Friday 7 April 2017

Al-Baqarah, Ayat 35-36 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir.

Shahih Tafsir Ibnu Katsir.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Ustadz Abu Ihsan al-Atsari.

Surat al-Baqarah.

Al-Baqarah, Ayat 35-36.

Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu Surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zhalim. (QS. 2: 35) Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari Surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian lainnya, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." (QS. 2: 36)

Pemuliaan yang Lain bagi Adam

Allah Sub-haanahu wa Ta'aala mengabarkan tentang kemuliaan yang Dia karuniakan kepada Adam 'alayhis salaam, yakni setelah Dia memerintahkan para Malaikat untuk sujud kepada Adam, lalu mereka pun sujud kecuali iblis, bahwasanya Dia memperkenankan Adam untuk tinggal di Surga di mana saja yang ia sukai, memakan makanan yang ada di dalamnya sepuas-puasnya, makanan yang lezat, banyak lagi baik.

Al-Hafizh Abu Bakar bin Mardawaih meriwayatkan dari Abu Dzarr (ra-dhiyallaahu 'anhu), ia berkata, "Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, menurutmu apakah Adam itu seorang Nabi?' Maka beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) bersabda, 'Ya, ia seorang Nabi dan Rasul. Allah berbicara langsung kepadanya.'" Allah berfirman (kepadanya): "Diamilah oleh kamu dan isterimu Surga ini." (150)

Hawwa Diciptakan Sebelum Adam Memasuki Surga

Konteks ayat di atas menunjukkan bahwa Hawwa diciptakan sebelum Adam memasuki Surga. Hal itu secara gamblang dikemukakan oleh Muhammad bin Ishaq, ia berkata, "Setelah mencela iblis, Allah 'Azza wa Jalla memberikan pengarahan kepada Adam sedang Dia telah mengajarkan kepadanya seluruh nama benda. Allah berfirman: 'Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini,' hingga firman-Nya: 'Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.'"

Lebih lanjut, Ibnu Ishaq mengatakan: "Kemudian Adam mengantuk dan tertidur, menurut keterangan yang kami terima dari ahli kitab, yaitu ahli Taurat dan yang lainnya dari Ibnu 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma) dan 'ulama lainnya.

Kemudian diambillah sepotong tulang rusuk dari sisi tubuhnya sebelah kiri, dan membalutnya dengan sepotong daging, sementara Adam masih tertidur. Lalu Allah menciptakan isterinya, Hawwa, dari tulang rusuk itu. Selanjutnya Dia menyempurnakannya menjadi seorang wanita agar Adam merasa tenang bersamanya.

Ketika rasa kantuknya telah hilang dan Adam terbangun dari tidurnya, ia menoleh ke samping seraya berkata menurut persangkaan mereka, wallaahu a'lam-: 'Dagingku, darahku dan isteriku.' Maka ia pun merasa tenang bersamanya.

Setelah Allah menjadikan baginya seorang isteri dan menjadikannya tenang bersamanya, maka Allah berbicara langsung kepadanya:

'Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu Surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zhalim.'" (151)

Ujian bagi Adam

Adapun firman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala: "Dan janganlah kamu dekati pohon ini!" merupakan cobaan dan ujian dari Allah Sub-haanahu wa Ta'aala bagi Adam ('alayhis salaam).

Terjadi perbedaan pendapat tentang pohon apakah ini? Ada yang berpendapat bahwa itu adalah pohon anggur. Ada yang mengatakan, pohon gandum. Dan ada juga yang mengatakan, pohon kurman. Ada yang mengatakan buah tin. Ada yang mengatakan pohon yang apabila buahnya dimakan pasti berhadats. Dan ada juga yang mengatakan bahwa itu adalah pohon yang dimakan oleh Malaikat agar menjadikan mereka kekal.

Imam Abu Ja'far bin Jarir rahimahullaah mengatakan: "Yang benar bahwa Allah Sub-haanahu wa Ta'aala telah melarang Adam dan isterinya memakan buah pohon tertentu saja dari pohon-pohon yang ada di Surga, tidak semua pohon, tetapi keduanya memakan buah dari pohon tersebut. Dan kita tidka tahu pohon apa yang ditentukan oleh Allah itu, karena Dia tidak menjelaskan hal itu kepada hamba-hamba-Nya, baik di dalam al-Qur-an maupun di dalam hadits yang shahih. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah pohon pir, ada yang mengatakan pohon anggur, ada yang mengatakan pohon buah tin. Dan bisa jadi pohon itu adalah salah satu darinya. Dan ini adalah pengetahuan yang tidak mendatangkan manfaat bagi orang yang mengetahuinya, serta tidak memudharatkan orang yang tidak mengetahuinya. Wallaahu a'lam." (152)

Imam ar-Razi dalam tafsirnya dan juga yang lainnya menguatkan pendapat ini, dan inilah yang benar.

Dan firman-Nya: "Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari Surga." Dhamir (kata ganti) pada kata "'anha" kembali kepada Jannah (Surga), sehingga maknanya -sebagaimana bacaan 'Ashim bin Bahdalah (Ibnu Abin Nujud)- adalah "fa-azaa lahuma" yaitu menyingkirkan keduanya." (153)

Dan bisa juga dikembalikan kepada kata yang disebutkan paling dekat, yaitu asy-syajarah (pohon), sehingga maknanya sebagaimana dikatakan oleh al-Hasan dan Qatadah: "fa-azallahuma" yaitu dari posisi sebelum keduanya tergelincir." (154)

Berdasarkan pendapat ini berarti perkiraan kalimat: "fa-azallahumasy syaithaanu 'anha" yakni kata "'anha" bermakna disebabkan olehnya. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman: "yu'-faku 'anhu man ufika (Dipalingkan darinya (Rasul dan al-Qur-an) orang yang dipalingkan)." (QS. Adz-Dzaariyaat: 9) Yaitu dipalingkannya orang-orang yang dipalingkan disebabkan olehnya.

Oleh karena itu Allah Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman: "Dan keduanya dikeluarkan dari keadaan semula," yaitu dari pakaian, tempat tinggal yang lapang, rizki yang menyenangkan dan ketenangan.

"Dan Kami berfirman: 'Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian lainnya, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Yakni tempat tinggal, rizki, dan ajal sampai waktu yang ditentukan serta batas waktu yang ditetapkan, dan kemudian datanglah hari Kiamat.

Adam ('alayhis salaam) Adalah Lelaki yang Berbadan Tinggi

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ubay bin Ka'ab ra-dhiyallaahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Allah menciptakan Adam sebagai seorang lelaki yang berbadan tinggi, rambutnya lebat, seolah-olah beliau adalah pohon kurma yang tinggi. Ketika Adam mencicipi pohon itu, jatuhlah pakaiannya. Yang pertama kali terlihat darinya adalah auratnya. Ketika ia melihat auratnya, ia berusaha lari menyembunyikan diri di dalam Surga, namun rambutnya tersangkut di pohon tersebut. Adam berusaha melepasnya, maka ar-Rahmaan berseru: 'Hai Adam, apakah engkau berusaha lari dari-Ku?' Tatkala Adam mendengar perkataan ar-Rahmaan, ia berkata: 'Wahai Rabbku, tidak! Akan tetapi aku malu.'" (155)

Adam Tinggal di Surga Hanya Sebentar di Siang Hari

Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma), ia berkata: "Tidaklah Adam tinggal di Surga melainkan di waktu antara shalat 'Ashar hingga tenggelamnya matahari." Kemudian ia mengatakan: "Hadits ini shahih menurut syarat periwayatan al-Bukhari dan Muslim, dan keduanya tidak meriwayatkannya." (156)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma), ia berkata: "Adam 'alayhis salaam diturunkan di daerah yang disebut Dahna, terletak antara Makkah dan Tha-if." (157)

Diriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri, ia berkata: "Adam diturunkan di negeri India dan Hawwa' di Jeddah. Sedang iblis diturunkan di Distimisan, beberapa mil di luar kota Bashrah. Dan ular diturunkan di Ashfahan." Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim. (158)

Imam Muslim dan an-Nasa-i meriwayatkan dari Abu Hurairah (ra-dhiyallaahu 'anhu), ia berkata: "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

'Sebaik-baik hari yang matahari terbit di dalamnya adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia dimasukkan ke dalam Surga dan pada hari itu juga ia dikeluarkan darinya.'" (159)

Syubhat (Argumen Palsu) dan Jawabannya

Jika dikatakan, "Apabila Surga yang darinya Adam dikeluarkan itu berada di langit, sebagaimana dikemukakan oleh jumhur ulama, lalu bagaimana iblis masuk ke Surga tersebut padahal ia telah diusir darinya sesuai ketetapan takdir, bukankah ketetapan takdir itu tidak dapat ditentang?"

Maka jawabnya: Inilah yang dijadikan dalil oleh mereka yang mengatakan bahwa Surga yang Adam berada di dalamnya itu berada di bumi, bukan di langit. Sebagaimana telah kami jelaskan panjang lebar di awal kitab kami, al-Bidaayah wan Nihaayah.

Adapun jumhur ulama menjawab: Bahwa iblis terlarang masuk ke dalam Surga dalam keadaan terhormat. Adapun dengan cara mencuri-curi, itu mungkin saja. Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan -sebagaimana disebutkan dalam Taurat- bahwa iblis masuk ke mulut ular kemudian masuk ke Surga. Dan sebagian yang lain mengatakan bahwa kemungkinan iblis menggoda keduanya dari luar pintu Surga. Yang lain lagi mengatakan: "Kemungkinan ketika menggoda keduanya, iblis berada di bumi sedang keduanya berada di langit," sebagaimana disebutkan oleh az-Zamakhsyari dan yang lainnya.

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

(150) Al-'Azhamah (5/1554), [karya Abus Syaikh al-Ashbahani, cet. Darul 'Ashimah, Riyadh, th. 1408 H].

(151) Tafsiir ath-Thabari (1/514).

(152) Tafsiir ath-Thabari (1/520).

(153) Ibnu Abi Hatim (1/127).

(154) Ibnu Abi Hatim (1/128-129).

(155) Ibnu Abi Hatim (1/129).

(156) Al-Hakim (2/542).

(157) Ibnu Abi Hatim (1/131).

(158) Ibnu Abi Hatim (1/132).

(159) Muslim (2/585) dan an-Nasa-i (3/90). [Muslim (no.854), an-Nasa-i (no. 1373)].

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.