Tuesday 28 March 2017

Al-Baqarah, Ayat 23-24 (2) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir.

Shahih Tafsir Ibnu Katsir.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Ustadz Abu Ihsan al-Atsari.

Surat al-Baqarah.

Al-Baqarah, Ayat 23-24 (2).

Di Antara Bentuk Mukjizat al-Qur-an (2)

Adapun tarhiib (ancaman) yang Allah sampaikan di antaranya dalam firman-Nya:

"Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Allah) yang menjungkir-balikkan sebagian daratan bersama kamu?" (QS. Al-Israa': 68)

Allah juga berfirman:

"Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia menjurkir-balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang. Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku." (QS. Al-Mulk: 16-17)

Dalam memberikan teguran, Allah Ta'ala berfirman:

"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya." (QS. Al-'Ankabuut: 40)

Sedangkan dalam memberikan nasihat Dia berfirman:

"Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka adzab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya." (QS. Asy-Syu'aaraa': 205-207)

Selain itu, masih banyak bentuk-bentuk kefasihan, balaghah dan keindahan lainnya.

Ketika ayat-ayat al-Qur-an berkaitan dengan hukum, perintah dan larangan, maka ayat-ayat itu mencakup perintah-Nya untuk mengerjakan seluruh perkara yang ma'ruf, baik, bermanfaat dan Dia cintai, serta larangan-Nya dari seluruh perkara yang buruk, hina dan tercela. Sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Mas'ud ra-dhiyallaahu 'anhu dan 'ulama Salaf lainnya, ia mengatakan: "Jika engkau mendengar Allah Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman: 'Wahai orang-orang yang beriman,' maka siapkanlah pendengaranmu dengan baik, karena ayat itu mengandung kebaikan yang Dia perintahkan atau keburukan yang Dia larang." Oleh karena itu Allah Ta'ala berfirman:

"Yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka." Dan ayat seterusnya (QS. Al-A'raaf: 157)

Dan jika ayat-ayat al-Qur-an menerangkan tempat kembali manusia di akhirat serta huru-hara di dalamnya, juga menyifati Surga dan Neraka serta apa yang dijanjikan Allah bagi para wali-Nya berupa kenikmatan dan kelezatan, dan ancaman Allah bagi musuh-musuh-Nya berupa siksa dan adzab yang pedih, maka ayat-ayat tersebut memberikan kabar gembira atau memberikan peringatan dan menyeru kepada perbuatan baik serta menjauhi segala macam kemunkaran. Selain itu ayat-ayat tersebut juga mengajak manusia agar zuhud terhadap dunia, mencintai kehidupan akhirat dan menetapi jalan yang lebih utama, serta memberikan petunjuk kepada jalan Allah yang lurus dan syari'at-Nya yang benar, dan melenyapkan berbagai gangguan syaitan terkutuk yang mengotori hati.

Al-Qur-an Adalah Mukjizat Terbesar Nabi Kita Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.

Dalam kitab Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim, diriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra-dhiyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Tidak seorang pun dari para Nabi melainkan telah diberikan kepadanya beberapa mukjizat yang manusia akan beriman dengannya. Adapun mukjizat yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan oleh Allah. Dan aku berharap menjadi Nabi yang paling banyak memiliki pengikut pada hari Kiamat." (103)

Lafazh di atas berdasarkan riwayat Muslim.

Sabda beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Adapun mukjizat yang diberikan kepadaku adalah wahyu," maksudnya bahwa yang dikhususkan kepadaku di antara para Nabi lainnya adalah al-Qur-an yang tidak mungkin ada ummat manusia yang mampu menandinginya. Berbeda dengan Kitab-kitab lainnya yang diturunkan oleh Allah, karena Kitab-kitab itu bukan mukjizat menurut pendapat kebanyakan 'ulama. Wallaahu a'lam.

Dan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memiliki bukti-bukti kenabian dan kebenaran dari apa yang beliau bawa yang jumlahnya tidak terhitung. Hanya milik Allah-lah pujian dan sanjungan.

Yang Dimaksud dengan Batu.

Firman Allah Ta'ala:

"Maka peliharalah dirimu dari Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir." Kata al-waquud artinya sesuatu yang dilemparkan ke dalam Neraka untuk menyalakan apinya, sebagaimana kayu bakar dan yang lainnya. Hal yang sama disebutkan dalam firman-Nya:

"Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi Neraka Jahannam." (QS. Al-Jinn: 15)

Allah Ta'ala juga berfirman:

"Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu 'ibadahi selain Allah adalah umpan Neraka Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya. Andaikata berhala-berhala itu ilah-ilah, tentulah mereka tidak masuk Neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya." (QS. Al-Anbiyaa': 98-99)

Maksud kata al-hijaarah (batu) dalam ayat di atas adalah batu pemantik api yang besar, berwarna hitam, sangat keras dan berbau busuk. Batu inilah yang suhunya paling panas ketika membara. Semoga Allah menyelamatkan kita darinya.

Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud batu di sini adalah patung-patung yang dahulunya disembah selain Allah, sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu 'ibadahi selain Allah adalah umpan Jahannam," dan ayat selanjutnya. (QS. Al-Anbiyaa': 98)

Mengenai firman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala: "Yang disediakan bagi orang-orang kafir," dhamir (kata ganti) pada kata "u'iddat" kembali kepada Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, dan mungkin juga kembali kepada batu. Tidak ada pertentangan makna di antara kedua pendapat ini, karena keduanya (Neraka dan batu tersebut) tidak bisa dipisahkan. U'iddat berarti disediakan dan dipersiapkan bagi orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Ishaq, dari Muhammad, dari 'Ikrimah atau Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhuma bahwa "u'iddat lil kaafiriin" artinya disediakan bagi orang-orang seperti kalian yang berada dalam kekufuran. (104)

Neraka Jahannam Telah Ada Sekarang.

Di antara imam Ahlus Sunnah banyak yang menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwa Neraka telah ada sekarang ini, berdasarkan firman-Nya: "u'iddat" yang artinya telah disediakan atau telah dipersiapkan. Banyak juga hadits-hadits yang menunjukkan hal ini, di antaranya adalah hadits:

"Surga dan Neraka telah saling berdebat." (105)

Demikian juga hadits:

"Neraka pernah meminta izin kepada Rabb-nya, ia berkata: 'Wahai Rabb-ku, sebagian dariku memakan sebagian lainnya.' Lalu Allah mengizinkan baginya dua nafas: Satu nafas pada musim dingin dan satu nafas pada musim panas." (106)

Dan juga hadits Ibnu Mas'ud ra-dhiyallaahu 'anhu: "Kami pernah mendengar bunyi sesuatu yang jatuh, lalu kami pun bertanya: 'Apa itu?' Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

'Itulah batu yang dijatuhkan dari tepi Jahannam sejak tujuh puluh tahun yang lalu dan baru sekarang sampai di dasarnya.'"

Dan ini adalah riwayat Muslim. (107)

Demikianlah pula hadits tentang shalat Gerhana, malam Isra' dan hadits-hadits mutawatir lainnya yang berkenaan dengan makna ini.

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

(103) Fat-hul Baari 8/619 dan Muslim 1/134. Al-Bukhari no. 4981, Muslim no. 152.

(104) Tafsiir ath-Thabari 1/383.

(105) Muslim 4/2186. Al-Bukhari no. 4850, Muslim no. 2847.

(106) Al-Bukhari no. 537, dan Tuhfatul Ahwadzi 7/317. At-Tirmidzi no. 2592. Namun setelah kami lihat referensi asli, yaitu Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim, ternyata kami dapati lafazh-lafazhnya berbunyi, "Neraka mengeluh kepada Rabb-nya." Wallaahu a'lam.

(107) Muslim 4/2184 no. 2844.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.