Monday 13 March 2017

Al-Faatihah, Ayat 3 - 4 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir.

Shahih Tafsir Ibnu Katsir.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Ustadz Abu Ihsan al-Atsari.

Surat al-Faatihah.

Al-Faatihah, Ayat 3.

Firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala:

"Ar-Rahmaanir Rahiim."
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 1: 3)

Telah dijelaskan pada pembahasan basmalah, sehingga tidak perlu diulang kembali. Al-Qurthubi berkata: "Allah menyifati diri-Nya dengan ar-Rahmaan dan ar-Rahiim setelah Rabbul 'aalamiin, untuk menyertai anjuran (targhiib) setelah peringatan (tarhiib). Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala:

"Kabarkan kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahwa sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih." (QS. Al-Hijr: 49-50)

Dan juga firman-Nya:

"Sesungguhnya Rabbmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-An'aam: 165) (54)

Selanjutnya al-Qurthubi mengatakan: "Ar-Rabb merupakan peringatan, sedangkan ar-Rahmaan dan ar-Rahiim merupakan anjuran."

Dalam Shahiih Muslim disebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Seandainya seorang mukmin mengetahui siksaan yang ada di sisi Allah, niscaya tidak ada seorang pun yang bersemangat untuk meraih Surga-Nya. Dan seandainya orang kafir mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya tidak ada seorang pun yang berputus asa dari rahmat-Nya." (55)

Al-Faatihah, Ayat 4.

"Maaliki yaumid diin."
Yang menguasai hari pembalasan. (QS. 1: 4)

Makna Pengkhususan al-Maalik (Penguasa) pada Hari Pembalasan.

Pengkhususan kekuasaan pada hari Pembalasan tidaklah menafikan kekuasaan Allah atas kerajaan lainnya (kerajaan di dunia). Karena telah disampaikan sebelumnya bahwa Di adalah Rabb semesta alam. Dan kekuasaan-Nya itu umum, baik di dunia maupun di akhirat. Disandarkannya (al-Maalik) kepada kalimat yaumid diin (hari Pembalasan), karena pada hari itu tidak ada seorang pun yang dapat mengaku-aku sesuatu dan tidak juga dapat berbicara kecuali dengan izin Allah. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala:

"Pada hari ketika ruh dan para Malaikat berdiri bershaff-shaff, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang diberi izin kepadanya oleh Rabb Yang Maha Pemurah, dan ia mengucapkan kata yang benar." (QS. An-Naba': 38)

Dan Allah berfirman:

"Dan merendahlah semua suara kepada Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja." (QS. Thaahaa: 108)

Dia juga berfirman:

"Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya, maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia." (QS. Huud: 105)

Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas radhiyallaahu 'anhuma tentang Maaliki yaumid diin, ia berkata: "Pada hari itu hukum hanyalah milik Allah, tidak seperti ketika mereka hidup di dunia."

Makna Yaumud Diin

Ibnu 'Abbas radhiyallaahu 'anhuma berkata: "Hari Pembalasan adalah hari Perhitungan bagi semua makhluk, disebut juga hari Kiamat. Mereka diberi balasan sesuai dengan 'amalnya. Jika 'amalnya baik, maka balasannya juga baik. Dan jika 'amalnya buruk, maka balasannya pun buruk kecuali bagi orang yang diampuni." (56)

Hal serupa juga dikatakan oleh Shahabat lainnya radhiyallaahu 'anhum, Tabi'in dan juga para 'ulama Salaf. Dan inilah pendapat yang jelas.

Raja dan Raja Diraja adalah Allah

Raja yang hakiki adalah Allah 'Azza wa Jalla, Dia berfirman:

"Dialah Allah Yang tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera." (QS. Al-Hasyr: 23)

Dalam kitab ash-Shahiihain (Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim), diriwayatkan sebuah hadits marfu' dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Julukan yang paling hina di sisi Allah adalah seorang yang menjuluki dirinya malikul mulk (raja diraja), (karena) tidak ada raja yang sebenarnya kecuali Allah." (57)

Dalam kitab yang sama diriwayatkan juga dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda:

"Allah (pada hari Kiamat) akan menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya, lalu berfirman: 'Di manakah raja-raja bumi? Di manakah mereka yang merasa perkasa? Di mana orang-orang yang sombong?'" (58)

Sedangkan di dalam al-Qur-an disebutkan:

"Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan." (QS. Al-Mu'-min: 16)

Adapun penyebutan raja bagi selain Allah di dunia hanyalah bersifat majas (kiasan), sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala:

"Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." (QS. Al-Baqarah: 247)

Juga firman-Nya:

"Karena di hadapan mereka ada seorang raja." (QS. Al-Kahfi: 79)

Dan juga firman-Nya:

"Ketika Dia mengangkat Nabi-nabi di antaramu, dan menjadikan kamu orang-orang merdeka." (QS. Al-Maa-idah: 20)

Dalam kitab Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim disebutkan sebuah hadits:

"Seperti raja-raja di atas singgasana." (59)

Tafsir ad-Diin

Kata ad-diin berarti pembalasan dan perhitungan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

"Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya." (QS. An-Nuur: 25)

Dia juga berfirman:

"Apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?" (QS. Ash-Shaaffaat: 53)

Yakni pembalasan dan perhitungan.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Al-Kayyis (orang cerdas dan kuat) adalah orang yang senantiasa bermuhasabah (mengintrospeksi dirinya) dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematian." (60)

Artinya, ia akan senantiasa menghisab dirinya, sebagaimana yang dikatakan oleh 'Umar radhiyallaahu 'anhu:

"Hisablah diri kalian sendiri sebelum kalian dihisab, dan timbanglah diri ('amal) kalian sebelum diri ('amal) kalian ditimbang. Dan bersiaplah untuk menghadapi hari yang besar, yakni hari diperlihatkannya 'amal seseorang, sementara semua 'amal kalian tidak tersembunyi dari-Nya. 'Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tidak ada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).' (QS. Al-Haaqqah: 18)." (61)

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

(54) Al-Qurthubi 1/139.

(55) Muslim 4/2109. Muslim no. 2755(23), at-Tirmidzi no. 3542, Ahmad no. 8396, 9153, 10285 dan lihat Shahiih at-Targhiib no. 3379.

(56) Ibnu Abi Hatim 1/19.

(57) Fat-hul Baari 1/604 dan Muslim 3/1688. Al-Bukhari no. 6205, 6206, Muslim no. 2143(20), Abu Dawud no. 4961, at-Tirmidzi no. 2837, Ahmad no. 7325.

(58) Fat-hul Baari 13/404 dan Muslim 4/2148. Al-Bukhari no. 4812, 6519, 7382, Muslim no. 2788(23), Ahmad no. 8850.

(59) Fat-hul Baari 6/89 dan Muslim 3/1518. Al-Bukhari no. 2877, Muslim no. 1912, an-Nasa-i no. 3171 dengan lafazh Mitslu (مِثْلُ).

(60) Ibnu Majah 2/1423. Dha'if: At-Tirmidzi no. 2459, Ibnu Majah no. 4260, Ahmad 4/124 dan didha'ifkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullaah dalam Dha'iiful Jaami' no. 4310 dan Syaikh al-Arna'uth hafizhahullaah, al-Musnad 28/350 no. 17123, cet. Ar-Risalah.

(61) Mushannaf Ibnu Abi Syaibah no. 34459, cet. Maktabah ar-Rusyd, Riyadh.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.