Wednesday 19 April 2017

Catatan kedua atas buku Dialog dengan jin Muslim | Alam jin menurut al-Qur-an dan as-Sunnah

Alam jin menurut al-Qur-an dan as-Sunnah.
Bantahan terhadap buku Dialog dengan jin Muslim.

Ustadz 'Abdul Hakim bin Amir Abdat.

Bab ketiga.

Catatan atas buku Dialog dengan jin Muslim.

Catatan kedua.

Pada halaman 61 dan 62, dengan judul "Kerajaan iblis." Di halaman 61, jin Muslim sahabat Muhammad Isa Dawud mengatakan:

Akan kusampaikan kepadamu sesuatu yang sangat penting. Iblis punya kerajaan yang sangat besar: ada menteri-menteri, pemerintahan dan kantor yang besar-besar. Iblis mempunyai wakil-wakil, lima di antaranya wajib kalian waspadai...

Saya katakan: Apakah ada perkara yang belum diterangkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam? Sehingga jin Muslim mengatakan, "Sesuatu yang sangat penting... wajib kalian waspadai." Seolah-olah belum sempurna dan belum lengkap keterangan dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tentang kerajaan iblis atau seolah-olah Allah belum menerangkan tentang tipu daya iblis, padahal Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah berfirman,

Sesungguhnya iblis itu musuh yang nyata bagimu dan ambillah ia sebagai musuh.
(Qur-an Surah Faathir: ayat 6)

Yang perlu kita lihat adalah perkataannya, "Sesuatu yang sangat penting... wajib kalian waspadai." Yakni pemberitaannya tentang kerajaan iblis dan lima wakilnya. Ini merupakan sesuatu yang baru dan tidak ada keterangannya dari syara' (agama), padahal Allah Jalla wa 'Ala hanya menjelaskan secara umum. Perincian yang seperti ini harus memiliki dasar dari Allah dan Rasul-Nya.

Selanjutnya, saudara akan melihat keanehan yang lebih aneh lagi. Jin Muslim sahabat Muhammad Isa Dawud itu melanjutkan perkataannya:

Yang pertama, menurut kalangan jin, bernama tsabar. Dia selalu mendatangi orang yang sedang kesusahan atau tertimpa musibah, baik kematian anak atau kerabat dan lain-lain...

Kemudian jin itu mengajarkan:

Untuk menghindarinya, hendaknya engkau mengucapkan:

A'uudzu billaahi minasy syaithaani tsabarir rajiimi wa jundihi wa abnaa-ihi

Aku berlindung kepada Allah dari gangguan syaithan tsabar yang terkutuk, berikut pengikut-pengikutnya dan anak-anaknya.

Saya katakan: Ini adalah satu macam bid'ah (perkara yang baru dalam agama) yang telah diajarkan oleh jin Muslim. Kalau memang betul ia adalah jin Muslim, baiklah kita husnuzhan (berbaik sangka) terhadapnya bahwa dia memang jin Muslim, maka dengan dasar apa jin Muslim itu berani mengajarkan tambahan kata "tsabar" dalam bacaan ta'awwudz (memohon perlindungan kepada Allah). Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan kepada kita ucapan ta'awwudz secara umum:

A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim

Aku berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk. (41)

Tanpa ada sedikitpun tambahan, dengan menggunakan salah satu nama dari nama-nama jin atau iblis. Akan tetapi oleh jin Muslim ini diberi ziyadah (tambahan) 'tsabar' sehingga menjadi 'tsabarir rajiimi wa jundihi wa abnaa-ihi'. Adakah hadits yang menerangkan demikian? Dan yang perlu kita tanyakan adalah, pernahkah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjelaskan hal yang demikian itu? Tidak syak (diragukan) lagi jin itu telah mengajarkan satu macam bid'ah (perkara baru dalam agama), yaitu dengan memberikan ziyadah (tambahan) dalam bacaan ta'awwudz.

Kemudian jin Muslim itu melanjutkan:

Yang kedua, namanya, sejalan dengan yang diucapkan jin Muslim, adalah dasim. Syaithan inilah yang selalu berusaha dengan sekuat tenaganya untuk mencerai-beraikan ikatan perkawinan. Mengobarkan rasa benci satu sama lain di kalangan suami isteri, sehingga terjadi perceraian. Dia adalah anak kesayangan iblis di seantero kerajaannya yang sangat besar. Untuk menghadapinya, hendaknya engkau mengucapkan:

A'uudzu billaahi minasy syaithaani dasimir rajiimi wa jundihi wa abnaa-ihi

Aku berlindung kepada Allah dari gangguan syaithan dasim yang terkutuk serta pengikut-pengikutnya dan anak-anaknya.

Saya katakan: Satu lagi bid'ah (perkara baru dalam agama) yang diajarkan olehnya, padahal Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak pernah mengajarkan yang demikian. Kalau memang hal itu penting, tentu tidak akan ditinggalkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah berfirman:

Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu...

Dari keterangan jin di atas, seolah-olah ada sesuatu yang penting, yang wajib diwaspadai oleh kaum muslimin, yang tidak dijelaskan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Kemudian baru dijelaskan oleh jin Muslim sahabat Muhammad Isa Dawud ini, setelah berlalu lima belas abad, tanpa ada yang menerangkannya. Sekian lama kaum muslimin tidak berlindung dari si dasim dan si tsabar (baca catatan sebelumnya). Perhatikan baik-baik hal ini!

Kemudian dia (jin Muslim sahabat Muhammad Isa Dawud) melanjutkan:

Yang ketiga, namanya A'war. Dia dan seluruh penghuni kerajaannya adalah spesialis-spesialis dalam urusan mempermudah terjadinya perzinahan. Anak-anaknya menjadikan indah bagian bawah tubuh kaum wanita ketika mereka keluar dari rumah, khususnya kaum wanita masa kini, betul-betul sangat menggembirakan iblis di kerajaannya yang sangat besar. Segala soal yang menyangkut dekadensi moral dan perzinahan berurusan dengan kantor besar mereka.

Saya berkata: Memang kita tidak mengingkari bahwa Iblis mempunyai kerajaan dan dibagi-bagi, ada yang menggoda ini dan ada pula yang menggoda itu dan salah satunya adalah tentang perzinahan. Yang kita ingkari adalah pemberian nama-nama tersebut, yaitu pemberian nama tsabar, dasim dan a'war serta memohon perlindungan dari mereka itu. Amalan seperti itu tidak ada dalilnya dan ini perlu dipertanyakan kembali. Adapun pernyataannya bahwa iblis mempunyai markas-markas, maka hal itu tidak diragukan lagi dan tidak perlu kepada keterangan jin ini, karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam sejumlah hadits-haditsnya menyebutkan bahwasanya iblis mempunyai kerajaan besar, yang nanti akan saya terangkan, insya Allahu Ta'ala.

Kemudian dia (jin Muslim sahabat Muhammad Isa Dawud) melanjutkan:

Yang keempat, namanya Maswath, spesialis dalam menciptakan kebohongan-kebohongan besar maupun kecil. Bahkan kejahatan yang dia dan anak-anaknya lakukan sampai pada tingkat dia memperlihatkan diri dalam bentuk seorang yang duduk dalam suatu pertemuan yang diselenggarakan oleh manusia, lalu menyebarkan kebohongan yang pada gilirannya disebarkan pula oleh manusia.

Saya katakan: Satu nama lagi yang ia buat, yang tidak ada keterangannya dari Allah dan Rasul-Nya.

Di akhir, dia (jin Muslim sahabat Muhammad Isa Dawud) berkata:

Yang kelima, namanya zalnabur. Syaithan yang satu ini bergentayangan di pasar-pasar di seluruh penjuru dunia. Merekalah yang mengobarkan pertengkaran, caci maki, perselisihan dan bunuh membunuh antara sesama manusia.

Saya berkata: Itulah lima macam nama-nama yang disebutkan oleh jin Muslim sahabat Muhammad Isa Dawud, yang ia sebutkan sebagai suatu hal yang sangat penting yang wajib untuk diwaspadai. Yang hal itu tidak dijelaskan Allah dan Rasul-Nya. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan:

Pertama, bahwa hal itu merupakan suatu tambahan dalam agama (bid'ah). Kalau hal itu penting, mengapa tidak diterangkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam? Mengapa hal itu terlewat dari beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?

Kedua, bahwa nama-nama yang disebutkan oleh jin Muslim ini, tidak ada dasarnya dalam Sunnah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Nama-nama tsabar, dasim, a'war, maswath dan zalnabur, darimana nama-nama tersebut didapat? Semua itu harus ada keterangannya dari al-Qur-an maupun as-Sunnah, kalau tidak, maka hal itu masuk ke dalam kategori rajman bil ghaib (menerka-nerka hal yang ghaib) (42).

Allah dan Rasul-Nya tidaklah menerangkan tentang nama-nama jin, kecuali hanya sedikit saja (43), atau hanya berlindung dari syaithan secara umum saja, yaitu dengan mengucapkan:

اَعُوْذُ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim

Aku berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk.

Ketiga, memohon perlindungan dengan mengucapkan, "A'uudzu billaahi minasy syaithaani tsabarir rajiimi wa jundihi wa abnaa-ihi (Aku berlindung dari syaithan tsabar yang terkutuk dan dari balatentara dan anak cucunya)." Lafazh do'a seperti ini tidak ada dalilnya.

Keempat, -yang lebih besar lagi- kalau para pembaca perhatikan betul-betul, akan nyata di hadapan para pembaca, bahwa ada suatu kekurangan dari gangguan iblis, padahal hal itu sangat besar dan sangat penting bagi iblis untuk menjerumuskan manusia, akan tetapi mengapa tidak disinggung-singgung di sini? Yaitu bahwa di sana ada iblis yang mengganggu manusia untuk berbuat syirik dan kufur kepada Allah Jalla wa 'Ala.

Mari kita lihat satu persatu dari keterangan (jin Muslim sahabat Muhammad Isa Dawud) di atas:

1. Tsabar, jin yang suka mendatangi orang yang berkeluh kesah, itu adalah maksiat.

2. Dasim, jin yang suka mencerai-beraikan perkawinan.

3. A'war, jin spesialis dalam perzinahan.

4. Maswath, jin spesialis dalam menciptakan kebohongan.

5. Zalnabur, jin yang suka bergentayangan di pasar-pasar.

Di sini tidak disinggung-singgung bahwa ada syaithan yang menyuruh manusia untuk berbuat syirik. Siapa nama jin yang suka menyuruh manusia untuk berbuat syirik? Kenapa di sini tidak dijelaskan? Padahal itu merupakan hal yang terpenting dan terbesar yang apabila seorang telah berbuat syirik akbar (besar), maka dia kafir dan keluar dari Islam. Dan apabila ia mati dalam keadaan berbuat syirik akbar (besar) dan belum sempat bertaubat, maka ia kekal di dalam Neraka bersama-sama dengan iblis.

Kalau seorang itu berzina, memang dia telah berbuat dosa besar, namun kalau dia seorang Muslim, maka dia tidak akan kekal di dalam Neraka, selama dia tidak menghalalkan perzinahan tersebut. Walaupun dengan perbuatannya itu, dia terancam adzab yang sangat pedih sekali di akhirah nanti (44). Mengapa tidak ada syaithan yang menyuruh manusia untuk berbuat syirik dalam keterangan di atas? Mengapa hal itu tidak diterangkan? Kalau kita husnuzhan (berbaik sangka) kepada jin Muslim sahabat Muhammad Isa Dawud, maka dapat kita katakan, mungkin saja ia lupa (atau belum mengetahui 'ilmunya).

Kalau kita melihat kepada hadits Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam atau Sunnah beliau, justru hal itulah yang terbesar dan disayangi oleh iblis, yaitu mereka yang telah membawa manusia untuk berbuat syirik. Dalam salah satu hadits shahih Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyatakan: Bahwa iblis mempunyai singgasana di lautan. Setiap pagi iblis mengirim balatentaranya ke seluruh penjuru dunia ini. Tidak ada satu jengkal pun yang tidak dimasuki oleh iblis. Dia menyuruh masuk ke seluruh pelosok untuk mengganggu manusia. Apabila telah selesai, salah satunya melapor: Aku telah membuat gangguan kepada manusia, membuat seorang anak durhaka kepada ibu bapaknya, kata iblis barangkali sudah dekat waktunya dia akan berbuat kebaikan lagi. Kemudian datang lagi yang lain berkata: Aku tidak tinggalkan dia melainkan dia telah berbuat syirik kepada Allah. Iblis berkata: Engkau-engkau (yang hebat). (45)

Saya berkata: Dalam hadits di atas disebutkan bahwa singgasana iblis itu di lautan, namun lautan yang mana? Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak menerangkan dan tidak perlu kita mengetahuinya, di Segitiga bermudakah (46) atau bukan, tidak perlu kita untuk mengetahuinya. Bahkan apabila kita menerka-nerka, maka kita tergolong ke dalam mereka yang rajman bil ghaib, yaitu menerka sesuatu yang ghaib yang tidak ada keterangannya dari Allah maupun Rasul-Nya. Dikatakan oleh Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Di lautan," maka lautan secara umum.

Apabila Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menentukan di lautan tertentu, mungkin ramai-ramai kita bisa pergi ke sana. Akan tetapi di sini Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak menjelaskannya, maka kita pun jangan coba-coba menjelaskannya kepada manusia, di lautan ini dan itu. Cukup kita terangkan secara umum saja. Bukan urusan kita dimana letaknya yang pasti. Urusan kita adalah menjaga gangguan iblis tersebut, jangan sampai menghancurkan kita dan mengajak kita sama-sama mereka ke Neraka.

Kemudian lihatlah pujian tertinggi iblis yang ditujukan kepada anak buahnya yang dapat membuat manusia menjadi syirik dan dikenakan kepada anak buahnya tersebut satu mahkota. Hadits tentang mahkota ini dikeluarkan oleh Imam Ibnu Hibban dengan sanad yang shahih yang merupakan gabungan antara hadits riwayat Imam Muslim dan Imam Ibnu Hibban dan telah ada dalam catatan saya. (47)

Mereka (para syaithan) yang juga mendapatkan mahkota (dari iblis) adalah yang berhasil menggoda untuk melakukan pembunuhan terhadap manusia dengan tanpa hak dan yang membuat perceraian antara suami isteri. Akan tetapi yang tertinggi adalah syirik dan pembunuhan, sebagaimana tercantum dala al-Qur-anul Karim. Allah berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
(Qur-an Surat an-Nisaa': ayat 116)

Sedangkan tentang pembunuhan, Allah telah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutukinya serta menyediakan adzab yang besar baginya.
(Qur-an Surat an-Nisaa': ayat 93)

Pada masalah ini para 'ulama berselisih, apakah orang-orang yang melakukan pembunuhan itu kekal di dalam Neraka atau tidak? Karena dalam ayat tersebut digunakan lafazh "khaalidan fiiha" (kekal di dalam Neraka). Madzhab yang shahih mengatakan bahwa dia tidak kekal di dalamnya, namun dia akan teradzab dalam masa atau waktu yang sangat lama sekali, sehingga lafazh "khaalidan fiiha" diterjemahkan bahwa dia akan tinggal lama di Neraka Jahannam. Dan orang yang melakukan pembunuhan itu tidak keluar dari agama Islam, akan tetapi dia telah melakukan dosa yang sangat besar sekali. Allah murka kepadanya, Allah melaknatnya dan Allah akan menyediakan baginya adzab yang sangat besar. Itulah balasan dosa pembunuhan.

Dalam pembicaraan Muhammad Isa Dawud dengan jin Muslim tidak disinggung-singgung masalah yang terpenting ini, yakni masalah kesyirikan, padahal Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah menjelaskan, bahwa iblis memuji anak buahnya yang telah membuat manusia berbuat syirik itu dengan berkata di hadapan balatentaranya, "Anta, anta (engkau, engkau yang hebat)," sambil mengambil mahkota lalu dikenakan kepadanya. Dan keesokan harinya disebar lagi balatentara iblis itu dan begitulah setiap hari.

Melakukan pembunuhan dan yang lainnya juga terhitung besar, akan tetapi dosa syiriklah yang terbesar. Kemudian dosa besar yang lain adalah 'uququl walidain (durhakan kepada orang tua), akan tetapi iblis tidak memberi mahkota kepada anak buahnya yang membuat seorang anak durhaka kepada orang tuanya, walaupun sangat besar dosanya. Tidak sedikit anak yang durhaka, namun dikemudian hari ia bertaubat kepada Allah dan meminta maaf kepada ibu dan bapaknya.

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

(41) Yaitu firman Allah:

Dan jika syaithaan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(Qur-an Surah al-A'raaf: ayat 200 dan Fushshilat: ayat 36)

Begitu juga dalam beberapaaa ayat al-Qur-an yang lainnya, seperti an-Nahl ayat 98 dan al-Mu'minuun ayat 97. Adapun dalam Sunnah, di antaranya adalah:

"...maka Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, 'Sesungguhnya aku benar-benar tahu suatu bacaan, yang bila ia membacanya, maka pasti akan hilang apa yang ia dapatkan (dari kemarahan), yaitu bila ia membaca: A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim, maka pasti akan hilang apa yang ia dapati (dari kemarahannya)..."
(Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim nomor 2610)

Di antaranya ta'awwudz dalam shalat adalah:

اَعُوْذُ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiimi min hamzihi wa naf-khihi wa naf-tsih

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk dari kegilaannya, kesombongannya dan syairnya.
(Hadits shahih, lihat kitab Irwaul Ghalil 2/53-59)

(42) Kata ghaib secara bahasa adalah apa-apa yang tidak dapat dilihat dengan mata, sebagaimana yang diterangkan oleh Ibnul Manzhur dalam kitab Lisanul 'Arab 2/1033, namun definisi tersebut belum mencukupi, maka perkara yang ghaib itu adalah: Apa-apa yang tidak terjangkau dengan pancaa indera, sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Sulaiman al-Asyqar dalam kitab 'Alamul Sihri wa Sa'wadzah halaman 263.

(43) Di antaranya, ada yang bernama Khinzib, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim nomor 2203:

"...itulah syaithan yang bernama Khinzib..."

(44) Ini merupakan 'aqidah Ahlus Sunnah wal jama'ah yang menyatakan bahwa seorang Muslim yang berbuat dosa besar tidak dikafirkan, selama dia tidak menghalalkannya. Dan apabila ia mati dengan membawa dosa tersebut dan belum bertaubat, maka urusannya tahta masyi'atillah (diserahkan kepada Allah), bisa jadi ia diadzab dan bisa jadi pula ia diampuni. Lihat keterangannya dalam kitab-kitab yang membahas permasalahan 'aqidah Ahlus Sunnah wal jama'ah, seperti kitab 'Aqidah ath-Thahawiyyah, kitab 'Aqidah as-Salaf wa Ash-habul Hadits dan lain-lain kitab 'aqidah yang banyak sekali, yang menyelisihi 'aqidah kaum khawarij, mu'tazilah dan yang lainnya dari ahli bid'ah.

(45) Sebagaimana yang akan diisyaratkan oleh penulis, hadits ini merupakan gabungan secara makna antara dua hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim nomor 2813, Imam Ahmad 3/366 dan 3/314-315, Imam Abu Nu'aim dalam kitab Hilyah al-Aulia 7/91-92. Lihat catatan hadits-hadits Shahih nomor 628 karya penulis sendiri -masih berbentuk tulisan tangan- dari Jabir radhiyallaahu 'anhu dengan lafazh sebagai berikut:

Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air (lautan), kemudian ia mengirimkan balatentaranya, yang terendah kedudukannya di antara mereka adalah yang terbesar fitnahnya, sehingga datang seorang di antara mereka seraya melapor, "Aku telah mengerjakan ini dan ini." Maka iblis menjawab, "Kamu belum berbuat apa-apa." Beliau berkata: Kemudian datang seorang (yang lainnya) seraya melapor: "Aku tidak meninggalkannya, kecuali setelah aku pisahkan antara dia dengan isterinya." Beliau berkata: Maka iblis pun mendekatinya seraya berkata (memujinya), "Ya engkau." Ia berkata: (Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bersabda: Maka ia (iblis) pun memeluknya."

Dengan hadits Abu Musa radhiyallaahu 'anhu yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban, sebagaimana tertera dengan lengkap setelah ini. Insya Allahu Ta'ala.

(46) Ada satu lagi dari buku Muhammad Isa Dawud yang membahas Segitiga Bermuda, yang tidak kalah penyimpangannya dari buku Dialog dengan jin Muslim ini.

(47) Yaitu sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya, sebagaimana telah disebutkan oleh al-Hafizh al-Haitsami dalam kitab Maurid azh-Zham-aan nomor 62 dan telah dishahihkan oleh penulis sendiri dalam catatan-catatan Shahih-nya nomor 629 -masih tulisan tangan dan belum dicetak- dari hadits Abu Musa al-Asy'ariy radhiyallaahu 'anhu dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda:

Apabila tiba waktu Shubuh, maka iblis pun menyebarkan balatentaranya seraya berkata, "Siapa yang menyesatkan seorang Muslim pada hari ini, maka akan aku kenakan dia mahkota." Kemudian melapor yang satu dan berkata, "Aku telah menggoda (seseorang), sehingga dia menceraikan isterinya," maka iblis pun berkata, "Sebentar lagi orang itu akan menikah." Kemudian datang yang lainnya melapor, "Aku telah menggoda seseorang, sehingga dia mendurhakai kedua orang tuanya," maka iblis pun berkata, "Sebentar lagi orang itu akan berbuat baik (kembali kepada orang tuanya)." Kemudian datang lagi yang lainnya dan melapor, "Aku telah menggoda seseorang, sehingga dia syirik," maka iblis pun berkata (memujinya), "Engkau, engkau." Kemudian datang yang lainnya melapor, "Aku telah menggoda seseorang, sehingga dia berzina," maka iblis pun berkata (memujinya), "Engkau, engkau." Kemudian datang yang lainnya melapor, "Aku telah menggoda seseorang, sehingga dia membunuh," maka iblis pun berkata (memujinya), "Engkau, engkau," dan dikenakanlah kepadanya sebuah mahkota.

Dari hadits ini dapat kita mengetahui bahwasanya balatentara iblis ini berjasad, dan sangat keliru mereka yang menyebutkan bahwa iblis adalah makhluk halus.

===

Maraji'/ sumber:

Buku: Alam jin menurut al-Qur-an dan as-Sunnah, bantahan terhadap buku Dialog dengan jin Muslim, Penulis: Ustadz 'Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah, Penyusun: Ustadz Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa rahimahullah, Penerbit: Darul Qolam - Jakarta, Cetakan kedua, Tahun 1425 H/ 2004 M.