Tuesday 4 April 2017

Sesungguhnya Allah yang Menciptakan Kita | Allah yang Memberi Rezeki Kita | Allah Tidak Membiarkan Kita Sia-sia | Allah Mengutus Kepada Kita Seorang Rasul | Barangsiapa Menaati Rasul Pasti Masuk Surga | Barangsiapa Bermaksiat kepada Rasul Niscaya Masuk Neraka | Allah Tidak Ridha Jika Ada Seseorang yang Dipersekutukan dengan-Nya | Barangsiapa yang Menaati Rasul dan Mentauhidkan Allah, Tidak Boleh Memberikan Loyalitas Kepada Siapapun yang Memusuhi Allah dan Rasul-Nya | Syarah Tsalatsatul Ushul

Syarh Tsalaatsatil Ushuul.

Syarah Tsalaatsatul Ushuul.
Mengenal Allah, Rasul dan Dinul Islam.
Penjelasan Singkat Tentang Ilmu-ilmu yang Wajib Diketahui Setiap Muslim.

Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah.

Syaikh Fahd bin Nashir bin Ibrahim as-Sulaiman.

Syarah Tsalatsatul Ushul.

Ketahuilah, rahimakallah, setiap muslim dan muslimah wajib mempelajari dan mengamalkan tiga masalah ini.

Pertama: Bahwa Allah telah menciptakan 1) dan memberi rezeki kita 2). Allah tidak membiarkan kita begitu saja, sia-sia 3), tetapi mengutus kepada kita seorang Rasul 4). Barangsiapa menaati Rasul tersebut, pasti masuk Surga 5), dan barangsiapa bermaksiat kepadanya, niscaya masuk Neraka 6). Dalilnya adalah firman Allah 'Azza wa Jalla, "Sesungguhnya Kami telah mengutus kepadamu (orang kafir Makkah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada fir'aun. Maka fir'aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat." (QS. Al-Muzammil [73]: 16).

Kedua: 7) Bahwa Allah tidak ridha jika ada seseorang dipersekutukan dengan-Nya dalam peribadatan kepada-Nya, baik ia seorang Malaikat terdekat maupun Nabi yang diutus sebagai Rasul. Dalilnya adalah firman Allah, "Dan sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah. Maka jangan menyembah seorang pun di dalamnya di samping Allah." (QS. Al-Jinn [72]: 18).

Ketiga: 8) Bahwa barangsiapa yang menaati Rasul dan mentauhidkan Allah, tidak boleh memberikan loyalitas kepada siapapun yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka itu keluarga terdekat. Dalilnya adalah firman Allah 'Azza wa Jalla, "Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridah terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung." (QS. Al-Mujaadilah [58]: 22).

Syarah:

1) Mengenai pengertian bahwa Allah telah menciptakan kita, terdapat dalil sam'i maupun 'aqli. Dalil sam'i mengenai hal ini banyak sekali, di antaranya adalah firman Allah:

1. "Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematian), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah yang mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu)." (QS. Al-An'aam [6]: 2)

2. "Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu..." (QS. Al-A'raaf [7]: 11)

3. "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang berbentuk." (QS. Al-Hijr [15]: 26)

4. "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak." (QS. Ar-Ruum [30]: 20)

5. "Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar." (QS. Ar-Rahmaan [55]: 14)

6. "Allah menciptakan segala sesuatu..." (QS. Az-Zumar [39]: 62)

7. "Padahal Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat." (QS. Ash-Shaaffaat [37]: 96)

8. "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzaariyaat [51]: 56)

Banyak lagi ayat-ayat lainnya.

Adapun dalil 'aqli yang menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan kita diisyaratkan dalam firman Allah 'Azza wa Jalla,

"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?" (QS. Ath-Thuur [52]: 35)

Manusia itu tidak menciptakan dirinya sendiri, karena sebelum berwujud manusia, ia adalah 'adam (nothing, bukan apa-apa). Sedangkan 'adam itu tidak bisa menciptakan sesuatu.

Manusia juga tidak diciptakan oleh ayahnya, ibunya, atau siapa pun di antara manusia ini. Tidak mungkin juga tiba-tiba ia ada dengan sendirinya tanpa pencipta. Di samping itu, keberadaan seluruh makhluk yang teratur, indah, rapi dan harmonis ini secara tegas membantah anggapan bahwa keberadaannya terjadi secara kebetulan. Karena sesuatu yang terjadi secara kebetulan pasti pada asal keberadaannya tidak teratur sehingga mana mungkin setelah sekian lama berkembang menjadi teratur? Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa yang menciptakan adalah Allah saja. Tidak ada yang menciptakan dan memerintah alam ini kecuali Allah. Allah 'Azza wa Jalla berfirman, "Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah." (QS. Al-A'raaf [7]: 54)

Tidak ada manusia yang diketahui menolak rububiyah Allah 'Azza wa Jalla kecuali karena kesombongannya, sebagaimana yang terjadi pada fir'aun. Suatu ketika, Jubair bin Muth'im mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca Surat ath-Thuur. Beliau membaca sampai pada ayat berikut:

"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Apakah di sisi mereka ada perbendaharaan Rabbmu ataukah mereka yang berkuasa?" (QS. Ath-Thuur [52]: 35-37)

Pada saat itu, Jubair bin Muth'im seorang musyrik. Tetapi mendengar ayat yang dibaca oleh Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) tersebut, ia berkata, "Hampir saja hatiku terbang kegirangan. Itulah pertama kalinya keimanan bersemayam di hatiku." (6)

2) Banyak dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah maupun dalil 'aqli mengenai hal ini. Dalil dari Al-Quran adalah firman Allah:

1. "Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rezeki, yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh." (QS. Adz-Dzaariyaat [51]: 58)

2. "Katakanlah, 'Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi?' Katakanlah, 'Allah...!'" (QS. Saba' [34]: 24)

3. "Katakanlah, 'Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab, 'Allah!'..." (QS. Yuunus [10]

Banyak ayat lain mengenai hal ini.

Adapun dalil dari As-Sunnah di antaranya adalah sabda Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) mengenai perkembangan janin. Ada Malaikat yang diutus kepada janin itu dan diperintahkan untuk menuliskan empat hal, yakni rezekinya, ajalnya, amalnya, dan sengsara atau bahagiakah ia.

Adapun dalil 'aqli yang menunjukkan bahwa Allah telah memberikan rezeki kepada kita adalah karena kita tidak bisa hidup kecuali dengan makanan dan minuman, sedangkan makanan dan minuman diciptakan oleh Allah 'Azza wa Jalla. Sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla:

"Maka terangkanlah tentang apa yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur, maka jadilah kamu heran tercengang. (Sambil berkata), 'Sungguh kami benar-benar menderita kerugian. Bahkan kami tidak mendapat hasil apa-apa.' Maka terangkanlah tentang yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapa kamu tidak bersyukur?" (QS. Al-Waaqi'ah [56]: 63-70)

Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa rezeki kita yang berupa makanan maupun minuman berasal dari karunia Allah 'Azza wa Jalla.

3) Inilah hakikat yang ditunjukkan oleh dalil-dalil sam'i maupun 'aqli. Di antara dalil-dalil sam'i mengenai hal ini adalah:

1. "Maka apakah kamu mengira, sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maha Tinggi Allah, Raja yang Sebenarnya; tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Dia..." (QS. Al-Mukminuun [23]: 115-116)

2. "Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa bertanggung jawab)? Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakan dan menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan dirinya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?" (QS. Al-Qiyaamah [75]: 36-40)

Adapun dalil 'aqli tentang hal itu adalah jika keberadaan manusia ini hanya untuk hidup, kemudian bersenang-senang, kemudian mati tanpa ada kebangkitan dan perhitungan, maka itu tidak layak dengan sifat bijaksana Allah 'Azza wa Jalla. Itu sebuah kesia-siaan belaka. Tidak mungkin Allah mengutus para Rasul kepada mereka dan menghalalkan darah orang-orang yang menentang para Rasul, namun akhirnya tidak ada apa-apa. Ini mustahil dipandang dari sifat bijaksana Allah 'Azza wa Jalla.

4) Maksudnya, Allah 'Azza wa Jalla telah mengutus kepada kita ummat Muhammad (shallallahu 'alaihi wa sallam), seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Rabb kita, menyucikan kita, dan mengajari kita al-Kitab dan Hikmah, sebagaimana Allah telah mengutus para Rasul kepada ummat-ummat sebelum kita. Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

"...tidak ada suatu ummat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan." (QS. Faathir [35]: 24)

Allah pasti mengutus para Rasul kepada manusia agar tegak hujah di hadapan mereka dan agar manusia beribadah kepada-Nya dengan melaksanakan apa yang dicintai dan diridhai-Nya.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

"Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-nabi yang setelahnya. Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, dan anak cucunya, 'Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Dawud. Dan (Kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepada kamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (Mereka Kami utus) selaku Rasul-rasul, pembawa berita gembira dan pembawa peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. An-Nisaa' [4]: 163-165)

Tidak mungkin kita bisa beribadah kepada Allah dengan melaksanakan apa yang diridhai-Nya kecuali melalui informasi dari para Rasul. Karena hanya merekalah yang bisa menjelaskan kepada kita apa yang dicintai dan diridhai Allah serta apa yang bisa mendekatkan kita kepada-Nya. Itu merupakan salah satu bukti kebijaksanaan Allah, Dia mengutus para Rasul kepada segenap manusia sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Dalil tentang hal ini adalah firman Allah 'Azza wa Jalla;

"Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (orang-orang kafir Mekah) seorang Rasul, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada fir'aun. Maka fir'aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat." (QS. Al-Muzzammil [73]: 15-16)

5) Kesimpulan ini benar dan bisa diambil dari firman Allah 'Azza wa Jalla:

"Taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang bertakwa." (QS. Ali 'Imraan [3]: 132-133)

Dan dari firman Allah 'Azza wa Jalla:

"... Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. An-Nisaa' [4]: 13)

Dan firman-Nya:

"Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan." (QS. An-Nuur [24]: 52)

Dan firman-Nya:

"Barangsiapa menaati Allah dan Rausl, mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang syahid, dan orang-orang yang shalih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (QS. An-Nisaa' [4]: 69)

Dan firman-Nya:

"... Barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh ia memperoleh kemenangan yang besar." (QS. Al-Ahzaab [33]: 71)

Dan banyak lagi ayat lainnya.

Juga dapat disimpulkan dari sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Setiap ummatku akan masuk Surga, kecuali yang enggan. Beliau ditanya, 'Siapakah yang enggan, wahai Rasulullah?' Beliau bersabda, 'Barangsiapa menaati, niscaya masuk Surga dan barangsiapa bermaksiat kepadaku, niscaya masuk Neraka.'" (7)

6) Kesimpulan ini juga benar, bisa diambil dari firman Allah 'Azza wa Jalla:

"Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Neraka sedang ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan." (QS. An-Nisaa' [4]: 14)

Dan firman-Nya:

"... Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." (QS. Al-Ahzaab [33]: 36)

Dan firman-Nya:

"... Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya baginyalah Neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya." (QS. Al-Jinn [72]: 23)

Juga bisa disimpulkan dari sabda Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam), "Barangsiapa bermaksiat kepadaku, niscaya masuk Neraka."

7) Masalah kedua yang harus kita ketahui adalah bahwa Allah tidak rela jika ada yang disekutukan dengan-Nya dalam peribadahan kepada-Nya. Hanya Dia yang berhak diibadahi. Dalil mengenai hal ini adalah ayat yang disebutkan oleh penulis rahimahullah:

"Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu beribadah kepada seorang pun di dalamnya kecuali beribadah kepada Allah." (QS. Al-Jinn [72]: 18)

Dalam ayat ini Allah melarang manusia beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada-Nya. Allah tidak melarang suatu hal kecuali hal tersebut pasti tidak diridhai oleh-Nya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

"Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya, dan jika kamu bersyukur niscaya dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu..." (QS. Az-Zumar [39]: 7)

Dan Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

"... Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, maka sesungguhnya Allah tidak ridah kepada orang-orang yang fasik." (QS. At-Taubah [9]: 96)

Allah 'Azza wa Jalla tidak meridhai kekafiran dan kesyirikan, akan tetapi sesungguhnya Dia telah mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-kitab untuk memerangi kekafiran dan kesyirikan. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

"Dan perangilah mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata bagi Allah..." (QS. Al-Anfaal [8]: 39)

Jika Allah tidak meridhai kekafiran dan kesyirikan, maka seorang mukmin juga berkewajiban untuk tidak meridhai keduanya, karena ridha dan murka seorang mukmin mengikuti ridha dan murka Allah. Ia murka terhadap apa yang dimurkai oleh Allah dan ridha terhadap apa yang diridhai oleh Allah 'Azza wa Jalla. Begitu pula jika Allah tidak meridhai kesyirikan dan kekafiran, maka seorang mukmin tidak layak meridhainya. Kesyirikan merupakan hal yang sangat berbahaya.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. An-Nisaa' [4]: 48)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman,

"... Sesungguhnya orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun." (QS. Al-Maa`idah [5]: 72)

Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) juga bersabda:

"Barangsiapa berjumpa dengan Allah tanpa mempersekutukan_Nya sedikit pun, maka ia pasti masuk Surga. Tetapi barangsiapa yang berjumpa dengan Allah sedangkan dia telah mempersekutukan sesuatu dengan-Nya, maka ia pasti masuk Neraka." (8)

8) Masalah ketiga yang harus diketahi adalah al-walaa` wal barraa`. Al-Walaa` merupakan prinsip agung. Banyak nash yang menyebutkan tentang prinsip ini. Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, jangan mengambil orang-orang yang di luar kalanganmu menjadi teman kepercayaanmu, karena tidak henti-hentinya mereka menimbulkan kemudaratan bagimu..." (QS. Aali 'Imraan [3]: 118)

Dan Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, jangan mengambil orang-orang yahudi dan nashrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu), sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk bagi orang-orang yang zhalim." (QS. Al-Maa`idah [5]: 51)

Dan Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman,

"Hai orang-orang beriman, janganlah mengambil orang-orang yang menjadikan agamamu sebagai buah ejekan dan permainan, yaitu di antara orang-orang yang telah diberi al-Kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik), menjadi pemimpin. Dan bertawakkallah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." (QS. Al-Maa`idah [5]: 57)

Dan Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah menjadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu sebagai pemimpin-pemimpinmu, jika mereka mengutamakan kekafiran di atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. Katakanlah, 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.' Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS. At-Taubah [9]: 23-24)

Dan Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang beriman bersamanya, ketika mereka berkata, 'Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kamu dan telah nyata di antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya, sampai kamu beriman kepada Allah saja..." (QS. Al-Mumtahanah [60]: 4)

Berwala' dan mencintai orang yang memusuhi Allah adalah tindakan yang menunjukkan lemahnya iman yang terdapat dalam hati seseorang, kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebab tidak masuk akal jika seseorang mencintai sesuatu yang menjadi musuh kekasihnya. Berwala' kepada orang-orang kafir itu bisa berupa menolong dan membantu mereka dalam melaksanakan kekafiran dan kesesatan mereka. Mencintai mereka terjadi dengan melakukan sebab-sebab yang menjadikan mereka cinta. Engkau melihat orang tersebut mencari kecintaan mereka dengan segala cara. Tidak diragukan lagi, tindakan ini menafikan iman atau kesempurnaannya. Seorang mukmin berkewajiban memusuhi siapa yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya adalah orang yang paling dekat dengannya. Ia harus membenci dan menjauhinya. Namun kebencian ini tidak menghalanginya untuk menasihati dan mendakwahi orang tersebut kepada kebenaran.

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

(6) HR. Al-Bukhari dalam Kitaabul Qaadar, dan Muslim juga dalam Kitaabul Qaadar.

(7) HR. Al-Bukhari dalam Kitaabul I'tishaam bil Kitaab was Sunnah, bab "Al-Iqtidaa' bi Sunani Rasuulillaah shallallahu 'alaihi wa sallam."

(8) HR. Al-Bukhari dalam Kitaabul 'Ilmi, bab "Man Khashasha bil 'Ilmi Qauman duuna Qaumin Karaahiyata an la Yafhamuu" dan Muslim dalam Kitaabul Imaan, bab "Man Maata laa Yusyriku billaahi Syai'an Dakhalal Jannah".

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Syarh Tsalaatsatil Ushuul, Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullah, Penulis Syarah: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah, Penyusun: Syaikh Fahd bin Nashir bin Ibrahim as-Sulaiman, Penerbit: Darul Tsarya, Riyadh - Kerajaan Arab Saudi, Cetakan III, Tahun 1997 M, Judul Terjemahan: Syarah Tsalaatsatul Ushuul (Mengenal Allah, Rasul dan Dinul Islam, Penjelasan Singkat Tentang Ilmu-ilmu yang Wajib Diketahui Setiap Muslim), Penerjemah: Hawin Murtadlo, Salafuddin Abu Sayyid, Editor: Muhammad Albani, Penerbit: Al-Qowam, Sukoharjo - Indonesia, Cetakan XIII, Maret 2016 M.

===

Wakaf dari Ibu Anny - Jakarta untuk Perpustakaan Baitul Kahfi Tangerang.
Semoga Allah menjaganya dan memudahkan segala urusan kebaikannya.