Saturday 29 April 2017

Ringkasan Shahih Bukhari 83-85

Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari.

Ringkasan Shahih Bukhari.

Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani.

Kitaabul ilmi.

3. Kitab Ilmu.

50. Bab: Mengkhususkan Suatu Ilmu Kepada Sebagian Orang Karena Khawatir yang Lainnya Tidak Dapat Memahaminya

83. 'Ali (ra-dhiyallaahu 'anhu) berkata, "Sampaikanlah (berbicaralah) kepada manusia sesuai apa yang mereka ketahui. Apakah kalian suka jika Allah dan Rasul-Nya didustakan?" (77)

84. Dari Qatadah, ia berkata: Anas bin Malik (ra-dhiyallaahu 'anhu) menceritakan kepada kami bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam -dan Mu'adz diboncengnya di atas seekor tunggangan- bersabda, "Hai Mu'adz bin Jabal!" Mu'adz menyahut, "Aku wahai Rasulullah." Nabi (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bersabda lagi, "Hai Mu'adz!" Mu'adz menyahut lagi, "Aku wahai Rasulullah." (Sampai tiga kali). Nabi (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bersabda, "Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah (dengan benar) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, dengan kesaksian yang benar-benar jujur dari hati sanubarinya, maka Allah akan mengharamkannya dari api Neraka." Mu'adz bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah tidak lebih baik berita itu aku sampaikan kepada orang-orang supaya mereka gembira?" Beliau (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bersabda, "Kalau begitu, mereka akan bersikap pasrah." Namun pada akhirnya Mu'adz menyampaikan ini ketika telah dekat ajalnya, karena ia takut berdosa (sebab menyembunyikan hadits).

(Dalam suatu riwayat melalui jalur lain disebutkan: Dari Anas (ra-dhiyallaahu 'anhu), ia berkata: Diceritakan kepadaku (78), bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Mu'adz, "Barangsiapa menghadap Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, maka dia masuk Surga." Mu'adz berkata, "Tidakkah lebih baik jika kusampaikan kepada orang-orang?" Beliau (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bersabda, "Jangan! Aku khawatir mereka akan berpasrah diri." (79)

51. Bab: Malu Menuntut Ilmu

26.(80) Mujahid berkata, "Orang yang malu dan sombong tidaklah menuntut ilmu."

27.(81) 'Aisyah (ra-dhiyallaahu 'anhuma) berkata, "Sebaik-baik kaum wanita adalah para wanita Anshar, karena rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memahami masalah-masalah agama."

85. Dari Ummu Salamah (ra-dhiyallaahu 'anha), ia berkata, "Ummu Sulaim [isteri Abu Thalhah 1/74] mendatangi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dan berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran. Apakah bagi seorang wanita harus mandi jika dia bermimpi?' Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, '[Ya,] jika ia melihat air (keluar mani).'" Lalu Ummu Salamah menutup -mukanya- (dalam riwayat lain: Lalu Ummu Salamah tertawa 4/102) dan berkata, "Wahai Rasulullah, apakah seorang wanita juga bermimpi?" Nabi (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bersabda, "Ya, tentu saja. Kalau tidak, bagaimana anaknya bisa menyerupainya?"

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

(77) Seperti mu'allaq, tapi ini telah dituturkan oleh Uqbah dengan isnad yang bersambung sampai kepada 'Ali ra-dhiyallaahu 'anhu, maka riwayat ini termasuk maushul.

(78) Al-Hafizh Ibnu Hajar (rahimahullaah) berkata, "Anas (ra-dhiyallaahu 'anhu) tidak menyebutkan siapa yang menceritakan itu kepadanya dalam semua jalur periwayatan yang aku teliti." Aku katakan, bahwa aku heran terhadap beliau {al-Hafizh}, karena hadits ini diriwayatkan Qatadah dari Anas, dan dalam riwayat Ahmad (5/242) disebutkan darinya dari Anas, bahwa Mu'adz bin Jabal (ra-dhiyallaahu 'anhu) menceritakan kepadanya. Diikuti pula oleh Abu Sufyan dari Anas, ia berkata, "Kami mendatangi Mu'adz bin Jabal, lalu kami katakan, 'Ceritakan kepada kami di antara keanehan-keanehan hadits Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.' Ia berkata, 'Baiklah. Aku dibonceng beliau (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) di atas seekor keledai, beliau bersabda, 'Wahai Mu'adz... dst.''" Ahmad (rahimahullaah) meriwayatkannya (5/228, 236) dan isnadnya shahih. Hal yang lebih mengherankan dari semua ini, bahwa al-Hafizh tidak mencantumkan di sini, sementara pengarang (al-Bukhari) sendiri meriwayatkannya pada kitab ke 81 bab 36 dari jalur pertama: Dari Qatadah, "Anas bin Malik menceritakan kepada kami, dari Mu'adz bin Jabal, ia berkata..." Selanjutnya pengarang menyebutkan hadits tersebut. Oleh karena itu aku memisahkan pengulangannya, karena yang satu dari sanad Anas, dan yang satu lagi dari sanad Mu'adz. Memang, seandainya al-Hafizh menyebutkan komentar ini pada akhir hadits yang berasal dari jalur pertama, tentulah tidak mengherankan, karena Anas tinggal di Madinah ketika Mu'adz meninggal di Syam. Demikian sebagaimana disebutkan oleh al-Hafizh sendiri, tapi beliau tidak meletakkannya pada tempatnya.

(79) Diriwayatkan oleh Muslim (1/45), dari Abu Hurairah dan Ubadah bin ash-Shamit (ra-dhiyallaahu 'anhuma), (1/43).

(80) Disebutkan secara maushul oleh Abu Nu'aim dalam kitab al-Hulliyyah dengan sanad shahih darinya.

(81) Disebutkan juga oleh Muslim secara maushul (1/180) dengan sanad hasan.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'adiyatulharamain, Editor: Abu Rania, Abu Fahmi Huaidi, Fajar Inayati, Penerbit: Pustaka Azzam, Jakarta - Indonesia, Cetakan keenam, Nopember 2013 M.