Monday 13 March 2017

Surat al-Baqarah | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir.

Shahih Tafsir Ibnu Katsir.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Ustadz Abu Ihsan al-Atsari.

Surat al-Baqarah.

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim.

Rabbi yassir wa a'in yaa kariim.
"Ya Rabbku, berikanlah kemudahan dan pertolongan, ya Karim."

Surat al-Baqarah.
(Sapi Betina)

Surat Madaniyyah.
Surat ke-2: 286 Ayat.

Dalil-dalil yang Menunjukkan Keutamaan Surat al-Baqarah.

Dalam Musnada al-Imam Ahmad, Shahiih Muslim, Sunan at-Tirmidzi dan Sunan an-Nasa-i terdapat sebuah hadits dari Abu Hurairah ra-dhiyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Janganlah kalian menjadikan rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya rumah yang dibacakan di dalamnya surat al-Baqarah tidak akan dimasuki syaitan."

At-Tirmidzi mengatakan: "Hadits ini hasan shahih." (1)

Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Mas'ud ra-dhiyallaahu 'anhu, ia berkata: "Sesungguhnya syaitan lari dari rumah yang didengar di dalamnya surat al-Baqarah."

Hadits riwayat an-Nasa-i dalam 'Amalul Yaum wal Lailah. (2)

Diriwayatkan juga oleh al-Hakim dalam Mustadraknya, kemudian ia berkata: "Sanadnya shahih dan tidak diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim." (3)

Ad-Darimi meriwayatkan di dalam Musnadnya dari 'Abdullah bin Mas'ud ra-dhiyallaahu 'anhu, ia berkata: "Tidaklah sebuah rumah dibacakan di dalamnya surat al-Baqarah, melainkan syaitan akan keluar darinya sambil terkentut-kentut."

Dia juga meriwayatkan dari jalan asy-Sya'bi, ia mengatakan bahwa 'Abdullah bin Mas'ud ra-dhiyallaahu 'anhu berkata: "Barangsiapa membaca sepuluh ayat dari surat al-Baqarah pada satu malam, maka syaitan tidak akan masuk ke rumahnya pada malam itu. Yaitu empat ayat pada awal surat al-Baqarah, ayat Kursi dan dua ayat setelahnya, serta tiga ayat terakhir surat al-Baqarah."

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa pada hari itu dia dan keluarganya tidak akan didekati syaitan, dan tidak ada sesuatu yang dibencinya. Dan tidaklah ayat-ayat itu dibacakan kepada orang gila (kesurupan) melainkan ia akan sadar (sembuh). (4)

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'ad ra-dhiyallaahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Setiap sesuatu memiliki puncak. Dan puncak al-Qur-an adalah al-Baqarah. Barangsiapa membacanya di rumahnya pada satu malam niscaya syaitan tidak akan memasukinya selama tiga malam. Dan barangsiapa membacanya di rumahnya pada suatu siang, maka syaitan tidak akan memasukinya selama tiga hari.'"

Diriwayatkan oleh Abul Qasim ath-Thabrani, Abu Hatim, Ibnu Hibban dalam Shahiihnya dan Ibnu Mardawaih. (5)

At-Tirmidzi, an-Nasa-i, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra-dhiyallaahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah mengirim utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam memeriksa. Selanjutnya beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam menguji hafalan al-Qur-an mereka masing-masing. Lalu beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam menghampiri orang yang usianya paling muda seraya bersabda: 'Surat apa yang engkau hafal?' Orang itu menjawab: 'Aku hafal surat ini dan ini serta surat al-Baqarah.' Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Apakah engkau hafal surat al-Baqarah?' Orang itu menjawab: 'Ya, aku hafal.' Setelah itu beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Berangkatlah dan engkau adalah pemimpin bagi mereka.' Kemudian salah seorang yang terpandang di antara mereka berkata: 'Demi Allah, sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku untuk mempelajari surat al-Baqarah melainkan karena aku takut tidak dapat mengamalkannya.' Maka beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

'Pelajarilah al-Qur-an dan bacalah. Sesungguhnya perumpamaan al-Qur-an bagi orang yang mempelajarinya lalu membaca dan mengamalkannya adalah seperti kantong kulit berisi minyak kesturi yang (karena tutupnya terbuka) aromanya menyebar ke seluruh penjuru. Sedangkan perumpamaan orang yang mempelajarinya, lalu tidur (tidak mengamalkannya), padahal al-Qur-an ada dalam dirinya, laksana kantong kulit (yang tutupnya) terikat padahal di dalamnya terdapat minyak kesturi.'"

Lafazh ini berdasarkan riwayat at-Tirmidzi. Kemudian ia berkata: "Hadits ini hasan." Kemudian ia meriwayatkannya secara mursal, wallaahu a'lam. (6)

Al-Bukhari meriwayatkan dari Usaid bin Hudhair ra-dhiyallaahu 'anhu, ia mengatakan bahwa pada suatu malam ia membaca surat al-Baqarah -sementara kudanya ditambatkan di sisinya-. Tiba-tiba kuda itu berputar-putar. Ketika Usaid berhenti membaca, maka kuda itu pun kembali tenang. Setelah itu ia membacanya lagi, dan kuda itu pun berputar-putar. Tatkala ia berhenti membacanya, kuda itu pun terdiam. Setelah itu ia membacanya lagi, maka kudanya itu kembali berputar-putar. Maka ia pun berlalu, sedang puteranya, Yahya, berada di dekat kuda tersebut. Karena ia merasa kasihan dan khawatir kuda itu akan menerjangnya, maka ia mengambil anaknya seraya menengadahkan kepalanya ke langit hingga ia tidak melihatnya.

Di pagi harinya, ia menceritakan peristiwa itu kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam. Maka beliau bersabda: "Wahai putera Hudhair, teruslah membacanya." Ia pun menjawab: "Wahai Rasulullah, aku merasa kasihan kepada Yahya, khawatir terinjak karena ia berada di dekat kuda itu. Kemudian aku mengangkat kepalaku dan kembali melihat ke arahnya. Setelah itu aku menengadahkan kepalaku ke langit, tiba-tiba aku melihat sesuatu seperti bayangan yang mirip lampu-lampu. Setelah itu aku keluar rumah hingga aku tidak melihatnya lagi." Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tahukah engkau, apa itu?" "Tidak," jawabnya. Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Itu adalah Malaikat yang mendekat karena suara bacaanmu. Seandainya engkau terus membacanya, niscaya pada pagi hari orang-orang akan dapat melihat Malaikat itu tanpa terhalang." (7)

Demikianlah yang diriwayatkan oleh Imam yang alim Abu 'Ubaid al-Qasim bin Sallam dalam kitab Fadhaa-ilul Qur-aan. Wallaahu a'lam.

Keutamaan membacanya bersama surat Ali 'Imran

Imam Ahmad meriwayatkan, telah memberitahukan kepada kami Abu Nu'aim, telah memberitahukan kepada kami Bisyr bin Muhajir, telah memberitahukan kepadaku 'Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, ia berkata: "Aku pernah duduk bersama Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, maka aku mendengar beliau bersabda:

'Pelajarilah surat al-Baqarah, karena sesungguhnya membacanya adalah berkah dan meninggalkannya adalah suatu penyesalan. Dan tukang sihir tidak akan sanggup menjangkaunya.'"

Ia berkata: "Kemudian beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam diam sejenak, lalu bersabda:

'Pelajarilah surat al-Baqarah dan Ali 'Imran, karena sesungguhnya keduanya adalah cahaya yang akan menaungi pembacanya pada hari Kiamat seakan-akan keduanya seperti dua tumpukan awan atau bagaikan dua bentuk payung atau bagaikan dua kelompok burung yang mengembangkan sayapnya. Sesungguhnya al-Qur-an akan mendatangi orang-orang yang gemar membacanya pada hari Kiamat ketika kuburnya terbelah. Dia datang seperti seorang lelaki yang kurus dan pucat. Laki-laki itu bertanya kepadanya: 'Kenalkah engkau denganku?' Ia menjawab: 'Aku tidak mengenalmu.' Laki-laki itu berkata: 'Aku adalah temanmu, al-Qur-an, yang telah membuatmu dahaga pada hari yang terik dan membuatmu tidak tidur di malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang berada di belakang barang dagangannya, dan engkau pada hari ini berada di belakang seluruh perdagangan. Lalu diberikanlah kerajaan dengan tangan kanannya dan kekekalan dengan tangan kirinya. Lalu diletakkan mahkota kehormatan di atas kepalanya. Lalu kedua orang tuanya diberi sepasang perhiasan yang tidak pernah dibuat oleh ahli dunia. Keduanya berkata: 'Mengapa aku diberi pakaian ini?' Lalu dikatakanlah: 'Karena anakmu rajin membaca al-Qur-an.' Kemudian dikatakan: 'Baca dan naiklah di anak tangga Surga dan kamar-kamarnya.' Dan ia terus naik selama ia terus membaca. Baik ia membacanya dengan cepat maupun dengan tartil.'" (8)

Ibnu Majah meriwayatkan dari hadits Bisyr bin al-Muhajir sebagian darinya. (9) Sanad hadits ini hasan menurut syarat Muslim.

Sebagian hadits ini memiliki beberapa penguat, di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Umamah al-Bahili ra-dhiyallaahu 'anhu, ia berkata: "Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

'Bacalah al-Qur-an, karena sesungguhnya ia akan memberinya syafa'at bagi pembacanya, pada hari Kiamat kelak. Dan bacalah az-zahraawain, yaitu surat al-Baqarah dan Ali 'Imran, karena kedua surat itu akan datang pada hari Kiamat, seolah-olah keduanya bagaikan dua tumpukan awan atau bagaikan dua bentuk payung yang menaungi atau bagaikan dua kelompok burung yang mengembangkan sayapnya. Keduanya akan berdalih untuk membela pembacanya pada hari Kiamat.'

Kemudian beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

'Bacalah al-Baqarah, karena membacanya akan mendatangkan berkah dan meninggalkannya berarti penyesalan. Dan para tukang sihir tidak akan sanggup menjangkaunya (pembacanya).'" (10)

Hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam Muslim dalam kitab ash-Shalaah. (11)

Az-zahraawain adalah dua cahaya. Dan al-ghayaayah adalah sesuatu yang menaungi di atasmu. Al-firqu adalah potongan sesuatu. Ash-shawaaff artinya berbaris dan al-bathalah adalah tukang sihir. Makna laa yastathii'uhaa adalah mereka tidak mungkin menghafalnya. Dan dikatakan pula bahwa maknanya, tukang sihir tidak akan mampu menghembuskan sihir kepada pembacanya. Wallaahu a'lam.

Di antara hadits penguat lainnya adalah hadits an-Nawwas bin Sam'an ra-dhiyallaahu 'anhu yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad darinya, ia berkata: "Aku mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

'Al-Qur-an akan didatangkan pada hari Kiamat bersama orang yang mengamalkannya. Surat al-Baqarah dan Ali 'Imran mendahului mereka di depan.'

Dan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam memberikan tiga permisalan bagi keduanya yang tidak pernah aku lupa setelahnya. Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

'Keduanya seperti dua tumpukan awan, atau dua naungan hitam yang antara keduanya dipisahkan oleh cahaya atau seperti dua kelompok burung yang mengembangkan sayapnya. Keduanya akan berhujjah untuk membela pembacanya.'" (12)

Dan diriwayatkan oleh Muslim (13), serta at-Tirmidzi dan ia mengatakan: "Hadits ini hasan gharib." (14)

Surat al-Baqarah adalah surat Madaniyyah tanpa ada perselisihan

(Pasal) Tidak diperselisihkan lagi bahwa semua ayat dalam surat al-Baqarah turun di Madinah. Surat ini termasuk surat yang pertama kali turun di Madinah. Hanya saja ada yang berpendapat bahwa firman Allah: "Dan peliharalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah." (QS. Al-Baqarah: 281), adalah ayat yang terakhir kali turun. Kemungkinan memang ayat ini termasuk ayat yang terakhir diturunkan. Demikian pula ayat riba termasuk ayat yang terakhir diturunkan.

Khalid bin Ma'dan menamakan surat al-Baqarah dengan sebutan Fusthaathul Qur-aan (tendanya al-Qur-an).

Sebagian 'ulama menyatakan bahwa surat al-Baqarah mengandung seribu kabar berita, seribu perintah dan seribu larangan.

Orang-orang yang menghitungnya mengatakan bahwa surat al-Baqarah ini terdiri dari 287 ayat, 6221 kata dan 25.000 huruf. Wallaahu a'lam.

Ibnu Juraij meriwayatkan dari 'Atha', dari Ibnu 'Abbas, ia berkata: "Surat al-Baqarah turun di Madinah." (15)

Khashif meriwayatkan dari Mujahid, dari 'Abdullah bin Jubair, ia berkata: "Surat al-Baqarah turun di Madinah." (16)

Hal yang sama dikatakan oleh lebih dari satu orang imam, ulama, dan ahli tafsir. Tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini.

Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari hadits Syu'bah dari 'Uqail bin Thalhah dari 'Utbah bin Martsad bahwa ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam melihat kelambanan para Shahabat beliau, beliau bersabda: "Hai orang-orang yang suka membaca surat al-Baqarah." Aku rasa ini terjadi pada peperangan Hunain pada saat musim muslimin lari ke belakang. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam memerintahkan al-'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhu untuk meneriakkan: "Hai orang-orang yang berbai'at di bawah pohon!" Yaitu orang-orang yang ikut serta dalam bai'at Ridhwan. Dalam riwayat lain: "Hai orang-orang yang suka membaca surat al-Baqarah." Yaitu untuk memotivasi mereka. Sehingga mereka berdatangan dari segala penjuru. Demikian pula pada peperangan Yamamah ketika menghadapi tentara Musailamah al-Kadzdzab. Para Shahabat ra-dhiyallaahu 'anhum lari berhamburan ketika melihat banyaknya pasukan Bani Hanifah. Maka kaum Muhajirin dan Anshar berseru: "Hai orang-orang yang membaca surat al-Baqarah." Hingga akhirnya Allah memberi mereka kemenangan, semoga Allah meridhai mereka semua." (17)

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

(1) Ahmad 2/284, Muslim 1/307, Tuhfatul Ahwadzi 8/180, dan an-Nasa-i dalam al-Kubra 5/13. Shahih: Muslim no. 780 dengan perbedaan lafazh, at-Tirmidzi no. 2877. Lihat pula Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib no. 1458.

(2) An-Nasa-i dalam al-Kubra 6/240.

(3) Al-Hakim 2/260.

(4) Ad-Darimi 2/322.

(5) Ath-Thabrani 6/163 dan Ibnu Hibban 2/78. Lihat Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib no. 1462.

(6) Tuhfatul Ahwadzi 8/186, an-Nasa-i dalam al-Kubra 5/227 dan Ibnu Majah 1/78. Dha'if: At-Tirmidzi no. 2867, Ibnu Majah no. 217, dan lihat Dha'iif at-Targhiib wat Tarhiib no. 864.

(7) Fat-hul Baari 8/680. Al-Bukhari no. 5018, Muslim no. 796.

(8) Ahmad 5/352. Shahih: Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullaah dalam Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib no. 1466.

(9) Ibnu Majah 2/1242.

(10) Ahmad 5/249. Shahih: Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullaah dalam Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib no. 1460.

(11) Muslim 1/553. no. 804(252).

(12) Ahmad 4/183. Shahih: Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullaah dalam Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib no. 1465.

(13) Muslim 1/554. no. 805.

(14) Tuhfatul Ahwadzi 8/191. Shahih: At-Tirmidzi no. 2883. Lihat Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib no. 1465.

(15) Ad-Durrul Mantsuur 1/47.

(16) Ad-Durrul Mantsuur 1/47.

(17) Al-Majma' 6/180.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.