Friday 7 April 2017

Al-Baqarah, Ayat 34 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir.

Shahih Tafsir Ibnu Katsir.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Ustadz Abu Ihsan al-Atsari.

Surat al-Baqarah.

Al-Baqarah, Ayat 34.

Pemuliaan Adam ('alayhis salaam) dengan Sujudnya Para Malaikat Kepadanya

Ini merupakan pemuliaan Allah Sub-haanahu wa Ta'aala yang sangat agung bagi Adam ('alayhis salaam) yang juga dianugerahkan kepada anak keturunannya, dimana Allah mengabarkan bahwa Dia memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepada Adam. Banyak hadits-hadits yang menunjukkan hal itu, di antaranya hadits tentang syafa'at yang telah disebutkan. Dan juga hadits Musa 'alayhis salaam, ia berkata: "Wahai Rabbku, tunjukkanlah kepadaku Adam yang telah mengeluarkan kami dan juga dirinya dari Surga." Maka ketika mereka telah berjumpa, Musa berkata: "Engkau Adam yang Allah telah menciptakannya dengan tangan-Nya, lalu meniupkan ruh kepadanya dan memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepadanya." (144)

Iblis Termasuk Makhluk yang Diperintahkan untuk Bersujud, dan Mereka Bukan dari Jenis Malaikat

Ketika Allah Ta'ala memerintahkan para Malaikat untuk sujud kepada Adam, maka iblis pun termasuk dalam perintah itu. Karena meskipun iblis bukan dari golongan Malaikat, namun iblis menyerupai mereka dan meniru tingkah laku mereka. Oleh karena itu, iblis termasuk dalam perintah yang ditujukan kepada para Malaikat, dan dia tercela atas pelanggaran yang dia lakukan terhadap perintah-Nya.

Tentang masalah ini, insya Allah akan kami uraikan dalam tafsir firman Allah Ta'ala: "Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia berasal dari golongan jin, maka dia mendurhakai perintah Rabbnya." (QS. Al-Kahfi: 50)

Oleh karena itu Muhammad bin Ishaq meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma), ia berkata: "Sebelum iblis melakuakn perbuatan maksiat, dia termasuk dalam golongan Malaikat, namanya adalah 'Azaaziil, dia termasuk penduduk bumi. Dan dia termasuk jenis Malaikat yang paling bersungguh-sungguh dalam beribadah dan paling banyak memiliki ilmu. Hal itulah yang mendorongnya untuk menyombongkan diri, dan ia berasal dari negeri yang disebut Jinn." (145)

Kesombongan iblis

Mengenai firman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala: "Maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabbur dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir," Qatadah berkata: "Musuh Allah, iblis, merasa iri kepada Adam 'alayhis salaam karena kemuliaan yang diberikan kepadanya. Dia mengatakan: 'Aku diciptakan dari api dan ia diciptakan dari tanah.' Dan dosa yang pertama kali terjadi adalah kesombongan musuh Allah, iblis, yang menolak untuk sujud kepada Adam 'alayhis salaam." (148)

Aku (Ibnu Katsir) katakan: "Dalam sebuah hadits shahih ditegaskan:

'Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, meskipun hanya sebesar biji sawi.' (149)

Di dalam hati iblis terdapat kesombongan, kekufuran dan keingkaran yang menyebabkannya terusir dan terjauh dari rahmat Allah dan hadirat Ilahi."

Ketaatan Ditujukan Kepada Allah dengan Cara Bersujud Kepada Adam

Tentang firman Allah: "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: 'Sujudlah kamu kepada Adam,'" Qatadah mengatakan: "Ketaatan itu untuk Allah, sedangkan sujud ditujukan kepada Adam. Allah memuliakan Adam dengan memerintahkan para Malaikat untuk sujud kepadanya." (146)

Sebagian orang mengatakan bahwa sujud tersebut adalah penghormatan, penghargaan dan pemuliaan. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:

"Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan Yusuf berkata: 'Wahai ayahku, inilah tabir mimpiku yang dahulu; sesungguhnya Rabbku telah menjadikannya suatu kenyataan.'" (QS. Yusuf: 100)

Hal ini disyari'atkan bagi ummat-ummat terdahulu (sebelum ummat Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam). Namun, cara penghormatan seperti ini telah dihapuskan dalam agama kita.

Mu'adz mengatakan: "Aku pernah datang ke negeri Syam. Setibanya di sana aku saksikan mereka sujud kepada para pendeta dan pemuka agama mereka. Lalu aku katakan: "Wahai Rasulullah, engkau lebih berhak dijadikan tempat bersujud." Maka beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) bersabda:

"Tidak, seandainya aku dibolehkan untuk memerintahkan manusia untuk sujud kepada orang lain, niscaya akan aku perintahkan seorang isteri untuk sujud kepada suaminya, karena besarnya hak suami atas isterinya." (147)

Makna inilah yang dikuatkan oleh ar-Razi.

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

(144) Abu Dawud (5/28). [Hasan: Abu Dawud (no. 4702). Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Silsilah ash-Shahiihah (no. 1702)].

(145) Tafsiir ath-Thabari (1/502).

(146) Tafsiir ath-Thabari (1/502).

(147) At-Tirmidzi (no. 1159) dan al-Majma' (Majma'uz Zawaa-id) (4/310). [Shahih: Diriwayatkan juga oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya (no. 4171), cet. Muassasah ar-Risalah, Beirut, th. 1414 H. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jaami' (no. 5294)].

(148) Ibnu Abi Hatim (1/123).

(149) Muslim (1/93). [Muslim (no. 91)].

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.