Tuesday 28 March 2017

Al-Baqarah, Ayat 23-24 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir.

Shahih Tafsir Ibnu Katsir.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Ustadz Abu Ihsan al-Atsari.

Surat al-Baqarah.

Al-Baqarah, Ayat 23-24.

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur-an yang Kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur-an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. (QS. 2: 23) Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir. (QS. 2: 24)

Penetapan Risalah Rasul Shallallaahu 'alaihi wa Sallam

Setelah menetapkan bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, selanjutnya Dia menetapkan kenabian. Allah berfirman yang ditujukan kepada orang-orang kafir: "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur-an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami," maksudnya adalah Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, maka "fa'-tuu bisuuratin" buatlah satu surat yang serupa dengan surat dari Kitab (al-Qur-an) yang dibawa oleh Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Jika kalian menyangka bahwa wahyu itu diturunkan dari selain Allah, bandingkanlah surat buatan kalian itu dengan apa yang telah dibawa oleh Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Dan untuk itu mintalah bantuan kepada siapa saja yang kalian kehendaki selain Allah 'Azza wa Jalla. Maka sesungguhnya kalian tidak akan mampu melakukannya.

Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhuma berkata: "Syuhadaa-a kum" berarti para penolong kalian. (99)

As-Suddi meriwayatkan dari Abu Malik, ia mengatakan: "Arti syurakaa-ukum (sekutu) yaitu kaum lain yang mau membantu kalian untuk melakukan hal tersebut. Dan mintalah bantuan kepada sembahan-sembahan kalian yang kalian anggap mampu membantu dan menolong kalian." (100)

Mujahid berkata: "Wad'uu syuhadaa-a kum" maksudnya orang-orang yang bersedia menjadi saksi atas hal itu, yakni para pujangga dan ahli bahasa. (101)

Tantangan (Allah) dan Ketidakmampuan (Orang-orang kafir) untuk Menandingi Al-Qur-an

Allah juga telah menantang mereka untuk melakukan hal tersebut pada banyak surat dalam al-Qur-an. Allah berfirman dalam surat al-Qashash:

"Katakanlah, 'Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan al-Qur-an), niscaya aku mengikutinya, jika kamu memang orang-orang yang benar.'" (QS. Al-Qashash: 49)

Allah berfirman dalam surat al-Israa':

"Katakanlah: 'Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur-an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.'" (QS. Al-Israa': 88)

Allah berfirman dalam surat Huud:

"Bahkan mereka mengatakan: 'Muhammad telah membuat-buat al-Qur-an itu.' Katakanlah: '(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.'" (QS. Huud: 13)

Demikian juga dalam surat Yunus:

"Tidaklah mungkin al-Qur-an ini dibuat oleh selain Allah, akan tetapi (al-Qur-an itu) membenarkan Kitab-kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan: 'Muhammad membuat-buatnya.' Katakanlah: '(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggilah siapa saja yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.'" (QS. Yunus: 37-38)

Semua ayat di atas diturunkan di Makkah.

Kemudian Allah Sub-haanahu wa Ta'aala menantang mereka melakukan hal tersebut di Madinah, seperti yang tercantum dalam ayat ini. Dia berfirman: "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur-an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal dengannya," yaitu yang serupa dengan al-Qur-an. Demikianlah yang dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah serta dipilih oleh Ibnu Jarir ath-Thabari, az-Zamakhsyari, ar-Razi dan dinukil dari 'Umar, Ibnu Mas'ud, Ibnu 'Abbas, al-Hasan al-Bashri dan mayoritas muhaqqiq (102). Pendapat ini dinilai kuat dengan berbagai pertimbangan. Yang terbaik di antaranya bahwa Allah 'Azza wa Jalla menantang mereka secara keseluruhan, baik orang-perorang maupun secara kelompok, baik yang buta huruf ataupun yang ahli bahasa. Ini adalah tantangan yang paling tegas dan sempurna daripada sekedar menantang orang perorang dari mereka yang tidak mahir menulis dan belum mendalami ilmu sedikit pun. Mereka pun berdalil dengan firman-Nya:

"Kalau demikian, maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya." (QS. Huud: 13)

Dan juga firman-Nya:

"Niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya." (QS. Al-Israa': 88)

Tantangan ini umum ditujukan kepada mereka semua, sedangkan mereka adalah ummat yang paling fasih berbahasa. Allah telah menantang mereka berulang kali, baik di Makkah maupun di Madinah, sedangkan mereka adalah ummat yang sangat memusuhi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan membenci agama yang beliau bawa. Meskipun demikian mereka sama sekali tidak mampu melakukannya.

Karena itulah Allah Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman: "Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya)." Kata "lan" berfungsi untuk menafikan (meniadakan) selama-lamanya di masa yang akan datang. Artinya kalian tidak akan pernah bisa melakukannya selama-lamanya.

Ini pun merupakan mukjizat lain, di mana Allah memberikan sebuah kabar yang pasti dengan berani tanpa rasa takut ataupun khawatir, bahwa al-Qur-an tidak akan pernah dapat ditandingi selamanya. Fakta membuktikan bahwa sejak dahulu hingga sekarang dan sampai kapanpun tidak akan ada yang mampu menyamai al-Qur-an dan tidak mungkin bagi seseorang untuk melakukannya. Al-Qur-an adalah firman Allah, Rabb pencipta segala sesuatu, maka bagaimana mungkin firman Sang Pencipta diserupakan dengan ucapan makhluk?!

Di Antara Bentuk Mukjizat al-Qur-an

Siapa saja yang mencermati dan memperhatikan al-Qur-an dengan seksama niscaya dia akan menemukan berbagai keunggulannya yang tidak tertandingi dalam seni sastra, baik yang tersurat maupun yang tersirat, baik dari sisi lafazh maupun makna. Allah Ta'ala berfirman: "Alif laam ra-dhiyallaahu 'anha', (inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Mahatahu." (QS. Huud: 1) Artinya, lafazh-lafazhnya dikokohkan dan makna-maknanya diterangkan secara rinci, atau sebaliknya (lafazh-lafazhnya diterangkan dengan rinci dan makna-maknanya dikokohkan). Dengan demikian seluruh kata dan maknanya dikemukakan secara fasih, tidak ada yang dapat menyamai dan menandinginya. Di dalamnya Allah mengabarkan berita-berita ghaib yang telah terjadi dan memang hal itu terjadi sama persis dengan apa yang dikabarkan tersebut. Di dalamnya Dia memerintahkan untuk berbuat kebaikan dan melarang berbuat kejahatan, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, "Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu (al-Qur-an), sebagai kalimat yang benar dan adil." (QS. Al-An'aam: 115) Artinya, benar dalam berita yang disampaikan al-Qur-an dan adil dalam hukum-hukum yang dimuatnya. Dengan demikian, seluruh kandungan al-Qur-an adalah benar, adil dan merupakan petunjuk. Di dalamnya tidak ada sedikit pun kecerobohan, kebohongan atau sesuatu yang dibuat-buat. Tidak seperti sya'ir-sya'ir Arab dan sya'ir'isya'ir selain mereka yang diwarnai dengan berbagai kecerobohan serta kebohongan, dan sya'ir-sya'ir itu tidak akan indah kecuali dengan hal-hal seperti itu. Sebagaimana diungkapkan dalam sya'ir:

"Sesungguhnya kata yang paling sedap adalah kata yang paling dusta."

Engkau temukan dalam qashidah (untaian sya'ir) yang panjang pada umumnya berisi penyebutan sifat-sifat wanita, kuda atau minuman keras. Atau pujian terhadap orang tertentu, terhadap kuda, unta, perang atau peristiwa dan tragedi yang terjadi. Dan juga binatang buas atau suatu fenomena yang terjadi, yang mana semua itu tidak mengandung faedah, kecuali hanya menonjolkan kemampuan mutakallim (pembicara) tertentu dalam mengungkapkan sesuatu yang tersembunyi atau detail, atau menampilkan sesuatu dengan tampilan yang nyata. Kemudian engkau dapati ia mengarang satu atau dua bait sya'ir atau bahkan lebih yang kebanyakannya hanyalah sya'ir-sya'ir qashidah dan sebagian besar isinya tidak mengandung manfaat sama sekali.

Sedangkan al-Qur-an, seluruh kandungannya benar-benar fasih. Berada di puncak keindahan bahasa bagi orang-orang yang memahaminya secara rinci maupun global, yakni bagi mereka yang memahami ucapan dan ungkapan bahasa Arab.

Jika engkau merenungkan berita-berita dari al-Qur-an, pasti engkau akan mendapatinya berada di puncak cita rasa yang mengagumkan, baik disajikan secara panjang lebar maupun singkat, baik berulang-ulang ataupun tidak. Setiap kali diulang, maka semakin mempesona dan tinggi cita rasa keindahannya. Tidak basi dengan banyaknya pengulangan dan tidak menjadikan para 'ulama menjadi bosan. Jika Allah memberikan ancaman dan peringatan keras di dalamnya, maka gunung-gunung yang berdiri kokoh menjadi goncang karenanya. Maka bagaimana pendapatmu dengan hati yang benar-benar memahami hal tersebut? Dan jika Allah berjanji, Dia mengemukakannya dengan ungkapan yang dapat membuka hati dan pendengaran, sehingga hati pun merindukan Surga yang penuh kedamaian di sisi 'Arsy ar-Rahmaan. Sebagaimana firman-Nya yang mengandung targhiib (dorongan) berikut ini:

"Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. As-Sajdah: 17)

Allah juga berfirman:

"Dan di dalam Jannah itu terdapat segala apa yang diinginkan oleh hati dan sedap (di pandang) mata dan kalian kekal di dalamnya." (QS. Az-Zukhruf: 71)

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

(99) Tafsiir ath-Thabari 1/376.

(100) Ibnu Abi Hatim 1/84.

(101) Ibnu Abi Hatim 1/85.

(102) Ulama yang senantiasa meneliti kembali berbagai permasalahan agama dengan merujuk kepada dalil-dalilnya, -pent.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.