebaikan adalah "(بَلاَءً, إِبْلاَء, أَبْلِيْهِ) balaa-an, iblaa`, abliihi".

Firman Allah Ta'ala: "Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan." Maknanya, setelah Kami menyelamatkan kalian dari fir'aun dan para pengikutnya, lalu kalian berhasil keluar dari Mesir bersama Musa 'alaihis salaam, maka fir'aun pun pergi mencari kalian. Kemudian Kami belah lautan untuk kalian.

Sebagaimana hal itu dijelaskan oleh Allah secara rinci dan akan dipaparkan pada pembahasan berikutnya insya Allah, antara lain dalam surat asy-Syu'araa`.

"Lalu Kami selamatkan." Artinya, Kami bebaskan kalian dari kejaran mereka dan Kami pisahkan kalian dengan mereka hingga akhirnya Kami tenggelamkan mereka, sedang kalian menyaksikan sendiri peristiwa tersebut, agar hal itu menjadi pengobat duka hati kalian dan menjadi hinaan yang sangat bagi musuh-musuh kalian.

Puasa Hari 'Asyura'

Disebutkan bahwa hari tersebut adalah hari 'Asyura'. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma), ia berkata: "Setelah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam sampai di Madinah, beliau kemudian menyaksikan orang-orang yahudi berpuasa pada hari 'Asyura', maka beliau bertanya: 'Hari apa ini yang kalian berpuasa padanya?' Mereka menjawab: 'Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah Sub-haanahu wa Ta'aala menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka Musa pun berpuasa padanya.' Maka Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

'Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.'

Kemudian beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk berpuasa pada hari itu." (200) Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, an-Nasa-i dan Ibnu Majah. (201)

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

(199) Tafsiir ath-Thabari (2/48).

(200) Ahmad (1/291). [Ahmad (no. 2644)].

(201) Fat-hul Baari (4/287), Muslim (2/796), an-Nasa-i dalam al-Kubra (2/157), dan Ibnu Majah (1/553). [Al-Bukhari (no. 2004), Muslim (no. 1130), Ibnu Majah (no. 1734)].

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.